ABC

Pengalaman Shandelle O’Reilly Mengajar Bahasa Indonesia di Australia

Shandelle O’Reilly adalah warga Australia yang mengajar bahasa Indonesia di Townsville, Queensland, sekitar 1337 km dari ibukota Brisbane. Berikut tulisan Shandelle dalam bahasa Inggris mengenai pengalaman mengajar bahasa Indonesia di kawasan pedalaman Australia.

Sudah tiga setengah tahun sejak saya mulai mengajar bahasa Indonesia di Townsville Grammar Junior School.

Townsville adalah sebuah kawasan pedalaman di timur laut Queensland dengan jumlah populasi sekitar 190 orang.

Seorang perempuan yang tersenyum ke kamera
Shandelle O'Reilly, guru bahasa Indonesia di Townsville Grammar School

Foto: Koleksi pribadi

Sekolah ini terbuka bagi laki-laki dan perempuan dan bukan sekolah dengan ajaran agama tertentu, mulai dari taman kanak-kanak hingga kelas 12.

Bahasa Indonesia diajarkan mulai dari kelas 3 sampai kelas 12.

Dengan gelar akademis dari James Cook University di Townsville membuat saya mendapat pekerjaan di Townsville pada tahun 2007 sebelum kemudian saya menjadi guru di tahun 2014.

Sejak itu saya menjadi jatuh cinta dengan kawasan pinggiran dan Townsville.

Saya merasa gelar diploma dengan keahlian bahasa Indonesia memberikan kesempatan bagi para pelajar di kawasan pinggiran Queensland.

Mengajar bahasa Indonesia di Townsville Grammar Junior School adalah pengalaman luar biasa.

Kelasnya tidaknya terlalu besar, sehingga bisa memberikan perhatian penuh pada siswa dan mereka bisa terlibat secara maksimal.

Mengajar di kelas yang besarnya pas, menciptakan suasana yang tenang dan para siswa sangat menikmati datang ke kelas bahasa Indonesia, bukan saja karena menarik tetapi juga menyenangkan.

Murid-murid yang lebih muda bermain-main dengan bahasa Indonesia dan mereka juga menangkap dengan cepat.

Beberapa lembar surat dalam ditempel di dinding kelas
Kumpulan surat-surat dari murid-murid di Indonesia dipajang di kelas.

Foto: Koleksi Townsville Grammar Junior School

Saya senang melihat murid-murid mendapatkan sebuah prestasi untuk belajar sesuatu dengan menggunakan bahasa Indonesia, ini seperti memecahkan teka-teki.

Mengajar bahasa Indonesia di Townsville memiliki manfaat tersendiri dan juga ada tantangannya.

Lokasi Townsville berada di 1.337 kilometer dari ibukota Brisbane. Sementara acara-acara dan pengalaman budaya lebih banyak ditawarkan di ibukota, sehingga murid-murid tidak bisa hadir.

Karenanya, saya menggunakan cara-cara mengajar alternatif agar bisa melibatkan warga dan budaya Indonesia.

Murid-murid telah memiliki kesempatan di berbagai acara untuk mempraktikkan berbicara dan berinteraksi dengan sekolah Bintang Mandiri di Nusa Dua, Bali dan sekolah SD Karangmojo di Yogyakarta lewat Skype.

Pelajaran lewat Skype banyak dinikmati dan dinanti-nantikan oleh murid-murid.

Saya senang melihat kegembiraan di raut wajah mereka saat mempraktikkan apa yang sudah diajarkan di kelas, mengerti apa yang dikatakan oleh murid-murid di Indonesia, serta memberikan respon dari pertanyaan yang diajukan.

Bernyanyi dan bermain Angklung menjadi hal yang dinikmati murid-murid. Banyak lagu-lagu Indonesia menggunakan kata yang diulang-ulang.

Pengulangan kata disertai dengan kesenangan menjadi sangat penting saat belajar bahasa.

Memainkan instrumen musik dan menyanyi membuat keriaan di kelas.

Mahasiswa asal Indonesia di James Cook University sudah sering datang ke kelas dan membantu mengajarkan banyak lagu-lagu Indonesia kepada para murid.

Sejumlah pelajar Australia berbaris di depan kelas dengan pelajar Indonesia di monitor.
Salah satu kegiatan di kelas bahasa Indonesia adalah sesi Skype dengan pelajar di Yoyakarta.

Murid-murid kami mempraktikkan lagu-lagunya dan telah tampil di acara Festival Budaya Townsville, serta di acara-acara komunitas lainnya.

Interaksi dengan kelompok-kelompok komunitas dan warga Indonesia menjadi pengalaman positif bagi semua yang terlibat.

Di kota-kota besar saya kira ada lebih banyak kelompok komunitas dan kesempatan untuk berkolaborasi.

Sayangnya, tidak ada minat yang meningkat untuk belajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.

Saya merasa ini sangat mengecewakan, karena populasi warga di Indonesia meningkat pesat dengan lebih dari 260 juta orang berbicara Indonesia dan Indonesia adalah salah satu negara tetangga terdekat Australia.

Sangatlah jelas pentingnya membuat sebuah upaya untuk belajar bahasa, berkomunikasi dan menciptakan kemitraan yang kuat lewat pemahaman budaya.

Dengan dekatnya lokasi Indonesia, banyak murid-murid memiliki kesempatan untuk mengunjungi Indonesia dan mempraktikkan kemampuan bahasa mereka.

Mendapatkan tenaga guru bahasa Indonesia juga menjadi sebuah masalah bagi banyak sekolah-sekolah di pedamana Australia, karena banyak universitas yang tidak menawarkan studi Bahasa Indonesia sehingga menemukan lulusannya akan semakin sulit.

Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, saya menghargai bahasa Indonesia.

Saya sangat yakin jika kemampuan bahasa Indonesia bisa membuka banyak pintu-pintu untuk berbagai kesempatan kerja di pemerintahan, pendidikan, bisnis, militer, dan medis, itu hanyalah sedikit contoh.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sudah diajarkan di Townsville Grammar School selama bertahun-tahun dan murid-murid menyukainya.

Di masa depan saya rasa pemerintah Australia akan sadar betapa pentingnya kemitraan yang kuat dengan Indonesia dan akan ada tekanan kuat untuk belajar bahasa Indonesia.