Pengalaman Bekerja di Bogor Antarkan Aktivis Muda Australia Ini Ke Paris
Berbekal gelar jurusan Neurosains dan Farmakologi, Michelle Kovacevic justru aktif berkecimpung di bidang lingkungan. Pengalamannya bekerja di Bogor, memantapkan langkah Michelle di forum internasional perubahan iklim Paris, akhir tahun 2015.
“Banyak orang mempertanyakan karir dan latar belakang pendidikan saya. ‘Bagaimana mungkin seseorang dengan latar belakang neurosains bisa bekerja di institut kehutanan di Indonesia?’. Itulah pertanyaan yang hampir selalu ditanyakan orang-orang yang saya temui selama tinggal di Bogor,” tulis spesialis komunikasi di CIFOR (Pusat Penelitian Kehutanan Internasional yang bermarkas di Bogor) ini di blog pribadinya.
Tak seperti kebanyakan lulusan sains yang berkutat di laboratorium, Michelle Kovacevic justru memilih jalur profesinya di bidang lingkungan.
Semuanya berawal di tahun 2000 ketika ia mempelajarai bahasa Indonesia di SMA Australia.
"Menurut saya bahasa Indonesia itu menarik, budaya dan tradisinya juga mengagumkan," akunya.
Hal itulah yang memotivasi Michelle untuk mengambil diploma Bahasa Indonesia ketika kuliah, selain menempuh jalur sarjana jurusan Neurosains dan Farmakologi di Universitas Melbourne.
Michelle ketika menjadi pembicara di Global Landscape Forum, Paris, Desember 2015. (Foto: Michelle Kovacevic)
Kecintaannya terhadap bahasa dan budaya Indonesia membuat gadis penghobi bola voli ini ingin merasakan tinggal dan berinteraksi langsung dengan masyarakat di negeri khatulistiwa. Hingga ia menemukan program magang jurnalistik yang dijalankan ACICIS (Konsorsium Universitas Australia untuk Studi Indonesia).
Saat itu ia nekat melamar ke CIFOR walau tanpa bekal pendidikan jurnalisme.
"Kalau itu orang lain, mungkin saat membuka formulir pendaftaran saya tak jadi melamar karena saya tak memenuhi kriteria, tapi saya cari jalan lain. Saya email program koordinator di CIFOR, saya bilang saya belajar sains dan ingin menjadi relawan di samping menjalani perkuliahan. Ternyata mereka menerima saya dengan tangan terbuka," lanjut Michelle di blog miliknya.
Di tahun 2011, Michelle akhirnya menginjakkan kaki di Bogor dan bekerja dengan tim komunikasi di CIFOR.
"Saya mendesain ulang blog mereka dan mengelola akun media sosial mereka. Itu benar-benar menjadi momen yang mengasyikkan buat saya. Salah satu bagian favorit dari pekerjaan saya adalah bekerja dengan ilmuwan CIFOR di seluruh dunia untuk membangun kemampuan komunikasi mereka," cerita perempuan muda yang mahir bermain piano ini.
Setelah menyelesaikan program ACICIS di CIFOR selama 5 pekan, Michelle sempat kembali ke Australia selama 8 bulan untuk menyelesaikan skripsi sarjananya sebelum melanjutkan karirnya di institur kehutanan tersebut.
Kepada Nurina Savitri dari Australia Plus ia mengungkapkan, dua tahun setelah bekerja di CIFOR, ia diminta untuk berkontribusi dalam Global Landscapes Forum.
"Seorang kolega saya di divisi media sosial -Peter Casier – memiliki ide untuk membentuk wadah bagi kaum muda untuk menyuarakan pandangan mereka. Jadi begitulah program itu dimulai dan sejak saat itu saya bekerja membantunya, bahkan setelah saya kembali ke Australia," tutur anggota kelompok Gamelan di Melbourne ini.
Dari situ, ia akhirnya diberi kepercayaan untuk mengkoordinasikan Youth in Landscapes Initiative yang bertujuan menyatukan serta memberdayakan pemuda dari berbagai sektor, kawasan dan tingkatan untuk mengatasi tantangan penggunaan lahan secara global dan menciptakan solusi.
Pada pekan pertama bulan Desember 2015, ia-pun terbang ke konferensi iklim di Paris, menjembatani para aktivis lingkungan dari berbagai usia.
"Salah satu tujuan kami adalah untuk mendorong para peserta konferensi agar bertindak proaktif dan melibatkan profesional muda. Kami bekerja erat dengan Global Landscapes Forum (GLF) untuk melakukan program pendampingan di mana kami memasangkan delegasi senior GLF dengan delegasi muda dan mendorong mereka untuk menghadiri sesi diskusi bersama-sama, membentuk jaringan yang tak lekang waktu," kemukanya.
Michelle bersama rekannya di CIFOR Bogor, Budhy Kristanty. (Foto: Michelle Kovacevic)
Michelle mengaku, tanpa pengalaman bekerja-nya di Bogor, ia tak akan mampu meraih pencapaian tersebut.
"Bogor adalah tenpat di mana saya memulai karir dan saya sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan, saya tak pernah menyangka jalan karir saya akan seperti ini!."
Ia lantas mengimbuhkan, peluang dan tanggung jawab yang ia dapat selama bekerja di Indonesia belum tentu ia dapatkan sebagai profesional muda di Australia.
"Saat itu, tingkat pengangguran di Australia tengah melonjak. Berkaca dari pengalaman, saya sangat menganjurkan siapa saja untuk mencari peluang karir di luar negara asal anda," sebutnya.
Kerjasama Indonesia-Australia dalam mengatasi perubahan iklim
Sebagai aktivis muda Australia, Michelle berpendapat bahwa kedua negara perlu memperitmbangkan peran penting dari populasi adat dalam mengelola tanah – dan bagaimana masyarakat kedua negara telah menanggung dampak perubahan iklim.
"Dampak perubahan iklim terhadap Indonesia dan Australia akan berbentuk serupa. Kedua negara sangat kaya dalam sumber daya alam yang eksplorasinya menyebabkan perubahan iklim. Nah, agrikultur adalah sektor penting bagi pendapatan keduanya yang akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi cuaca dan curah hujan, yang sudah ditimbulkan perubahan iklim," urai perempuan yang mahir berbahasa Indonesia ini. Karena itu, menurut Michelle, kerjasama dalam hal ini sangatlah dibutuhkan.
Akibat isu tersebut, ia sendiri telah melihat adanya peluang kemitraan di antara kedua negara dalam beberapa sektor. Misalnya, pada sektor energi, di mana Pemerintah Indonesia berjuang keras untuk mencapai target pemenuhan listrik 90% pada tahun 2020.
"Dengan kondisi seperti itu, pertumbuhan pembangkit listrik di Indonesia harus tumbuh 9% per tahun. Di situlah muncul peluang nyata untuk memastikan bahwa pertumbuhan listrik itu berkelanjutan dan bersih. Dan saya sungguh tak sabar untuk melihat ilmuwan dari kedua negara berkolaborasi untuk mencapai target tersebut," utaranya
Baginya, untuk menangkal isu lingkungan, tak hanya kerjasama antar pemerintah yang dibutuhkan. Kerjasama antar warga dan pelaku bisnis juga sangat diperlukan.
Michelle di dalam sebuah hutan di Bogor. (Foto: Michelle Kovacevic)