ABC

Pengalaman Hijabi Indonesia Menonton Pacuan Kuda Melbourne Cup

Jarang terlihat hijabi yang datang ke pacuan kuda Melbourne Cup. Mungkin salah satu alasannya adalah acara ini kerap diidentikkan dengan berjudi dan pesta minuman beralkohol. Tapi Risa, mahasiswa Indonesia memberanikan diri datang ke acara dengan hanya satu alasan, mendapatkan pengalaman hadir ke acara pacuan kuda terbesar di Australia.

Risa Firstiyani, mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Monash University tidak terlalu yakin apakah banyak orang yang memperhatikannya saat tiba di pacuan kuda Flemington, saat Melbourne Cup berlangsung, hari Selasa (3/11/2015).

Penampilannya saat itu bisa dibilang sangat berbeda. Di saat pengunjung wanita kebanyakan menggunakan gaun-gaun pendek dan terbuka, Risa datang memakai jilbab, yang memang ia kenakan sehari-hari sebagai seorang muslimah.

Hanya saja ia menggunakan hiasan rambut, atau sebutannya fascinator yang seolah menjadi seragam wajib bagi wanita yang datang ke pacuan kuda.

Padahal sebelumnya ia mengaku kalau tidak tahu harus memakai baju apa untuk bisa datang ke Melbourne Cup untuk memenuhi aturan dress code yang berlaku.

"Agak susah mencari gaun di sela-sela menyelesaikan tugas sekolah, apalagi kebanyakan gaun yang ada di toko-toko di atas lutut," kata Risa yang sedang mengambil program master of international development.

"Untungnya saya menemukan celana yang agak ramai dan berwarna. Model kerudung yang digunakan biasa saja, yang agak sulit sebenarnya memadukan motif dan warnanya."

Tapi ia ingat jika ada salah satu pengunjung pacuan kuda yang sangat terkesan dengan penampilannya.

"Ada satu ibu-ibu yang menghampiri saya dan mengatakan 'saya suka sekali topi kamu, terlihat indah, dan saya juga pernah datang ke acara-acara Muslim dan Yahudi…dan kamu sepertinya tahu bagaimana menggabungkan baju dan aksesoris'," ujar Risa.

Risa tidak terlalu mau mempermasalahkan kehadirannya ke Melbourne Cup. Bersama dengan suaminya Zaki Ahmad dan anak laki-lakinya Zaidan Aksata, mereka hanya ingin datang mendapatkan pengalaman datang ke salah satu pesta olahraga terbesar di Australia.

"Kami hanya ingin merasakan suasana yang sangat khas Melbourne, yakni Melbourne Cup," ucap Zaki yang mengaku harus mengendong Zaidan di pundaknya agar anaknya bisa melihat pacuan kuda.

Anak-anak memang diperbolehkan menonton pacuan kuda dengan pengawasan orang dewasa. Bahkan ada satu hari yang khusus diperuntukkan bagi keluarga yang membawa anak-anak.

"Kita sejauh ini memang mencari apa yang tidak bisa didapat dan dirasakan di Indonesia, seperti pengalaman-pengalaman yang hanya ada di Australia, dan Melbourne Cup ini hanya ada di Melbourne, tidak ada di tempat lain," tambah Risa.

Kehadirannya ke Melbourne Cup mungkin akan mendapat pertentangan dari beberapa teman Muslim-nya. Tetapi Risa menegaskan di halaman Facebooknya bahwa mereka menikmati datang ke acara itu, tidak ikut taruhan, atau minum alkohol, dengan pakaian yang seadanya tidak baru atau pun tidak mahal, tapi mereka puas karena bisa mendapatkan pengalaman sekali seumur hidup tersebut.

Mereka mengakui jika harus pulang sesaat setelah pacuan kuda utama yang merebutkan Melbourne Cup usai digelar karena Risa masih memiliki tugas kuliah yang harus diselesaikan.

Zaki dan putranya Zaidan di tengah kerumunan penonton Melbourne Cup. Foto: Risa Firstiyani.
Risa mengaku sempat mengalami kesulitan mencari baju yang pas. Foto: Risa Firstiyani.