ABC

Pengalaman Warga Indonesia Bertemu Novak Djokovic

Laras Larasati, lulusan University of Melbourne menyempatkan waktunya untuk datang ke turnames tenis kelas dunia, Australia Open saat ia sedang sekolah. Ia rela menunggu berjam-jam untuk meminta tanda tangan petenis juara dunia, Novak Djokovic, meski lupa berfoto ‘selfie’ saking gugupnya. Laras berbagi pengalamannya kepada Australia Plus lewat tulisannya berikut.

Tahun 2015, ketika saya sedang menempuh studi master di Melbourne, saya berkesempatan untuk menikmati langsung ajang Australian Open.

Sebenarnya saya bukan penggemar berat olahraga tenis, tapi mumpung sedang berada di Australia, terutama di kota Melbourne, rasanya sayang bila melewatkan ajang ini.

Ausopen_supplied_17012017
Laras berfoto dengan bola tenis raksasa, yang menjadi salah satu lambang Australia Open.

Foto: Koleksi pribadi.

Penasaran dengan Grand Slam ini, saya pun janjian dengan tiga teman sesama pelajar dari Indonesia untuk datang ke Australian Open pada hari Australian Day (26/1/2015).

Berhubung harga tiket untuk menonton pertandingan Australian Open di Rod Laver atau Margaret Court Arena cukup mahal, kami memilih tiket Ground Pass seharga $40, atau sekitar 400 ribu rupiah.

Harga yang paling cocok untuk kantong pelajar.

Dengan tiket Ground Pass, kita mendapat akses untuk menonton pertandingan yang berlangsung di Hisense Arena atau lapangan terbuka di sekitarnya, termasuk Practice Courts (lapangan yang khusus untuk berlatih).

Untuk memaksimalkan pengalaman di Australian Open, kami pun mencari cara untuk melihat aksi para bintang tenis, tanpa harus mengeluarkan uang ratusan dollar melihat pertandingan mereka.

Yang terpenting adalah mengecek jadwal Pratice Courts sebelum membeli tiket untuk memastikan kesempatan bertemu mereka. Jadwal latihan biasanya dikeluarkan secara harian.

Target utama kami adalah Novak Djokovic, petenis nomor 1 di dunia saat itu. Setelah teman saya, Sarah, memastikan ‘Djokovic’ latihan di tanggal 26 Januari tersebut, kami pun langsung membeli tiket di pagi harinya secara online.

Frekuensi tram untuk mencapai Hisense Arena dan lokasi-lokasi Australia Open lainnya lebih sering saat turnamen berlangsung, sehingga akan memudahkan para pengunjung.

Di pintu masuk, selain harus menunjukkan tiket, tas dan kamera kami pun diperiksa dengan ketat. Ukuran lensa kamera juga sangat diperhatikan oleh petugas.

Sesampainya di dalam arena Australian Open, saya pun tak lupa membeli merchandise topi bertuliskan Australian Open. Selain untuk menahan panas, juga tentunya untuk dijadikan memorabilia setelah ditandatangani oleh atlet nanti.

Larasandfriends_Supplied_17012017
Laras dan dua temannya 'menikmati' cuaca yang panas dan terik demi melihat aksi petenis dunia di Australia Open 2015.

Foto: Koleksi pribadi

Menurut jadwal, Djokovic akan berlatih pukul 5 sore. Meski masih ada waktu kurang lebih 3 jam sebelum jadwal latihannya, kami tidak mau lengah kehabisan posisi strategis untuk melihatnya.

Maklum, untuk bisa menonton dengan nyaman para petenis dunia yang sedang berlatih, kita harus mengamankan posisi beberapa jam sebelumnya karena bersaing dengan fans lainnya.

Kami pun langsung menuju lapangan dimana Djokovic akan berlatih dan berhasil dapat tempat paling depan (menempel dengan pagar).

Sebenarnya, satu jam sebelum Djokovic berlatih, Andy Murray dijadwalkan berlatih di court sebelahnya. Tadinya kami ingin menonton keduanya, tapi kemudian khawatir tidak akan bisa menonton Djokovic dan mendapat posisi strategis, jika menonton Murray berlatih dulu.

Sambil menunggu kehadiran Djokovic kami juga menonton latihan dari sejumlah atlet tenis lainnya, seperti Lucas Sithole, petenis asal Afrika Selatan, dan Dylan Alcott, atlet tenis di kursi roda dari Australia. Kami pun mendapat tanda tangan mereka.

Berdiri di lapangan tenis tanpa shade atau tempat berteduh di tengah musim panas, tentu bukan hal yang mudah.

Matahari terasa panas membakar kulit dan tenggorokan menjadi cepat haus.

Kami secara bergiliran pergi ke toilet atau untuk membeli minum atau mengisi botol air. Tentu saja, karena kami tidak ingin kehilangan posisi strategis yang sudah didapatkan.

Saat saya pergi mengisi botol minum, saya melewati lapangan tenis, dimana Nick Kyrgios, petenis muda Australia, sedang berlatih. Lumayan, bisa melihat satu bintang lagi.

NovakDjokovic2_Supplied_17012017
Sedekat inilah Laras saat meminta tanda tangan Novak Djokovic. Tapi Laras lupa mengajaknya selfie karena terlalu gugup.

Foto: Koleksi pribadi

Pukul 5 sore, akhirnya Novak Djokovic yang dinantikan tiba di lapangan tenis dengan disambut teriakan para fans yang sudah menunggu.

Senang sekali bisa melihat aksinya dari dekat, meski hanya latihan saja. Tak lupa kami memotret momen-momen latihannya… supaya kegantengannya juga terabadikan di kamera pribadi.

Tidak sampai sejam berlatih, Djokovic mengakhiri sesi latihannya dengan menyapa para penggemar.

Dengan sigap kami mengulurkan topi yang ingin ditandatangani. Fans lain ada yang meminta tanda-tangan di bola tennis atau bendera Serbia, kebangsaan Djokovic.

Djokovic dengan sabar melayani keinginan fans satu persatu. Tiba giliran saya dan teman-teman, Djokovic membubuhkan tanda-tangannya di topi kami.

Tak mau kehilangan momen penting ini, saya langsung memotretnya dari jarak dekat. Sayangnya saya tidak terpikir untuk selfie saat itu, mungkin karena saking deg-degannya!

Setelah acara latihan Djokovic selesai, kami langsung menuju ke dalam Hisense Arena untuk duduk melepas lelah sambil menonton pertandingan yang sedang berlangsung, antara petenis Spanyol Feliciano Lopez melawan Milos Raonic dari Kanada.

Itulah pengalaman saya pergi ke Australia Open. Dengan tiket paling ekonomis, saya bisa menikmat Australian Open dengan puas dan merasa senang luar biasa, karena punya kesempatan untuk ‘berdekatan’ dengan Djokovic.

*Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Laras Larasati adalah lulusan Master of Environment dari University of Melbourne. Kini ia bekerja untuk PT Sosial Bisnis Indonesia, sebuah social enterprise yang mengelola hutan rakyat di Indonesia secara sustainable.