ABC

Peneliti Australia Temukan Sistem Deteksi Kecurangan Doping pada Atlet

Para ilmuwan Australia telah mengembangkan sistem baru untuk mendeteksi kecurangan pemakaian doping dalam olahraga, yang mereka sebut bisa tersedia tepat untuk Olimpiade Tokyo 2020.

Para ilmuwan di Universitas Nasional Australia (ANU) di Canberra telah bekerja dengan enzim bakteri yang sering muncul, yang mampu mendeteksi berbagai doping yang tak diuji secara teratur.

Para peneliti mengatakan, sistem itu bisa mendeteksi doping dalam tubuh atlet setelah sampai pada titik di mana metode lain tak bisa mendeteksinya.

Penelitian ini awalnya didanai oleh Pemerintah Australia, tetapi pengujian lebih lanjut, kini, didukung oleh Badan Anti-Doping Dunia.

Peneliti utama, Malcolm McLeod, mengatakan, teknik ini bahkan bisa mendeteksi obat yang belum diketahui badan anti-doping.

"Ini bisa membuat mereka lebih mudah untuk dideteksi, dan dalam beberapa kasus bahkan bisa memungkinkan Anda untuk mendeteksi zat baru," jelas Malcolm McLeod.

Enzim itu, utamanya, menarget agen steroid, mengingat mereka tetap menjadi bentuk paling umum dari obat peningkat performa yang terdeteksi dalam kompetisi seperti Olimpiade.

Dr Malcolm mengatakan, dalam prakteknya, enzim tersebut akan mudah digunakan oleh badan anti-doping.

"Mereka hanya akan mengambil sampel urine, menambahkan enzim, dan itu kemudian akan memungkinkan mereka untuk menganalisis sampel dan menguji doping," sebut Malcolm McLeod.

Harapan agar bisa digunakan untuk Olimpiade Tokyo 2020

Para peneliti telah menyalurkan enzim itu ke sebuah perusahaan bioteknologi di Chili, yang menempatkannya dalam uji coba di berbagai laboratorium analitis di seluruh dunia.

Dr Malcolm mengatakan, jika terbukti efektif, ia bisa digunakan tepat untuk Olimpiade Tokyo 2020.

"Saya berpikir itu akan menjadi hal yang besar, saya pikir itu pasti akan memberi semua orang keyakinan yang lebih besar – bahkan para atlet, yang bagi mereka pertandingan merupakan area berkompetisi," ujar Malcolm McLeod.

Ia menjelaskan, “Tentu saja ada beberapa langkah yang perlu ditempuh, dan banyak langkah tersebut belum benar-benar ada di tangan kami sekarang ini.”

“Kami telah mengembangkan alat ini, dan terserah kepada orang lain untuk benar-benar mempraktikkannya pada laboratorium pengujian,” imbuh Dr Malcolm.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterjemahkan: 17:12 WIB 18/08/2016 oleh Nurina Savitri.