ABC

Penderita Infeksi Virus Zika Disarankan Tak Berhubungan Seks 6 Bulan

Otoritas kesehatan di Inggris dan Amerika Serikat kini menyarankan individu yang terinfeksi dengan virus Zika untuk menghindari kontak seksual selama enam bulan, atau menggunakan kondom, setelah semakin banyak bukti bahwa virus Zika bisa menular secara seksual.

Pihak berwenang di Texas mengkonfirmasi seorang pasien di Dallas yang terinfeksi virus Zika setelah melakukan hubungan seksual dengan orang kembali dari negara tempat virus itu berasal.

Ada juga dua kasus sebelumnya di mana dokter menyimpulkan virus itu telah menular atau bisa menular secara seksual.

Dalam satu kasus di Tahiti, virus Zika diisolasi dari air mani pasien.

"Sekarang begitu kami tahu virus Zika bisa ditularkan melalui hubungan seks, ini meningkatkan kampanye kesadaran kami dalam mendidik masyarakat tentang melindungi diri mereka sendiri dan orang lain," kata direktur Layanan Kesehatan dan Sosial Dallas, Zachary Thompson.

Ia menjelaskan, "Selain absen berhubungan seks, kondom adalah metode pencegahan terbaik terhadap setiap infeksi yang menular secara seksual."

Pemerintah Inggris juga merekomendasikan mereka yang terinfeksi virus ini untuk menghindari seks atau menggunakan kondom.

"Ada sangat sedikit kasus atau penularan orang ke orang langsung melalui transmisi seksual yang tercatat, dan rute ini dianggap sangat langka," kata Profesor Luis Cuevas, Profesor Kesehatan Internasional dan Epidemiolog di ‘Liverpool School of Tropical Medicine’.

Ia mengungkapkan, "Mengingat potensi resiko ini, meskipun masih dianggap langka, peringatan yang berlaku saat ini di Inggris adalah bahwa mereka yang terkonfirmasi terinfeksi Zika harus menggunakan kondom selama enam bulan sejak infeksi itu terdeteksi.”

"Dewasa dengan potensi paparan harus menggunakan kondom selama satu bulan setelah kembali dari daerah epidemi. Tak ada informasi yang sistematis tentang durasi ekskresi virus dalam sekresi seksual dan sejumlah penelitian dibutuhkan untuk mengetahui apakah virus itu tetap menular jika lebih dari beberapa minggu," tambahnya.

Profesor Peter Horby dari Pusat Kedokteran Tropis dan Kesehatan Global di Universitas Oxford mengatakan, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab – tentang besarnya resiko penularan seksual, berapa lama sperma bisa menular, dan apakah ada resiko penularan dari orang-orang yang tak memiliki gejala virus Zika.

"Sebagian besar infeksi Zika tak menunjukkan gejala. Apakah ada resiko penularan seksual dari orang-orang yang memiliki infeksi tanpa gejala?" tanyanya.

"Ini menyoroti ketidaktahuan kita akan virus ini dan kebutuhan akan adanya respon penelitian yang mendesak, komprehensif dan terkoordinasi," sambung Peter.

Kasus di AS dan Tahiti buktikan virus bisa menular seksual

Virus Zika ditularkan oleh nyamuk pada sebagian besar kasus. Tapi tiga kasus di AS dan Tahiti menunjukkan, dalam kasus yang sangat jarang, virus bisa ditularkan melalui kontak seksual.

Dokter asal AS, Brian Foy, terkena virus Zika selama perjalanan ke Senegal pada tahun 2008.

Istrinya terkena virus itu setelah ia kembali ke rumahnya di Colorado, meski ia tak bepergian dan tak ada ancaman nyamuk di wilayah sekitarnya.

"Kedua [kasus]nya terkonfirmasi serologis," kata Dr Derek Gatherer, di Universitas Lancaster University.

"Anak-anak mereka tak terkena, sehingga mengesampingkan kontak umum sebagai rute penularan. Transmisi seksual dianggap sebagai jalur yang paling mungkin," ungkapnya.

Dr Brian telah melaporkan nyeri genital selama sakit, yang cocok dengan kasus seorang pasien di Tahiti pada tahun 2013 yang ditemukan memiliki virus Zika dalam air maninya.

Profesor Edward Holmes dari Universitas Sydney mengatakan, Zika adalah salah satu virus yang paling membingungkan yang ia temukan, karena kemampuannya untuk menularkan secara seksual [bahkan jika hanya jarang-jarang], dan dugaan keterkaitannya dengan ‘Microcephaly’ – kondisi yang menyebabkan cacat otak parah pada anak-anak di Brasil.

Pada tahun sebelumnya, hampir 4.000 perempuan terinfeksi virus Zika telah melahirkan bayi dengan kepala kecil abnormal dan otak yang belum berkembang.

Para ilmuwan belum membuktikan virus Zika adalah penyebabnya, tetapi korelasi antara perempuan yang terinfeksi virus Zika dan bayi dengan ‘Microcephaly’ sangat kuat.