ABC

Pengalaman Seorang Dokter dari Indonesia Tampil Bernyanyi di Sydney

Di Australia International Music Festival (AMIF) di Sydney baru-baru ini, selain Orkes Simfoni Universitas Indonesia, peserta dari Indonesia yang tampil adalah koor D'Angelic dan TRUST Orchestra. Johnny Nugroho, seorang dokter yang juga menjadi anggota koor D'Angelic menceritakan pengalaman mereka tampil di Sydney.

"Nekat..!!" adalah satu kata yang terlintas dalam benak penulis, saat  Albert Tanoso – Koordinator Umum d'Angelic Choir – mengajukan wacana untuk mengikuti Australian International Music Festival (AIMF) di Sydney penghujung tahun lalu.

Kenapa "nekat"? Karena sesungguhnya, musikalitas sebagian anggota baru hasil rekrutmen terakhir belum terasah, sementara AIMF merupakan festival musik internasional yang sangat bergengsi.

Hal lain yang tak kalah penting adalah bagaimana cara mencari dana guna mencukupi kebutuhan transportasi dan akomodasi bagi 40 penyanyi, 50 pemain musik dan 10 pendamping dalam waktu 6 bulan dengan kondisi uang kas yang minim.

Namun, usulan "nekat" tadi rupanya disambut antusias oleh Angelicans dan anggota Trinity Youth Symphony (TRUST) Orchestra. Latihan demi latihan dijalani dengan bersemangat.

Sekitar 20 lagu nasional dan folksongs dipilih dan dipersiapkan oleh Chorus Master kami – Levi Prakasa Setiadi – untuk dibawakan : “Ondel-ondel”, “Bengawan Solo”, “Janger”, “O Ina Ni Keke” dsb, serta beberapa lagu Musica Sacra karya Giovanni Pierluigi da Palestrina dan komposer modern Karl Jenkins untuk pementasan tambahan di St. Mary’s Cathedral.

Seluruh anggota koor D'Angelic dan Trust Orchestra di depan gedung Sydney Conservatorium of Music.
Seluruh anggota koor D’Angelic dan Trust Orchestra di depan gedung Sydney Conservatorium of Music.

 

Waktunya semakin dekat dan tekanan mental makin berat dirasakan. Syukurlah, Pemerintah Republik Indonesia mendukung kegiatan ini dengan menunjuk kami sebagai duta bangsa untuk membantu mencairkan ketegangan diplomatik Jakarta-Canberra yang sempat meningkat akibat kasus Bali Nine beberapa saat lalu.

Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ekonomi Kreatif serta Kementerian Perhubungan memberikan dukungan penuh. Selain itu Garuda Indonesia juga memberikan sponsorship kepada kami, sehingga sebagian beban pun terangkat.

Akhirnya, hari itu pun tiba!

Bangga dan haru terasa saat menjejakkan kaki di Bandara Sydney tanggal 27 Jun 2015. Satu lagi dari “100 things I have to do before I die” (100 hal yang harus saya lakukan sebelum saya meninggal)  kembali terwujud: bernyanyi diiringi orkestra di Sydney Opera House. Sesungguhnya hal ini tak terpikirkan, saat mengikuti audisi 8 tahun silam. Luar biasa sekali rasanya bisa menjadi duta bangsa dan membawa misi perdamaian dua negara melalui musik dan budaya.

Perjalanan ke hotel diwarnai dengan tatapan kagum terhadap keelokan kota Sydney. Sejujurnya sempat terbersit rasa iri: kapankah kiranya Indonesia akan mencapai taraf kemajuan infrastruktur seperti ini? Tak tampak kesemrawutan tiang dan kabel listrik, tak ada kebisingan, polusi udara, sampah dan kemacetan yang menjadi santapan sepanjang hari di Jakarta.

Suasana lingkungan yang asri, aman dan sangat nyaman bagi pedestrian dan difabel. Penduduknya tampak intelek, beradab dan disiplin, bahkan untuk menyeberang jalan pun mereka menunggu tanda boleh menyeberang, bahkan ketika jalanan kosong!

Sepanjang perjalanan, Desire – LO kami – menceritakan tentang berbagai hal menarik, sejarah dan kemajuan yang dicapai Australia dalam membangun negerinya sejak Captain James Cook menemukan benua ini. Luar biasa!

Setelah sejenak mampir Bondi Beach untuk makan siang (ribs ukuran jumbo yang tak bisa dihabiskan sendirian!) dan ber-narsis-ria foto-foto serta mengagumi keelokan pantai ini, kami kembali ke hotel guna mempersiapkan penampilan perdana kami malam nanti di Sydney Opera House.

Malam yang takkan terlupakan! Orkestra dibawah tongkat baton principal conductor kami DR Nathania Karina, seorang musisi profesional lulusan jujuran musik Melbourne University.

Kami tampil dua kali, membawakan lagu “Rasa Sayange”, “Melati Suci”, “Kampuang Nan Jauah Di Mato” serta “Janger” sebagai pementas pertama di hari pertama dan membawakan lagu “Anging Mamiri”, “Yamko Rambe Yamko”, “Bengawan Solo” karya Maestro Gesang dan “Untukmu Indonesiaku” karya Guruh Soekarno Putra untuk menutup acara hari kedua di gedung megah ini.

Applause yang begitu meriah dan standing ovation dari penonton yang memenuhi SOH telah menggetarkan jiwa kami !

D'Angelic and Trust Orchestra ketika tampil di Sydney Opera House
D’Angelic and Trust Orchestra ketika tampil di Sydney Opera House

 

Acara masih belum selesai karena masih ada beberapa pementasan lagi. Kami beruntung bisa mendapatkan master class dan bimbingan pribadi dari pakar paduan suara Liz Scott. Input dan pelatihan tambahan tadi sungguh sangat bermanfaat dan memberikan sumbangsih yang significant bagi penampilan-penampilan kami selanjutnya.

Penampilan berikutnya adalah di Verbrugghen Hall – Sydney Conservatorium of Music. Sayangnya, kali ini kami tampil tidak optimal. Terlalu banyak kesalahan : tempo dan dinamika lagu, register suara dan juga pitch nada tinggi yang tidak sempurna membuat Chorus Master kami stress dan pesimis. Ya sudahlah, tak perlu disesali, harapkan saja yang terbaik.

Di sela-sela penampilan serius kita masih punya waktu untuk jalan-jalan dan wisata kuliner! Sebagian kawan pergi membeli souvenir di Paddy’s Market, rombongan lain ke Fish Market, pasar Ikan Sydney yang sangat terkenal itu.  sementara sebagian kawan lain terutama yang wanita pergi ke Birkenhead Point untuk belanja. Sempat pula kita mengunjungi QVB yang sangat terkenal itu.

Sepertinya pergi ke Sydney saat musim dingin adalah momen yang tepat! Udaranya tidak terlalu dingin, suasananya sungguh indah, terutama saat sore hari kita berjalan-jalan disekitar Circular Quay atau Darling Harbour. Orang-orang tampak bercakap santai sambil ngopi dan ngemil di kafe-kafe. Anak-anak tampak bermain berlarian. Burung-burung camar beterbangan. Bayangkan! Betapa indahnya!

Upacara penutupan acara diselenggarakan di Sydney Town Hall. Semua peserta hadir sehingga suasana jadi sangat meriah. Semua berharap dapat memberikan yang terbaik bagi negaranya.

Satu hal yang sangat membanggakan adalah bahwa D’Angelic Choir dipilih oleh para juri sebagai satu-satunya peserta yang akan ditampilkan dalam malam penutupan karena dinilai memberikan banyak kontribusi dan nilai tambah bagi kekayaan khasanah dunia musik paduan suara bagi peserta lain.

Dua lagu dengan melodi yang unik dan koreografi yang meriah, yaitu “Ondel-ondel” dan “Sege-sege” kami persembahkan bagi penonton, dan penonton mengapresiasi kami dengan standing ovation yang sungguh meriah.

Pengumuman hasil lomba yang dilakukan hari itu juga, membuat semua orang menunggu dengan gelisah. Satu demi satu nama peserta disebutkan dan suasana sangat menegangkan karena d’Angelic tak juga kunjung disebutkan. Kegembiraan luar biasa dirasakan saat akhirnya d’Angelic Choir diumumkan sebagai peraih medali emas medal! Dan lagu “Indonesia Raya” pun berkumandang di Sydney Town Hall.

Johnny Nugroho (kiri) bersama Chorus Master D'Angelic Levi Prakarsa Setiadi.
Johnny Nugroho (kiri) bersama Chorus Master D’Angelic Levi Prakarsa Setiadi.

 

Puji Tuhan, karena TRUST Orchestra juga berhasil menggondol medali perak. Perjuangan keras berbulan-bulan terbayar sudah: sekali lagi kami berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Banyak pelajaran yang kami dapatkan. Pertama, event ini membuat Angelicans memiliki ikatan kekeluargaan dan kebersamaan yang lebih baik, memiliki rasa saling ketergantungan, juga memahami pentingnya kerjasama tim dan terutama tentang pentingnya mentalitas pemenang dalam kerendahan hati.

Kedua, kami belajar mengimani bahwa tidak ada hal yang mustahil bila kita mau bermimpi, berdoa dan bertindak untuk mewujudkannya.

Semua ini kami lakukan: Untukmu Indonesiaku!

*Johnny Bharata Nugroho adalah dokter lulusan Universitas Tarumanegara dan sekarang praktek di Jakarta. Awalnya terlibat koor di  Paduan Suara Fak Kedokteran  dan setelah jadi dokter aktif di Vox Angelorum Choir dan kemudian d'Angelic Choir, bagian dari gereja Katolik Kristooforus Grogol, Jakarta.