Penelitian Baru di Australia: Jalan Sambil Main Ponsel Tingkatkan Risiko Jatuh
Banyak orang mungkin sudah menyadari adanya risiko saat berjalan sementara mata menuju layar ponsel. Misalnya Anda mau membalas pesan dengan cepat, tapi kepala menunduk sambil berjalan.
Kampanye bahaya menyetir sampai main hape mungkin sudah banyak, tapi belum cukup yang menyoroti bahayanya saat berjalan kaki.
Studi eksperimental dari Neuroscience Research Australia di University of New South Wales (UNSW) Australia membuktikan risiko semakin meningkat kalau berjalan sambil memainkan ponsel.
Peneliti Matthew Brodie menjelaskan risikonya meningkat sampai 80 persen orang saat orang menundukkan kepalanya.
Matthew ingin memastikan apakah berjalan kaki sambil mengirim pesan itu aman atau tidak?
"Saya ingin tahu apakah bahaya ini nyata atau cuma khayalan. Jadi kami mengukur risikonya berulang-ulang," jelasnya.
Matthew dan peneliti lainnya Yoshiro Okubo merekrut 50 orang dewasa muda yang sehat dari kampus UNSW untuk ambil bagian dalam eksperimen mereka.
Bagaimana eksperimen dilakukan
50 mahasiswa yang menjadi partisipan diminta untuk melakukan enam tugas berjalan dan satu tugas duduk dilakukan secara acak.
Dalam eksperimen tersebut, peneliti membuat jalur berubin yang berbahaya di laboratorium Neuroscience Research Australia.
Jalur itu berukuran 10 meter terdiri dari ubin kayu berukuran 50 sentimeter kali 50 sentimeter dan 10 vinil yang diletakkan di atas jalan setapak untuk diinjak oleh partisipan.
Jalan ini memiliki ubin yang disesuaikan untuk bisa terlepas, sehingga siapa pun yang menginjaknya bisa terpeleset.
Ada empat tingkat bahaya dalam eksperimen ini:
-
Duduk -
Berjalan normal: berjalan tanpa ancaman tergelincir -
Ancaman terpeleset: berjalan dengan ancaman terpeleset -
Ancaman tergelincir: berjalan dengan bahaya terpeleset 70cm
Tugas berjalan diulangi sampai dua kali sambil mengirim pesan dan berjalan tanpa mengirim pesan.
Para partisipan dipasangi sensor gerak di bagian kepala, badan, panggul, dan kaki untuk merekam kinematika kiprah dan postur badan.
Para mahasiswa juga mengenakan perlengkapan safety untuk mencegah bahaya, jika mereka benar-benar jatuh.
Mereka kemudian diminta untuk berjalan di sepanjang jalan baik tanpa mengirim pesan atau sambil mengetik kalimat "the quick brown fox jumps over the lazy dog".
Untuk percobaan ini, partisipan diberi tahu bahwa mereka mungkin terpeleset atau tidak.
Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mempelajari bagaimana SMS dapat diantisipasi oleh pejalan kaki dan mencoba mencegah kemungkinan terpeleset, misalnya: dengan mencondongkan tubuh ke depan.
Hasil yang mengejutkan
Matthew mengaku kaget melihat betapa berbedanya setiap partisipan menanggapi ancaman terpeleset.
"Beberapa orang memperlambat langkah dan lebih berhati-hati," ujarnya.
"Yang lain justru mempercepat mengantisipasi kemungkinan tergelincir."
"
"Hal ini memperkuat asumsi bahwa untuk mencegah kecelakaan dari mengirim pesan saat berjalan, diperlukan beberapa strategi," jelas Matthew.
"
Penelitian ini menunjukkan meski partisipan yang mengirim pesan mencoba berjalan dengan lebih berhati-hati ketika menyadari adanya ancaman, hal itu sama sekali tidak mencegah mereka dari risiko jatuh.
Sementara ketika partisipan mencondongkan badannya ke depan, menjadi tergelincir ke belakang, data sensor gerak menunjukkan adanya peningkatan jangkauan sudut batang dari tubuh mereka.
Akurasi pesan menurun
Peneliti menggunakan nomor pada sensor gerak untuk mengukur apakah cara responden mengirim pesan membuat mereka lebih mungkin jatuh.
Disebutkan, rentang sudut batang tubuh rata-rata saat jatuh meningkat secara signifikan jika partisipan mengirim pesan.
"
Selain itu, hasil penelitian tersebut menunjukkan berjalan sambil mengirim pesan menyebabkan akurasi pesan tersebut menurun.
"
Sementara ketika partisipasi duduk dan fokus hanya pada mengirim pesan, teks yang mereka tulis menjadi paling akurat.
Hal menarik, menurut peneliti, adalah akurasi dari frasa "the quick brown fox jumps over the lazy dog" berkurang.
Partisipan yang terpeleset saat mengirim SMS memiliki akurasi pengiriman teks yang paling rendah.
Mengunci layar HP
Para peneliti menyimpulkan orang dewasa muda lebih cenderung mengambil risiko, bahkan setelah mereka diperingatkan mengirim pesan sambil berjalan dapat meningkatkan kemungkinan jatuh.
Mereka menyebutkan rambu-rambu jalan tentang bahaya mengirim pesan sambil berjalan tidak akan efektif.
Penelitian ini menyarankan agar produsen ponsel dapat menerapkan teknologi penguncian yang serupa dengan yang digunakan saat pengguna sedang mengemudi.
Teknologi tersebut dapat mendeteksi aktivitas berjalan kaki dan mengaktifkan kunci layar ponsel secara otomatis.
Dalam penelitian selanjutnya, tim peneliti ini ingin membuktikan apakah fitur mengunci layar ponsel akan efektif digunakan.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang selengkapnya dapat dibaca di sini.