Pengabdian Pasangan Dokter Asal Inggris di Kota Kecil Australia
Ketika pasangan dokter asal Inggris, David dan Margaret Hollands, menempuh perjalanan keliling dunia selama dua tahun pada 1961, mereka tidak mengira bahwa 53 tahun berikutnya mereka akan menetap di kampung halaman baru di Orbost, negara bagian Victoria, Australia.
Pasangan ini, awalnya, berencana bepergian selama 28 hari dengan visa liburan kerja dari Inggris ke negara bagian Victoria (Australia), untuk mengisi pos medis di distrik barat Hamilton, yang memiliki kekurangan dokter pada saat itu.
“Kami akan melihat dunia, itulah apa yang kami lakukan,” kenang Margaret.
“Itu sedikit mengejutkan, tapi bagi kami itu menarik. Anda bisa melakukan apa yang dilatihkan kepada anda,” sambungnya.
Keduanya menikmati variasi dan tantangan dari pengobatan di pedesaan, menyadari bahwa mereka bisa memanfaatkan keahlian mereka lebih dalam di Australia ketimbang di Inggris, di mana dokter umum biasanya terbatas pada aktifitas menulis resep dan membuat surat sakit.
Setelah 18 bulan di Hamilton, pasangan ini memutuskan untuk membuka praktek mereka sendiri, dan pada tahun 1963, pindah ke kota terpencil ‘Orbost’. Dengan lebih dari 30 pabrik kayu, Orbost adalah sebuah kota keluarga muda, dengan rumah sakit yang melayani persalinan hingga 160 bayi per tahunnya.
David dan Margaret melayani daerah yang membentang dari Cann River hingga Mallacoota. Jalan-jalannya belum beraspal pada saat itu, dan belum diterapkannya sabuk pengaman serta kecelakaan mengemudi akibat alkohol membuat pasangan ini selalu sibuk.
“Jika Anda menyamakannya dengan Inggris, itu kira-kira sebesar wilayah Yorkshire,” sebut Margaret.
"Kami memiliki banyak kecelakaan jalan yang harus ditangani. Dan aturannya saat itu, Anda tak mengurusi apapun yang berada di luar wilyah Anda, tapi kami tak punya layanan helikopter atau sesuatu seperti itu," jelas Margaret.
RS banyak terima pembedahan binatang
Pasangan Hollands ini tinggal di belakang ruang konsultasi mereka yang sibuk di jalanan utama Orbost dan melayani panggilan 24 jam seminggu, berurusan dengan banyaknya kondisi stres.
David melakukan operasi, sementara Margaret menjadi dokter anestesi dan membantu persalinan bayi.
Margaret pernah belajar kebidanan saat menjadi mahasiswa di Dublin, dan segera menjadi sangat berpengalaman dalam persalinan bayi dengan segala macam situasi.
"Ini benar-benar ragam kedokteran yang tak akan pernah kami alami di Inggris," kata Margaret.
Keahlian mereka bahkan meluas ke pembedahan hewan.
Margaret mengenang, ia pernah menjahit kuda yang terluka parah dan diminta untuk melakukan operasi caesar pada anjing ketika dokter hewan yang bertugas sedang berhalangan.
“Kami memiliki beberapa cerita sebagai dokter hewan karena kami mencoba untuk membantu warga,” katanya.
Pasangan ini dikaruniai tiga anak dan menjadi bagian dari komunitas Orbost, menjalankan praktek secara maksimal selama 40 tahun hingga pensiun dalam usia enam puluhan.
“Kami memiliki kehidupan yang sangat menyenangkan dan bersemangat di Orbost, walau kadang-kadang, jujur saja, sangat menegangkan. Kami tak keluar rumah terlalu sering,” ungkap Margaret.
Suka-duka membuka klinik di desa
Sejak pensiun, Margaret telah menulis referensi definitif tentang sejarah kedokteran di Orbost: Orbost Hospital (rumah sakit), History (sejarah), Personalities and Stories (karakter dan cerita).
Buku itu menampilkan kisah dokter pertama di Orbost yang tiba pada tahun 1880-an, lewat pembukaan Rumah Sakit Orbost pada tahun 1930 dan penggalangan dana serta kampanye masyarakat yang telah dilakukan untuk mempertahankan rumah sakit.
Tahun-tahun awal berdirinya rumah sakit diwarnai perjuangan selama beberapa tahun dengan resiko kurangnya pegawai.
Suster kepala, yang bekerja enam hari seminggu, dibantu oleh dua suster bersertifikat ganda dan juga beberapa asisten perawat.
Pada tahun 1960, rumah sakit itu bahkan terpaksa mempekerjakan perempuan menikah, sebuah aturan yang bertentangan dengan konvensi sosial saat itu, di mana perempuan dinilai tak layak bekerja setelah menikah, tak peduli seberapa terlatihnya ia atau seberapa memenuhi syarat-nya ia.
Staf semakin meluas selama bertahun-tahun sehingga mencakup manajer, pembersih, asisten perawat, dan beberapa suster dari rumah sakit dan komisi amal.
Ada juga pekerja peternakan yang ditempatkan untuk merawat sapi rumah sakit dan kebun sayur dan warga setempat seringkali membawa produk lokal, telur dan ikan untuk memberi makan pasien.
"Salah satu suster kebidanan mengatakan kepada saya bahwa ketika pekerja peternakan libur, ia harus mengirim susu ke rumah sakit," tutur Margaret.
“Banyak orang menyumbang hasil kebun dan ternak mereka ke rumah sakit, orang-orang membawa ikan yang mereka tangkap dan beberapa lainnya membawa telur,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Ada banyak bantuan untuk rumah sakit. Orang-orang sangat ingin agar rumah sakit terus bertahan, dan masih ada banyak penggalangan dana yang terus terjadi.”
Margaret menggambarkan evolusi rumah sakit dari era pra-Medicare (asuransi kesehtan publik) ketika sebagian besar pasien adalah pasien umum, hingga berkembangnya rumah sakit yang secara bertahap menjadi pelayanan kesehatan multifungsi, menggabungkan sebuah panti jompo, layanan ambulans dan ahli patologi serta radiologi.
Terlepas dari perjuangan rumah sakit untuk bertahan dengan staf dan dana yang memadai, warga Orbost telah berjuang untuk membuat rumah sakit tetap beroperasi.
Sekarang ini, rumah sakit Orbost mempekerjakan sekitar 130 staf.
Diterbitkan Pukul 10:30 AEST 24 November 2016 oleh Nurina Savitri. Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.