ABC

Pencurian Menurun di Victoria, Kejahatan Seksual Meningkat

Badan Statistik Kejahatan di Victoria, Australia, mengungkapkan tingkat kejahatan di negara bagian beribukota Melbourne ini mengalami penurunan 9,9 persen tahun lalu. Namun demikian, kasus kejahatan seksual justru meningkat 16 persen.

Pelanggaran properti dan penipuan seperti tindak pembakaran dan pencurian menurun sebesar 13,8 persen, sedangkan transaksi dan penyelundupan narkoba turun 12,6 persen.

Kasus penculikan, pelanggaran senjata dan peledak serta membuntuti orang, pelecehan dan tindak pengancaman juga menurun tahun lalu.

Menteri Urusan Kepolisian Lisa Neville menjelaskan adanya kecenderungan penurunan yang signifikan dalam kejahatan secara keseluruhan di Victoria.

“Saya kira hal ini memberikan sedikit jaminan kepada warga bahwa upaya Kepolisian Victoria, investasi yang kita lakukan, mulai memperbaiki keamanan masyarakat,” kata Neville.

“Dengan menurunnya kejahatan ini sama sekali tak mengurangi penderitaan dan ketakutan yang dialami dan terus dirasakan korban,” katanya.

Dia menambahkan bahwa target pada kejahatan berat telah membuahkan hasil dengan menurunnya kasus perampokan berat lebih dari 11 persen.

Kekerasan dalam rumah tangga juga menurun 4,5 persen hingga periode Desember lalu.

“Kita harus mengingat bahwa KDRT mencakup 17 persen dari seluruh kejahatan di negara bagian ini. Dari 500.000 pelanggaran 90.000 terkait dengan KDRT,” kata Neville.

“Itu mencakup 45 persen kejahatan terhadap orang sehingga dampak sangat signifikan terus dirasakan, terutama wanita dan anak-anak,” paparnya.

Dia mengatakan bahwa serangan seksual terus meningkat dan sekitar sepertiganya terkait dengan KDRT.

“Sekitar 25 persen berhubungan dengan serangan seksual historis yang terjadi lebih dari 10 tahun lalu. Hal ini tidak mengejutkan dalam konteks komisi khusus yang membuat banyak orang melaporkan kejahatan mengerikan ini,” kata Neville.

Menjadi perhatian

Wakil Komisaris Kepolisian Victoria Andrew Crisp mengatakan, meskipun tahun 2017 menandai penurunan terbesar kejahatan sejak database kejahatan LEAP diperkenalkan tahun 1994, namun kejahatan berat tetap menjadi perhatian.

“Kami melihat pembajakan mobil, invasi ke rumah dan kekerasan dari pelanggaran itu mengkhawatirkan. Ini yang menjadi perhatian,” kata Wakil Komisaris Crisp.

“Kami turut merasakan saat melihat orang tua yang menjadi korban kejahatan seperti ini. Karena itulah kami tak kenal lelah memburu para pelaku ini,” paparnya.

Dia mengatakan meskipun terjadi sedikit penurunan usia pelaku di bawah 24 tahun, namun pelaku kelompok usia 25 dan 35 tahun justru meningkat.

“Pesan yang konsisten bagi kami selama beberapa tahun terakhir yaitu meskipun jumlah remaja yang melanggar menurun, yang terjadi adalah sejumlah pelaku melakukan pelanggaran lebih banyak. Sehingga rata-rata mungkin lebih dari empat pelanggaran per individu,” kata Wakil Komisaris Crisp.

Dia menambahkan bahwa media sosial semakin banyak digunakan sebagai alat untuk melakukan kejahatan.

“Tentu dunia siber bukan hal baru, tapi terus berkembang dan selalu berubah,” katanya.

“Kami fokus pada hal yang perlu dilakukan di dunia tersebut. Kami ingin menambah sumber daya ke bidang itu dan terus mengerjakan apa pun yang perlu dilakukan.”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.