ABC

Pendeta Mantan Pecandu Sabu Ungkap Persahabatannya dengan Andrew Chan

Hal yang mungkin tak mengherankan jika seorang mantan pencandu narkoba, Matthew Krariuk, menjadi teman dekat geng Bali Nine, Andrew Chan, dalam beberapa bulan sebelum ia dieksekusi.

Kedua pria ini sama-sama terlibat narkoba, sama-sama tergoda oleh gaya hidup materi yang ditawarkan narkoba, dan sama-sama berpaling ke agama – setelah mereka tertangkap.

Nasib Andrew Chan sudah banyak diketahui, ia tertangkap oleh pemerintah Indonesia, yang akhirnya membawanya ke regu tembak.

Sementara nasib Matthew, ia dihukum oleh geng motornya, dipukul parah dan ditendang dari klub.

Mantan anggota geng motor dan pencandu sabu, Matthew Krariuk, mengaku menemukan jalan Tuhan setelah terlibat dalam kehidupan penuh narkoba dan kejahatan, dan kini mengabdikan diri sebagai pastor.
Mantan anggota geng motor dan pencandu sabu, Matthew Krariuk, mengaku menemukan jalan Tuhan setelah terlibat dalam kehidupan penuh narkoba dan kejahatan, dan kini mengabdikan diri sebagai pastor.

Pada titik terendahnya, Matthew duduk sendirian di sebuah ruang, terasing dari semua teman dan keluarga, dengan senjata yang meledak ketika ia menjatuhkannya.

Terusir dari Perth, Matthew kembali ke pantai timur Australia dan, setelah tiga bulan masa tunggu yang menyiksa, ia mendapat tempat di pusat rehabilitasi Salvation Army untuk pecandu sabu.

Rehabilitasi itu menyelamatkan hidupnya, dan ia juga menemukan Tuhan.

Perjalanan untuk ‘sembuh’

Bahkan sekarang ketika Matthew telah "berubah" dan telah mengabdikan hidupnya kepada agama, tidaklah sulit untuk melihat siapa dulunya pria anggota geng motor ini.

Ia adalah pecinta olahraga dengan penampilan fisik yang mengintimidasi, tato yang tergambar di sekujur lengannya dan mengular hingga lehernya.

Matthew awalnya berteman dengan Andrew Chan melalui seorang teman, dan mulai berkomunikasi lewat Facebook serta telepon sebelum mengunjungi Chan di Penjara Kerobokan.

"Orang ini benar-benar nyata. Ia benar-benar berubah. Ia seperti saya, hanya mencoba untuk menyesuaikan diri. Ia ingin kemewahan, mobil dan perempuan. Ia juga ingin semua omong kosong itu,” tuturnya.

“Dan ia tersesat di dalamnya, seperti yang saya lakukan, dan tiba-tiba saya menyadari, 'Orang ini tak berbeda dengan saya'," sambungnya.

Hari terakhir Chan

Matthew hampir menangis saat ia bercerita bagaimana Chan memimpin rekan-rekannya sesama terpidana mati menyanyikan Amazing Grace di saat-saat terakhir hidup mereka.

"Ini menunjukkan siapa orang ini. Ia membuat semua terpidana mati bernyanyi Amazing Grace, hingga peluru menghantam dada mereka dan mereka semua meninggal," kenangnya.

Ia mengatakan, Chan telah berdamai dengan kematiannya sendiri, dan rasa takut yang ia tunjukkan adalah untuk melindungi orang lain.

"Saya juga melihat, sekali-kali, sedikit kekhawatiran di matanya. Saya tak berpikir itu tentangnya. Semakin dekat dengan eksekusinya, jujur, saya melihat imannya semakin kuat dan kuat," tutur Matthew.

Pria bertato ini sekarang bebas narkoba dan bekerja sebagai pendeta di Wollongong serta Thirroul.

Ia melihat misinya sebagai kelanjutan dari pekerjaan yang dirintis Chan.

"Saya sangat senang bisa berbicara tentang Andrew, karena saya ingin meneriakkannya dari puncak gunung tertinggi di dunia," kata Matthew.

"Saya ingin masyarakat tahu siapa orang ini sebenarnya. Masyarakat perlu tahu bahwa transformasi itu mungkin," tambahnya.