ABC

Peneliti Australia Temukan Pil Obat Bagi Pasien Leukemia

Uji coba obat anti-kanker baru yang dilakukan peneliti Australia telah meningkatkan harapan bagi pasien leukemia yang sebelumnya hanya punya sedikit kemungkinan untuk bertahan hidup, kini dalam waktu tidak lama lagi mereka dapat mengendalikan penyakit ini dengan meminum pil setiap hari.

Leukemia limfositik kronis adalah bentuk paling umum dari leukemia di Australia, dan setiap tahun sekitar 1.000 warga Australia yang didiagnosis menderita penyakit tersebut.

Penyakit ini biasanya resisten terhadap kemoterapi, dan sejauh ini belum ada pengobatan efektif yang telah dikembangkan.

Obat baru, ABT-199, telah menjadi subyek dari percobaan yang melibatkan puluhan pasien selama lebih dari setahun terakhir. Obat ini dikembangkan oleh Walter dan Eliza Hall Institute di Melbourne dan percobaannya telah dijalankan oleh Rumah Sakit Royal Melbourne dan Rumah Sakit Kanker Peter MacCallum di Melbourne.

Pakar darah atau Hematolog, Dr. Con Tam mengatakan leukemia sekarang tidak terdeteksi pada sekitar 20 persen pasien yang terlibat dalam uji coba yang dilakukan lembaganya. Dan hal itu berarti peluang hidup penderita leukemia sangat kecil.

"Rata-rata pasien datang berobat ketika penyakitnya sudah tidak  bisa merespon semua pengobatan lain, dan dalam keadaan normal yang  bisa dilakukan terhadap pasien itu hanyalah menonton leukemianya tumbuh dan mendukung pasien untuk menghadapi penyakitnya. Sementara kita mengetahui lambat laun leukemia itu akan membunuh mereka.”

"Tapi obat yang kami uji cobakan ini benar-benar mengubah kondisi tersebut. Pasien akan beralih dari sebelumnya tidak punya pilihan pengobatan menjadi punya alternatif pengobatan yang sangat efektif  yang dapat membuat mereka sehat kembali dan bisa hidup norman."

"Intinya kami belum pernah melihat efek sekuat ini sebelumnya, bahkan dengan kemoterapi terkuat yang kita miliki saat ini."

Dr. Tam mengatakan satu dari lima pasien yang mengkonsumsi obat ini "berhasil masuk ke tahap dimana leukemianya tidak lagi terdeteksi oleh teknologi konvensional."

"Kita tahu bahwa  kesembuhan pada pasien Leukimia kadang-kadang dicapai dengan kemoterapi tetapi kita juga tahu bahwa leukemia yang di kemoterapi akan kambuh lagi bahkan  menjadi tidak terdeteksi," katanya.

"Pada kelompok pasien yang terlibat dalam uji coba obat ini, dengan memberikan hampir seluruh obat lain yang  tersedia yang sudah kita coba, biasanya kita lihat ada tanda-tanda resistensi muncul di bulan ke 3 atau ke-4. Tapi sejauh ini dengan obat ABT-199, kami belum melihat resistensi muncul pada sebagian besar pasien."

Sebagian besar kasus baru leukemia diderita orang berusia di atas 60, namun Robert Oblak di diagnosis leukemia ketika ia berusia 39. Selama 2 tahun terakhir dia mengikuti uji coba obat baru ini.

"Alih-alih mengalami fase menurun yang membuat kemoterapi menjadi kurang efektif dan kita jadi semakin butuh transplantasi tulang sumsum, saya akan lebih memilih akan melanjutkan pengobatan ini selamanya," katanya .

Tapi meski sukses, uji coba ini belum lengkap, Dua pasien yang ambil bagian dari uji coba obat ini di AS meninggal tahun lalu setelah diberi obat ini dengan dosis tinggi. Uji coba ini tengah dihentikan selama beberapa bulan, tapi Dr. Tam mengatakan uji coba itu siap dilanjutkan dan siap untuk memasuki babak baru .
"Uji coba ini masih dalam tahap pengembangan pertama, yakni proses dimana kita semakin mengenali obat ini dan berusaha menemukan dosis yang tepat pada manusia maupun keseimbangan yang tepat, "katanya .

Dr. Tam mengatakan masih butuh waktu beberapa tahun sebelum obat ini tersedia di pasaran. Tapi bagi pasien yang bersedia berpartisipasi dalam percobaan klinis, pihaknya bisa menyediakan obat tersebut.

Hasil uji coba obat ABT-199 ini dipresentasikan pada pertemuan Masyarakat Hematologi Amerika di New Orleans semalam .