ABC

Peneliti Australia Coba Revolusi Pengobatan Asma

Pertama kalinya di dunia, para peneliti Australia akan memicu asma pada pasien untuk mencoba dan merevolusi pengobatan penyakit tersebut.

Para peneliti di institute ‘QIMR Berghofer’ Brisbane tengah mengujicobakan obat yang menghambat gen, yang ditemukan bergerak lebih aktif pada orang dengan asma.

Dr Manuel Ferreira mengatakan, untuk pertama kalinya, responden penelitian akan dipicu asma-nya dalam kondisi yang aman, untuk melihat apakah obat tersebut bekerja.

"Apa yang kami ujicobakan saat ini adalah apakah obat ini mencegah kondisi asma yang lebih buruk, sehingga artinya penderita akan mengkonsumsinya secara teratur untuk mencegah kondisi yang lebih buruk terjadi," katanya.

Madeleine mengatakan, ia dan putranya, Edison, menggunakan inhaler atau semprotan pelega asma untuk mencoba dab menjaga agar gejala asma bisa dikontrol.

Madeleine Flynn telah berjuang melawan asma sepanjang hidupnya karena keturunan, yang sekarang telah diteruskan ke anaknya, Edison.

"[Ketika] kami pertama kali mendeteksinya, suatu malam ia benar-benar bernapas dengan sesak dan itu cukup menakutkan sehingga saya bergegas membawanya pergi ke rumah sakit," ceritanya.

Madeleine mengatakan, mereka berdua menggunakan inhaler (semprotan pelega asma) untuk mencoba dan menjaga agar gejala asma bisa dikontrol.

"Inhaler tak ada masalah, tapi memiliki sesuatu yang sedikit lebih baik itu luar biasa," ujarnya.

Dr Manuel mengatakan, 1 dari 10 orang Australia menderita asma .

"Banyak dari penderita – sekitar 50-60%, tak mengatasi gejala asma mereka dengan baik memakai obat yang ada saat ini," jelasnya.

Para peneliti akan menggunakan partikel debu untuk memicu gejala asma pada para relawan responden.

Mereka akan berpartisipasi dalam 10 kunjungan dengan periode enam minggu, selama masa uji coba berlangsung.

Mereka akan diberi obat yang disebut Tocilizumab (TCZ), yang sudah digunakan untuk mengobati orang dengan arthritis (radang sendi).

Obat ini ditemukan untuk mencegah atau mengurangi asma pada uji pra-klinis yang dilakukan oleh ‘QIMR Berghofer’ dan Universitas Queensland pada tahun 2014.

"Jika berhasil, maka obat itu bisa memberi alternatif pengobatan kepada orang yang tak merespon pengobatan saat ini," kata Dr Manuel.

Para peneliti akan menyaring 40 penderita asma untuk menemukan 16 pasien yang ambil bagian dalam uji coba.

Madeleine sangat ingin menjadi responden uji coba ini.

"Obat ini akan sangat berharga dan benar-benar membantu sejumlah keluarga seperti kami," tuturnya.

Uji coba tersebut dipimpin oleh para ilmuwan di Institut Penelitian Medis ‘QIMR Berghofer’ dan Rumah Sakit Princess Alexandra di Brisbane.

Dr Manuel mengatakan, pendekatan uji coba tersebut ‘sangat aman’.

"[Itu] memungkinkan kami untuk menguji apakah obat tersebut mengurangi keparahan atau durasi asma dalam hitungan hari, bukannya bulan," terangnya.

Ia menyambung, "Orang dewasa yang saat ini memiliki asma ringan, atau menderita asma ketika muda, mungkin memenuhi persyaratan untuk berpartisipasi jika mereka hanya membutuhkan pelega asma seperti ‘Ventolin’ untuk mengatasi asma mereka."

Hasil dari uji coba ini diharapkan keluar tahun depan.