ABC

Pengalaman Mengurusi Suami Difabel Studi Doktoral di Australia

Yuki Melani sekarang tinggal di Sydney dan berada di Australia untuk menemani suaminya Antoni Tsaputra yang sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di University of New South Wales. Antoni harus menggunakan kursi roda dan membutuhkan perawatan 24 jam. Bagaimana suka duka Yuki Melani dalam mengurusi hal tersebut?

Sebelum bertemu dengan laki-laki luar biasa yang saat ini menjadi suami kebanggaan, tidak pernah terlintas di pikiran bahwa saya akan dibawa jauh ke negeri lain seperti di Australia saat ini.

Yuki selalu bersama suaminya 24 jam sehari
Yuki selalu bersama suaminya Antoni Tsaputra 24 jam sehari

Foto: Istimewa

Suami saya memang sedikit berbeda dari kebanyakan suami perempuan – perempuan lainnya. Terlahir dengan kondisi disabilitas fisik yang mengharuskannya menggunakan kursi roda dan membutuhkan rawatan selama 24 jam.

Mungkin kondisi fisiknya terlihat seperti kekurangan oleh orang lain. Namun bagi saya suami adalah yang paling sempurna.

Tidak ada yang kurang sedikit pun dari diri suami saya. Bahkan suami saya yang difabel ini bisa melakukan apa yang mungkin tidak semua suami bisa lakukan.

Meski di atas kursi roda suami bisa mengajak saya melihat negeri – negeri yang jauh.

Saat memutuskan menikah dengan suami ini dan hijrah ke Padang meninggalkan ibu dan kampung halaman di Pontianak (Kalimantan Barat) tidak sedikit teman dan kerabat yang mempertanyakan keputusan tersebut.

Apakah saya siap dan mampu menjalani hidup dengan suami yang punya kekurangan fisik dan harus dirawat seperti bayi 24 jam setiap hari? Tanya mereka.

Saya jawab bahwa saya siap menjalani apapun konsekuensinya karena ini adalah hidupku dan ini adalah pilihan yang saya ambil.,

Sejak menikah di tahun 2011 hingga sekarang aku selalu merasa bahagia bersama suami dan mendampinginya 24 jam kemanapun dia pergi.

Menurut saya, saya adalah istri yang paling bahagia di dunia ini karena bisa selalu bersama suami dimanapun dan kapanpun.

Sejak suami melanjutkan studi S3 nya di UNSW Australia memang aktivitas saya menjadi sedikit berbeda dibanding ketika di Indonesia.

Tapi saya sangat menikmati kebersamaan dengan suami terutama dengan tugas tambahan terkait studinya yang membuat saya banyak belajar.

Setiap hari saya berangkat ke kampus bersama suami dan mendampinginya bekerja dengan penelitiannya hingga larut malam hari.

Sebelum ke kampus saya memasak dan menyiapkan makanan untuk bekal hari itu. Setelah itu mengurus suami dan menyiapkan sarapannya.

Selama di kampus saya melakukan tugas seperti yang dilakukan di Indonesia antara lain menyuapkan suami saya di saat makan siang dan malam serta mengurus suami di saat suami harus ke toilet.

Yuki dan suaminya Antoni ketika berkunjung ke Amerika Serikat
Yuki dan suaminya Antoni ketika berkunjung ke Amerika Serikat

Foto: Istimewa

Selama di Australia saya juga mendapatkan banyak pengetahuan dengan belajar dari suami untuk membantu pekerjaannya.

Sebagai contoh aku belajar bagaimana mencari dan menemukan buku-buku di perpustakaan yang dibutuhkan suami untuk penelitiannya.

Saya mendampingi suami mengikuti berbagai seminar dan workshop. Saya juga membantu suami mengetikkan apa yang ada di pemikirannya.

Saya juga belajar bagaimana melakukan penelitian di lapangan, menyusun data dan yang lainnya.

Ini adalah kebahagiaan luar biasa buat saya ikut belajar bersama suami dan memperoleh begitu banyak pengetahuan.

Suami memang merupakan guru yang mengajarkan saya banyak hal dan pengetahuan. Dari suami, saya belajar tentang dunia difabel dan advokasi hak-hak penyandang disabilitas.

Ketika di Indonesia saya juga aktif bersama suami dalam pergerakan hak-hak difabel.

Saya aktif membantu teman-teman perempuan difabel sebagai pengurus dalam organisasi Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) di Kota Padang.

Kami melakukan advokasi ke pemerintah dan masyarakat bahwa penyandang disabilitas atau difabel itu adalah warga masyarakat yang juga punya peran dan dapat berkontribusi positif ke  masyarakat selama hak-hak dasar mereka dijamin dan dipenuhi oleh pemerintah.

Saya yakin tidak semua istri di luar sana bisa mendapatkan pengalaman berharga dan banyak tambahan pengetahuan dari mendampingi suami mereka.

Terkadang ketika suami bekerja hingga larut malam aku harus berjuang menahan rasa kantuk. Biasanya suami menyuruh saya beristirahat sebentar di ruang lain.

Namun saya tidak mau jauh dari suami karena takut jika ada yang dibutuhkannya saat bekerja. Bagi saya berbaring sebentar di karpet dibawah meja kerjanya sudah lebih dari cukup.  

Ketika suami merasa lelah dan butuh penyegaran, saya biasanya diajak menemaninya jalan-jalan ke taman seperti ke Centennial Park atau Botanical Garden.

Semua itu saya lakukan dengan bahagia dan saya sangat menikmatinya. Mungkin ada yang melihat bahwa yang saya lakukan ini adalah sesuatu yang luar biasa.

Namun bag saya ini adalah kewajiban sebagai seorang istri seperti perempuan lain terlepas apakah suami saya difabel atau tidak.

Kedisabilitasan suami mungkin bonus tambahan amal ibadah dari Tuhan yang sangat saay syukuri.

*Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Yuki Melani Tsaputra sekarang tinggal di Sydney menemani suaminya Antoni Tsaputra yang sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di University of New South Wales.