Pengalaman Mahasiswa RI ke Kokerbin Rock di Australia Barat
Lima mahasiswa asal Indonesia di Perth Achmad Room Fitrianto, Khaerudin Kiramang, Agni Amurbatami Manggali, Gita Miranda Warsito, M Ayub Rizal, dan Rhaka Adityaputra melakukan perjalanan ke Kokerbin Rock untuk menikmati keindahan Australia dan juga mengenang hari Kebangkitan Nasional Indonesia dengan cara mereka sendiri. Berikut tulisan AR Fitrianto mengenai pengalaman mereka. Kami berangkat pada hari Sabtu pagi menuju Kokerbin Rock melalui kota kecil yang bernama Berverly.
Namanya mungkin akan mengingatkan kepada kota Beverly Hill yang mewah itu di Amerika Serikat, namun kota Beverly yang satu ini adalah sebuah kota kecil yang lebih tepat disebut sebagai “desa” dari pada kota dengan populasi sekitar 1700 jiwa.
Kota ini terelak di areal yang dikenal sebagai Wheatbelt yang berjarak kurang lebih 140 kKm timur kota Perth.
Shire of Beverly begitu orang orang sini mengenalnya, adalah sebuah wilayah yang mungkin setara dengan Kabupaten, tapi terjemahan tepatnya mungkin kota pedesaan, yang dikelilingi oleh areal pertanian gandum.
Pada saat perjalanan kami, kami melihat sisi kanan kiri area pertanian gandum ini sedang dalam persiapan untuk penanaman yang berbarengan dengan musim penghujan yang sudah mulai sering turun di wilayah ini.
Shire of Beverly memang dikenal sebagai salah satu rumah industri pertanian yang sangat produktif di Australia Barat.
Kami berhenti di Beverly tidak lah lama, terlebih setelah mengetahui perangkat photography, kamera dan beberapa atribut yang akan kami pergunakan untuk perjalanan kami ini tertinggal di garasi tempat indekost kami.
Setelah berkoordinasi dengan beberapa kawan yang tidak mengikuti kegiatan ini untuk mengamankan perlengkapan kami, kami melanjutkan perjalan menuju Kokerbin Rock.
Kurang lebih satu jam perjalanan dari Beverly menuju ke Kokerbin Rock atau sekitar 92 Km timur Beverly.
Bila diukur dari Kota Perth, Kokerbin Rock terletak sekitar 210 km sebelah timur Perth yang termasuk kedalam wilayah Shire of Bruce Rock.
Kokerbin Rock adalah granit monolit terbesar ketiga di Australia dengan ketinggian kurang lebih 122 m. Kokerbin Rock menarik karena menurut Sandra Harben dalam proyeknya menyebutkan Kokerbin Rock tempat yang sangat penting bagi orang-orang Noongar (Aborigin).
Dahulu banyak orang Noongar yang berburu dan berkemah dibukit batu yang sangat besar ini
Kami memarkir kendaraan kami di kaki bukit batu ini melalui pintu masuk yang mengarah ke Historic Well.
Historic Well adalah sebuah sumur tua yang dibangun oleh manusia secara manual. Kami menyelusuri jalan setapak yang memiliki tanda “ to the summit”.
Dalam jalur jalan setapak ini akhirnya kami berada di kaki bukit batu yang besar ini.
Kami memandang keatas bukit batu ini dan ternyata memiliki penanda sebagai petunjuk arah untuk mendaki ke puncak bukit ini.
Secara perlahan kami menaiki bukit ini dengan sekali kali kami menenggok kebelakang sambil menikmati keindahan pemandangan areal pertanian gandum yang luas itu.
Perjalanan dari areal parkir di Historic Well menuju puncak kurang lebih menempuh jarak satu kilometer.
Setelah sampai di puncak, kami menemukan semacam monument yang dibangun, yang mana pada puncak monument itu terdapat petujuk arah ke beberapa kota disekitar lokasi dan juga disebutkan jaraknya.
Dari Puncak Kokerbin ini kami terus bergerak menuju sisi barat daya dari monument ini.
Disini kami menemukan satu spot yang sangat unik dan mungkin sangat eksotis untuk latar belakang foto.
Di lokasi ini kami menemukan batu yang menonjol ke yang dikarenakan mungkin karena kikisan air dan angin yang menjadikan bentuknya sedikti menjorok dan terjuntai.
Sambil menikmati lekukan lekukan indah batu ini kami beristirahat dan bercerita cerita tentang kebangkitan nasional.
Dan kemudian setelah puas menikmati pemandangan di puncak sisi barat bukit batu ini, kami memutuskan untuk kebali ke areal parkiran.
Kami mengambil rute sedikit berbeda , kami menghambil rute melingkar ke sisi utara bukit yang mana kami melihat ada beberapa onggok bebatuan disana.
Ketika kami sampai dibebatuan ini tenyata bebatuan disini memiliki rongga rongga yang cukup besar.
Ketika kami mesuki rongga ini kami melihat di dinding rongga batu ini ada sisa sisa pembakaran. Betulnya saya merujuk dari laporan Sandra Harben diatas ini seolah oleh menjadi bukti memang bukit ini dahuluanya menjadi bukit tempat berburu dan berkemahnya suku Aborogin.
Lebih lebih dikejauhan kami juga melihat kawanan kangguru yang meloncat loncat.
Dibutuhkan waktu hanya 20-30 menit untuk menuruni bukit berbatu ini dan setelah di parkiran kami melanjutkan perjalanan menuju York. Dari Kokerbin rock membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 20 menit atau dengan jarak tempuh 108 Km.
York adalah kota tua, Kota yang banyak menyimpan cerita.
Kota ini adalah kota pertama di daratan (bukan pelabuhan) yang dibangun di Western Australia pada tahun 1831 atau dua tahun setelah “babat alas” kota Perth.
Begitu memasuki York, maka bangunan gedung batu tua yang indah dan hotel di jalan utama seolah mengucapkan selamat datang di kota ini.
Di kota tua ini kami hanya mampir sebentar untuk beristirahat dan melakukan sholat di taman dekat Information center dan dilanjutkan dengan “makan siang” di kedai terdekat dengan menu “ family fried chiken” merek lokal.
Setelah di York kami melajutkan perjalanan pulang menuju Perth yang berjarak 97 km. kami mengambil jalur jalan yang melewati Kota Northam.
Di Northam seperti hanya York, adalah kota tua yang didominasi oleh kegiatan pertanian warganya dan Nampak begitu sepi pada sore akhir pekan.
Northam ternyata adalah kota terbesar di wilayah “Avon region” dengan penduduk sebanyak 6,580 jiwa.
Kota ini didirikan padatahun 1833 atau dua tahun setelah York.
* Achmad Room Fitrianto adalah mahasiswa S3 asal Indonesia di Curtin University di Perth.