ABC

Peneliti Ciptakan Tes Pembeda Flu Biasa dan Infeksi Serius

Tes cepat dan mudah untuk membedakan virus dari infeksi bakteri akan tersedia dalam waktu empat tahun. Alat tes ini diharapkan dapat mengurangi penyakit yang mengancam jiwa pada anak-anak dan penyalahgunaan antibiotik.

Para peneliti dari University of Queensland (UQ) ambil bagian dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh Imperial College London yang sedang membangun metode untuk menggunakan biomarka (biomarker) genetik dalam mengungkapkan sifat dari infeksi.

Associate Profesor Lachlan Coin dari Pusat Solusi Superbug UQ mengatakan studi tersebut telah berlangsung sejak 2009, ketika anak-anak direkrut di rumah sakit di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.

“Penelitian ini dipimpin oleh sekelompok dokter anak di Inggris dan infeksi bakteri seperti penyakit meningokokus terutama yang banyak mengancam jiwa anak-anak, jadi itu salah satu motivasi penelitian ini,” katanya.

“Ada beberapa kasus malang di mana anak-anak dikirim pulang ketika mereka sebenarnya terkena infeksi bakteri tetapi dokter mencurigai mereka hanya terinfeksi virus, dan ada beberapa kasus yang jarang terjadi di mana kondisi seperti ini menyebabkan kematian, sehingga kita akan bisa mencegah kematian semacam ini pada anak-anak atau membuat resiko kematian berkurang.

“Pada saat yang sama [kita bisa] meyakinkan orang tua anak-anak kalau mereka hanya terkena infeksi virus, bahwa tidak ada mungkin anaknya terinfeksi bakteri, sehingga bisa mengurangi penggunaan antibiotik.

“Hasil yang kami temukan cenderung bisa diterapkan juga pada orang dewasa.”

“Kita kehabisan antibiotik ‘

Profesor Coin mengatakan studi ini dilakukan di tengah kebutuhan untuk mengatasi ancaman yang “sangat serius” dari superbug di rumah sakit di seluruh dunia dan menyusutnya kemampuan antibiotik untuk mengobati superbug.

Common cold
Uji coba ini akan membedakan antara virus umum dengan infeksi bakteri serius.

Supplied: University of Queensland

“Ancaman superbug ini sayangnya, tumbuh karena penggunaan antibiotik yang sembarangan di Australia dan seluruh dunia,” katanya.

“Kecuali kita mengatasi masalah ini, pada tahun 2050 superbug diperkirakan akan merenggut nyawa 10 juta orang setiap tahunnya.”

“Masalahnya adalah kita kehabisan antibiotik, kita tidak lagi menemukan mereka pada tingkat yang sama seperti dahulu, kita tidak menemukan antibiotik yang sangat banyak sekali dan sekali superbug mengembangkan kekebalan mereka terhadap salah satu antibiotik kita dalam masalah serius. “

Profesor Coin mengatakan pengujian terhadap dua transkrip gen memungkinkan mereka mengungkapkan sifat dari suatu penyakit.

“Dengan melakukan ini maka akan sangat mungkin dalam waktu tidak lama lagi bisa dirancang sebuah tes cepat untuk membedakan bakteri dari infeksi virus. Hanya sejumlah kecil darah yang diambil saat anak menderita demam yang dibawa ke unit gawat darurat dan Anda akan bisa mengetahui penyakitnya dalam waktu cepat.”

Menurutnya hasil dari tes ini akan pasangkan dengan teknologi yang sudah ada untuk penginderaan gen dan dalam waktu tiga atau empat tahun tes ini sudah akan tersedia dan menawarkan hasil tes hanya dalam hitungan “setengah jam atau kurang”.

Jika hasil tes menunjukan terjadi infeksi bakteri, maka tes lain akan perlu dilakukan lagi.

“Sesuatu yang sedang kami kerjakan juga pada saat ini adalah mampu membedakan mana bakteri dan juga profil bakteri yang resisten terhadap antibiotik,” katanya.

Diterjemahkan pada pukul 16:30 wib, 29/08/2016, oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.