Pengalaman Jadi Penambang Emas di Australia
Negara bagian Victoria di Australia dikenal sebagai penghasil emas. Dahulu, sekitar awal abad 19, sekitar tahun 1850-an, terjadi masa gold rush, di mana ribuan penambang emas dari berbagai negara mendatangi Victoria-Australia untuk berburu logam mulia itu.
Salah satu titik penemuan emas terbesar di Victoria berada di Ballarat. Berton-ton emas konon berhasil ditemukan di daerah ini. Penambangan emas sudah lama berhenti, Ballarat pun sudah ditinggalkan para penambang. Hanya ada bekas-bekas penambangan yang tersisa.
Namun, Ballarat telah disulap oleh sebuah perusahaan jasa pariwisata. Bekas tambang emas dijadikan tempat wisata.
Tambang emas Ballarat yang berada sekitar 2 jam perjalanan dari Melbourne kini disulap menjadi sebuah miniatur kota kuno. Kota mini yang mencerminkan keadaan saat masa jaya penambangan emas di bangun di atas bekas tambang emas.
detikcom dan 2 media lain di Melbourne yang difasilitasi Australia Plus ABC International mengunjungi Sovereign Hill, Ballarat. Karena letaknya yang berada di perbukitan, udara di Ballarat sangat sejuk.
Saat tiba di Sovereign Hill, rasanya seperti masuk ke mesin waktu. Suasana kota kecil Ballarat dibuat seperti pada tahun 1850-an, saat penambangan emas memasuki masa kejayaan. Bangunan-bangunan dibuat semirip mungkin dengan keadaan di tahun 1850-an.
Selain menawarkan suasana perkotaan di masa kejayaan penambangan emas di Victoria pada sekitar tahun 1850, Sovereign Hill di Ballarat juga menawarkan hal menarik lain. Bekas-bekas tambang emas dijadikan spot wisata yang bisa dikunjungi warga.
Konon, berton-ton emas berhasil ditemukan para penambang di daerah perbukitan itu. Setelah emas habis, para penambang pun pergi. Bekas tambang-tambang emas ditinggal begitu saja. Sebagian besar tambang emas berada di bawah tanah.
Bekas-bekas tambang emas itu kini dijadikan objek wisata. Letak tambang emas berada di sebelah pusat kota mini Sovereign Hill.
Pengunjung pun bisa menelusuri kehidupan para penambang di masa lalu. Pengelola tempat wisata itu memberikan gambaran utuh tentang kehidupan para penambang, termasuk kerja keras yang harus dilalui para penambang demi mendapatkan bongkahan emas.
Tambang terbesar berada di ujung kota kecil Sovereign Hill. Sebuah replika mesin penambangan kuno berada di pintu masuk kompleks tambang. Alat itu dahulunya digunakan untuk mengangkut tanah yang mengandung bubuk emas.
Kompleks tambang emas berada di kedalaman 30-50 meter di dalam tanah. Sehingga, untuk masuk ke kompleks penambangan, pengunjung harus menaiki kereta mini.
Memasuki kompleks pertambangan, suasana sangat gelap. Secercah cahaya baru terlihat saat kereta sudah sampai di area jalan masuk menuju titik galian. Terlihat kayu-kayu disusun sebagai dinding penahan agar tanah tidak longsor.
Jalur kereta lori juga dibangun di area pertambangan itu. Dahulu, lori digunakan untuk mengangkut tanah hasil galian. Tanah-tanah hasil galian dibawa ke bagian luar untuk dipisahkan bongkahan emas yang terkandung di dalamnya.
Udara di dalam area tambang sangat lembab, penerangan pun sangat minim walau beberapa lampu telah dipasang. Dahulu, para penambang menggali tanah tanpa penerangan yang memadai. Mereka bekerja dalam keadaan gelap dan lembab.
Seorang guide yang mendampingi para pengunjung menjelaskan, para penambang dahulu berada sejak pagi hingga menjelang malam di area tambang. Lebih dari 10 jam sehari mereka bekerja di bawah tanah.
Untuk makan, para penambang membawa bekal roti dengan lapisan gandum yang sangat tebal. Roti-roti itu berisi daging, sayur dan kacang.
“Di sini tidak air untuk mencuci tangan, sehingga para penambang makan bagian dalam roti isi itu. Roti sengaja dilapisi gandum yang tebal dan bagian itu tidak dimakan. Hanya bagian dalam saja yang dimakan,” jelas guide.
Saat berjalan mengelilingi area tambang, terlihat beberapa patung penambang. Patung-patung itu dibuat untuk menggambarkan bagaimana para penambang di masa itu bekerja.
Di beberapa titik di dinding tambang, terlihat beberapa bongkahan kecil berwana keemasan. Para guide mengatakan bongkahan kecil itu emas asli yang sengaja ditinggalkan, agar pengujung mempunyai gambaran bagaimana cara penambang mendapatkan emas.
Dengan udara yang sangat lembab, pengunjung tidak bisa berlama-lama berada di area pertambangan bawah tanah. Guide akan memandu pengunjung untuk keluar menaiki kereta mini.
Di bagian luar tambang bawah tanah, sekitar 100 meter di bagian selatan ada sebuah sungai kecil. Sungai kecil itu dahulu juga dijadikan tempat mencari emas. Para pencari emas menggunakan sebuah benda berbentuk seperti tampah namun terbuat dari logam. Benda itu digunakan untuk mengayak pasir dan memisahkan menggunakan air hingga ditemukan serbuk dan kerikil emas.
Pengelola Sovereign Hill menjadikan sungai kecil itu sebagai objek wisata. Pengunjung bisa mencoba mencari emas di sungai menggunakan alat yang digunakan para pencari emas zaman dulu.
Uniknya, pengelola setiap harinya menabur 2 gram bubuk emas di sungai. Sehingga pengunjung yang beruntung bisa menemukan bubuk emas setelah mengayak tanah yang diambil dari dasar sungai. Bubuk emas itu pun bisa dibawa pulang para pengunjung yang beruntung.
Di tengah pengunjung yang asyik mencari emas di sungai, tiba-tiba ada polisi yang datang dan menanyakan izin mencari emas. Dahulu, para pencari dan penambang emas diwajibkan memegang surat izin. Untuk mendapatkan surat izin tentu saja harus membayar uang kepada pihak pemerintah.
Polisi akan memarahi pengunjung yang tidak membawa surat izin mencari emas. Namun tentu saja polisi itu hanya berakting. Hal tersebut dilakukan agar pengunjung memiliki gambaran bagaimana keadaan para pencari emas di masa lalu.
Di pinggir-pinggir sungai, berdiri warung-warung yang akan membeli emas temuan para penambang. Warung-warung itu hanya berukuran 2×2 meter dan tersebar di beberapa titik di pinggir sungai.
Sementara itu, tak jauh dari sungai, terdapat perkampungan para penambang. Rumah-rumah penambang terlihat sangat memperihatinkan. Rumah hanya berukuran 4×6 yang dibangun dari papan kayu. Pintunya pun sangat pendek hingga orang yang akan masuk ke rumah harus menunduk.
Di dalam rumah, hanya ada satu ranjang kecil tanpa kasur yang berada dekat dengan dapur. Hanya ada satu meja dan dua kursi kecil di rumah itu. Ternyata, memang seperti itulah kondisi rumah para penambang di masa lalu.
Di pinggir jalan utama, berdiri berbagai restoran, bar, toko makanan, apotek, toko baju dan bioskop yang semuanya bernuansa tahun 1850-an. Tak hanya itu, bahkan ada hotel, klinik kesehatan dan bank yang dibuat semirip mungkin dengan keadaan masa lalu.
Para penjaga toko berpenampilan menggunakan pakaian khas tahun 1850-an yang begitu kental bergaya Inggris. Yang wanita, mengenakan baju dengan rok berbentuk keranjang serta berbagai aksesoris di kepala.
Sementara para lelaki, mengenakan baju era Victoria pada abad 19. Penampakannya seperti yang jamak terlihat di film-film Eropa yang bersetting waktu masa kolonial.
Di toko-toko makanan, pengunjung bisa membeli berbagai makanan khas tempo dulu. Berbagai kue dan permen khas tempo dulu dijajakan para pedagang.
Sementara di toko pakaian, semua pakaian yang dijual juga pakaian bergaya masa kolonial. Gaun-gaun pesta hingga tuksedo untuk pria yang biasa digunakan kalangan menengah ke atas pada masa itu tersedia di kota kecil Ballarat.
Layaknya sebuah kota, di Sovereign Hill juga ada kantor polisi, lengkap dengan para polisi yang berpatroli. Para polisi yang berpatroli membawa senjata lengkap seperti senapan laras panjang, tongkat pemukul dan borgol. Tapi tentu saja polisi yang berpatroli bukanlah polisi sungguhan. Mereka adalah pegawai yang berpenampilan layaknya polisi zaman dulu.
Sebagai sebuah kota, alat tranportasi menjadi hal wajib untuk mendukung mobilitas warga. Di Sovereign Hill, alat transportasi utama adalah kereta kuda. Pengunjung cukup membayar AUD 5 (sekitar Rp 50 ribu) untuk bisa berkeliling kota menaiki kereta kuda. Hanya butuh waktu 30 menit untuk mengelilingi setiap bagian kota kecil Ballarat menggunakan kereta kuda.
Di sebelah pusat kota, terdapat kompleks perumahan warga. Rumah-rumah yang dibuat dari papan kayu itu rata-rata berukuran tak lebih dari 50 meter persegi. Rumah dibangun persis seperti gaya rumah di masa jaya penambangan emas di Victoria. Dahulu, yang tinggal di kompleks perumahan adalah pegawai penambangan yang sudah berlevel tinggi.
Sebuah gereja berdiri di tengah kompleks perumahan penduduk. Gereja itu juga dibangun dari papan kayu dan berukuran sedang.
Suasana di Sovereign Hill benar-benar mirip dengan kehidupan di tahun 1850-an. Di masa itu, menjadi momen kejayaan penambangan emas di Victoria, sehingga kegiatan ekonomi di pusat kota begitu hidup.
Wendy Miller, seorang warga asli Ballarat yang mendampingi kami mengisahkan bahwa dahulu, setiap akhir pekan, pusat kota Ballarat begitu ramai dengan penambang emas yang mencari hiburan. Setelah lelah menambang emas selama 5 hari, para penambang pergi ke kota untuk melepas penat.
“Dulu di Ballarat ada ribuan penambang dari berbagai negara. Setiap akhir pekan, mereka ke kota untuk pergi ke bar, makan di restoran atau hanya untuk bersenang-senang,” kata Wendy.
Ratusan ribu orang mengunjungi Sovereign Hill setiap tahunnya. Para pengunjung datang untuk merasakan suasana kehidupan di masa tahun 1850-an, ketika perekonomian di Victoria sangat ditopang kegiatan penambangan emas.