ABC

Pencari Suaka Mengaku Diperlakukan Kasar

Pencari suaka di dua perahu yang dihalau balik oleh Angkatan Laut (AL) Australia bulan lalu, kepada ABC mengaku mereka diperlakukan kasar sebelum ditelantarkan di tengah lautan.

Sejak Selasa (7/1/2014) terungkap bahwa Angkatan Laut (AL) Australia baru-baru ini telah mencegah dan menghalau kembali dua perahu pencari suaka ke Indonesia.

Untuk pertama kali, dari rumah tahanan imigrasi Kupang, Indonesia, dua pria dari perahu pencari suaka berbeda yang dihalau tersebut buka suara dan menceritakan pengalaman mereka ke media. Meski sulit dikonfirmasi kebenarannya, namun keduanya berbagi cerita mengejutkan yang sama.

Salah satu pria bernama Yusuf mengaku pencari suaka asal Sudan, dan bersama isterinya membayar 6.000 dollar untuk berangkat dari Indonesia ke Australia.

Yusuf mengaku ia berangkat dengan kapal  bermuatan lebih dari 40 orang dan berhasil sampai di pulau kecil di dekat perairan Darwin sebelum mesin kapal mereka rusak tepat di malam tahun  baru.

Mereka lalu menelpon UNHCR meminta  bantuan dan akhirnya datanglah dua kapal AL Australia. Dari nomor kapal yang disebutkan Yusuf menunjukan kapal dimaksud HMAS Parramatta dan HMAS Glenelg milik AL Australia.

Yusuf mengatakan AL Australia melakukan pemaksaan terhadap sejumlah orang, termasuk wanita ketika memindahkan mereka ke salah satu kapal AL.

Yusuf  menggambarkan sejumlah pencari suaka tangannya diborgol dan ditahan, beberapa orang pencari suaka sempat loncat ke laut sebagai aksi protes.

“Sebanyak 9 pencari suaka menceburkan diri ke laut sebagai aksi protes, tapi mereka diangkat kembali ke kapal dan kemudian dipukuli oleh personil AL Australia. Mereka memperlakukan kami dengan cara yang tidak manusiawi,” tuturnya.

Itu merupakan awal dari aksi pemulangan kembali pencari suaka oleh Australia dalam 5 hari.

Yusuf menambahkan para pencari suaka di kapal AL Australia diberitahu mereka akan dibawa ke Pulau Christmas, meskipun satelit dan alat navigasi mereka menunjukan ketidaksesuaian dan mereka hanya diberi makan satu kali.

Yusuf mengklaim AL Australia memperbaiki perahu pencari suaka sebelum mereka dipaksa pindah kembali ke perahu tersebut. Ia mengatakan, AL Australia kemudian menelantarkan mereka di tengah laut lepas di dekat Pulau Rote, Indonesia.

"Kami ditinggal di tengah laut tidak tahu arah dan tujuan hendak kemana,” cerita yusuf.

"Perahu kami lalu berhenti di pagi hari, kami berusaha menggerakan perahu tapi mesinnya rusak lagi. Lalu kami melihat gunung di hadapan kita dan sebuah pulau,” tambahnya.

"Kami berhasil sampai dan mendarat lalu bertemu orang indonesia, mereka lalu membantu kami,” katanya. "Beberapa pencari suaka banyak yang sakit karena telah berada di lautan selama 15 hari. Karena itu mereka membantu kami, orang-orang Indonesia."

Memukul

Pernyataan Yusuf sama dengan cerita Marke, pencari suaka lainnya yang mengaku berasal dari Somalia. Dia berada di perahu pertama dihalau kembali ke perairan Indonesia pada 10 desember 2013 lalu. Marke mengklaim para pencari suaka diperlakukan kasar oleh personil HMAS Parramatta dan HMAS Maitland.

"Mereka tidak cuma memukul saya, tapi juga memukul orang-orang yang mengeluh. Orang yang mengatakan “Kami tidak mau dibawa kembali ke Indonesia”," katanya.

Marke mengatakan apa yang dialami adalah bentuk tindakan penjebakan dan penipuan mengenai tujuan mereka.

"Mereka menjebak kami, mereka mengatakan kami akan dibawa ke Australia, ke Pulau Christmas, mereka membohongi kami,” katanya.

Beberapa hari kemudian Marke  dan rekan-rekannya pencari suaka dikembalikan ke perahu mereka.

"Ketika kami sudah sampai, di dekat salah satu pulau di Indonesia, AL Australia memperbaiki mesin perahu kami. Mereka lalu menyalakan mesin itu dan berkata, pergi sana, anda bisa mendarat di sana sekitar 15 kilometer. Dan mereka seperti melarikan diri dan menghilang  begitu saja,” katanya.

Baik PM Tony Abbott maupun Menteri Imigrasi Australia, Scott Morrison tidak bersedia memberikan pernyataan mengenai insiden ini.

Dalam pernyataannya sebelumnya, Morisson mengatakan pemerintah tidak bersedia berkomentar hal yang terkait operasional.

"Untuk alasan keamanan  operasi, pemerintah tidak bersedia mengungkapkan, membenarkan atau memberikan pernyataan mengenai laporan mengenai kegiatan di perairan karena terkait Operasi Kedaulatan Perbatasan,” kata pernyataan itu.

"Personil AL Australia yang melindungi perbatasan telah menjalankan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab dan sesuai dengan protokol.”

Sebelumnya Partai Buruh menuding pemerintah menjalankan gaya pembungkaman media ala Stalin dan Korea Utara setelah menolak untuk mengomentari laporan rencana Australia membeli 16 sekoci untuk mengangkut pencari suaka kembali ke Indonesia.