ABC

Pengamat Australia Prediksi Jokowi atau Prabowo Jadi Presiden

Dosen politik Universitas La Trobe Dr Dirk Tomsa memprediksi, Gubernur Jakarta Joko Widodo atau Mantan Pangkostrad Prabowo yang memiliki peluang terbesar menjadi Presiden RI berikutnya menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono.

Prediksi itu disampaikan Dr Dirk Tomsa, dalam seminar mengenai pemilu Indonesia dan India, yang diselenggarakan oleh La Trobe Asia di Melbourne, hari Rabu (5/3/2014).

Pemilihan umum di Indonesia akan berlangsung 9 April sementara pemilu India dimulai di hari yang sama, namun dilaksanakan dalam beberapa tahap yang akan berakhir 16 Mei.

Menurut Tomsa, baik Jokowi dan Prabowo memiliki dua karakter yang membedakannya dari presiden saat ini, SBY, yang menjadi daya tarik bagi rakyat Indonesia untuk memilih salah satu di antara mereka menjadi presiden 2014-2019.

"Jokowi memiliki karakter sebagai orang yang langsung terjun ke lapangan, dekat dengan rakyat, sementara Prabowo disukai karena dianggap tegas, dan nasionalis," kata Tomsa, yang mengatakan ini membedakan dengan Presiden SBY yang dalam beberapa tahun ini dianggap sebagai pemimpin yang banyak mendelegasikan tugas, dan mengambil jarak dari rakyat.

Tomsa hanya menyebut dua tokoh tersebut sebagai calon paling potensial untuk menjadi presiden walau ada banyak calon lain yang sudah menyatakan ambisinya menjadi presiden. Tomsa juga menyebut nama mantan presiden Megawati Sukarnoputri, Ketua PDIP, namun besar kemungkinan perannya lebih sebagai king maker (penentu kebijakan di belakang layar).

Menurut perkiraan Tomsa, dengan PDIP belum lagi mengumumkan siapa yang akan menjadi calon presiden mereka, ada berbagai kemungkinan menyangkut pencalonan Jokowi.

"Pertama Jokowi menjadi capres dengan cawapres yang dipilih oleh PDIP. Kedua Jokowi memilih sendiri cawapresnya," kata Tomsa.

"Kemungkinan ketiga adalah Megawati menjadi capres dengan Jokowi sebagai cawapres. Bisa juga bila Jokowi tidak dipilih oleh PDIP, maka Prabowo akan menggandeng Jokowi sebagai cawapres. Dan kemungkinan kelima adalah Jokowi sama sekali tidak dicalonkan," kata Tomsa, yang menjadi pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora di La Trobe.

Ketika ditanya mengenai kebijakan luar negeri yang akan dijalankan oleh Jokowi bila dia menajdi presiden, Dirk Tomsa mengatakan bahwa karena Jokow tidak banyak memiliki pengalaman luar negeri, mantan walikota Solo ini besar kemungkinan akan mendelegasikan kepada pejabat yang lebih kompeten.

"Rasanya tidak akan berbeda dengan kebijakan yang dijalankan pemerintah sekarang ini," katanya.