ABC

Peneliti Australia Temukan Upaya Minimalkan Kerusakan Otak Akibat Stroke

Sekelompok tim peneliti dari Australia Barat telah menemukan upaya yang bisa membantu meminimalkan efek samping dari stroke.

Para peneliti di Institut Penelitian Ilmu Syaraf Australia Barat (WANRI) menemukan bahwa senyawa peptida tertentu, yang tersusun atas rantai kecil asam amino, bisa membatasi kerusakan otak setelah stroke.

Laboratorium ini mendasarkan penelitian ini pada tikus yang didukung oleh Rumah Sakit Sir Charles Gairdner mulai tahun 2012 dan telah menemukan bahwa senyawa peptida tertentu yang diberikan melalui infus, dapat mengurangi kerusakan otak bila diberikan 30 menit hingga satu jam setelah timbulnya stroke.

Profesor Bruno mengatakan, temuan WANRI melengkapi dan berbeda dari pengobatan stroke terbaru Rumah Sakit Royal Melbourne yang melibatkan suplai darah yang lebih baik ke otak, yang tengah diujicoba.

Professor Bruno Meloni dan Professor Neville Knuckey memimpin tim peneliti yang berhasil menemukan temuan tersebut.

Profesor Bruno mengatakan, ia percaya temuan itu adalah pengobatan yang potensial untuk meningkatkan kualitas hidup pasien setelah stroke.

"Kami telah menemukan bahwa rantai panjang asam amino, yang membentuk senyawa peptida, memiliki sifat saraf yang dapat melindungi otak dari cedera seperti stroke," jelasnya.

Profesor Bruno menuturkan, saat ini, belum ada perawatan saraf yang tersedia setelah timbulnya stroke.

"Ini daerah di mana banyak peneliti tak lagi menguaknya karena semua percobaan telah gagal untuk saat ini, beberapa telah kehilangan harapan bahwa pelindung saraf semacam ini akan bisa tersedia," katanya.

Profesor Bruno mengungkapkan, beberapa cedera otak terjadi dalam beberapa menit setelah munculnya stroke dan sulit untuk dicegah.

Tetapi pengobatan ini memberikan kesempatan untuk meminimalkan kerusakan berkelanjutan yang berlangsung beberapa jam, dan bahkan berhari-hari sesudahnya.

Tim penelitian berharap untuk lakukan uji coba klinis

Tim WANRI sekarang berharap untuk membawa temuan ini pada uji klinis dan mengembangkan senyawa peptide ini secara komersil.

"Kami berharap dari temuan kami sejauh ini, bahwa senyawa peptida ini mungkin efektif secara klinis," terang Profesor Bruno.

Professor David Blacker, direktur medis WANRI dan dokter stroke di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner, mengatakan, perawatan terbatas saat ini yang tersedia bagi para penderita membuat temuan ini menarik.

"Penemuan menjanjikan ini menawarkan berita baik di bidang penelitian stroke yang menantang. Kami perlu melihat lebih banyak investasi dalam penelitian seperti ini ketika kemunculan stroke dalam masyarakat kita terus meningkat," jelas Profesor David.

Profesor Bruno mengatakan, temuan WANRI melengkapi dan berbeda dari pengobatan stroke terbaru Rumah Sakit Royal Melbourne yang melibatkan suplai darah yang lebih baik ke otak, yang tengah diujicoba.

Penelitian ini diterbitkan dalam ‘Jurnal Aliran Darah Otak dan Metabolisme’ terbaru dalam versi online.

Yayasan Stroke Australia memperkirakan, jumlah orang yang mengalami stroke di Australia akan meningkat dari 50.000 jiwa setahun menjadi lebih dari 130.000 jiwa pada tahun 2050.