ABC

Peneliti Australia Pastikan Diet Paleo Justru Bisa Picu Kegemukan

Para peneliti pada Melbourne University yang tadinya bermaksud meneliti manfaat diet paleo bagi kesehatan, menemukan bahwa diet jenis ini justru bisa memicu kegemukan secara cepat.

Penelitian yang dipimpin Professor Sof Andrikopoulos ini menemukan bahwa orang dengan kondisi pra-diabetes dan kelebihan berat badan, lalu mengikuti pola makan paleo, ternyata dalam beberapa bulan bisa bertambah gemuk.

Diet paleo adalah pola makan yang dilakukan berdasarkan ide bahwa kita seharusnya mengkonsumsi apa yang dikonsumsi oleh manusia pada era peradaban berburu dan mengmpulkan makanan.

Jeni makanan dari era tersebut meliputi sedikit daging, sayuran, buah, telur, dan makanan laut atau seafood. Makanan yang harus dihindari adalah biji-bijian, produk susu dan turunannya, gula, serta makanan kemasan.

Para penganjur diet paleo mengklaim bahwa pola makan ini bisa menurunkan berat badan dan mencegah diabetes, kolesterol, osteoporosis dan peradangan.

Kini, temuan peneliti Melbourne University yang dimuat dalam Jurnal Nature's Nutrition and Diabetes, kembali memicu perdebatan terutama di kalangan celebriti dan chef yang selama ini menganjurkan diet paleo.

Pola diet Paleo dipromosikan memiliki manfaat kesehatan.  Flickr: Megan Myers
Pola diet Paleo dipromosikan memiliki manfaat kesehatan. Flickr: Megan Myers

Professor Sof Andrikopoulos yang merupakan peneliti diabetes menyatakan hasil risetnya merupakan peringatan bagi segala macam cerita dongeng mengenai diet paloe.

Prof. Andrikopoulos memulai risetnya justru untuk memastikan bagaimana pola makan Paleo itu membawa manfaat bagi penderita diabetes atau pra-diabetes.

Dalam riset ini, Prof. Andrikopoulos menggunakan tikus percobaan dengan pertimbangan kedekatan karakteristik genetis, biologis, dan perilaku dengan manusia.

Prof. Andrikopoulos mengatakan tadinya dia berharap terjadi penurunan berat badan pada tikus tersebut, namun sebaliknya justru semakin gemuk 15 persen hanya dalam beberapa bulan.

Tim peneliti kemudian membagi dua kelompok tikus yang mengalami gejala pra-diabetes. Satu kelompok diberikan diet paleo yang rendah karbohidrat dan tinggi lemak. Sementara kelompok lainnya diberi pola makanan biasa.

Kelompok tikus dengan diet Paleo mengalami kegemukan sementara kelompok lainnya tidak.

"Pola diet Paleo tidak selalu baik untuk setiap orang. Saran saya, jika anda perduli dengan kesehatan dan berat badan, anda seharusnya berkonsultasi dengan pakar seperti dokter dan ahli gizi," katanya.

Tahun lalu seorang chef bernama Pete Evans yang mempromosikan pola diet Paleo ini mendapat kecaman luas karena menganjurkan memberikan sup tulang sebagai makanan bayi.

Evans membantah telah mempromosikan diet Paleo tanpa dukungan bukti-bukti ilmiah.

"Pertanyaan saya, mengapa mereka mengujinya pada tikus, sementara pola makanan ini memang bukan buat tikus," kata Evans kepada ABC.

Namun Prof. Andrikopoulos menjelaskan, "Para ilmuan tahu bahwa tikus dan manusia memiliki gen yang sama serta fisiologi yang sama. Semua obat-obatan yang kita pergunakan selama ini biasanya diujicobakan terlebih dahulu kepada binatang".

Namun dia mengakui memang tidak semua orang memiliki kesamaan kondisi, terkait dengan pola diet Paleo ini.

"Misalnya, Pete Evans orang kurus dan berolahraga setiap hari serta punya waktu mencari bahan makanan yang organik," katanya.

Prof. Andrikopoulos menegaskan bahwa risetnya independen karena dibiayai secara internal oleh University of Melbourne.

Simak penjelasan Prof Andrikopoulos di video ini.