ABC

Pencari Suaka Bunuh Diri di Manus Island

Polisi di Manus Island (PNG) mengukuhkan seorang pencari suaka meninggal hari Senin dinihari (2/10/2017) karena bunuh diri.

Seorang pria Tamil asal Sri Lanka berusia 32 tahun ditemukan di dekat dapur di Rumah Sakit Lorengau, setelah adanya laporan bahwa dia mengalami gangguan mental.
Teman-teman pria tersebut mengatakan tampaknya dia bunuh diri dan pihak berwenang Australia telah mengukuhkan kematian tersebut.

“Departemen mengetahui adanya kematian di Rumah Sakit Lorengau.” kata juru bicara Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan Australia.

Pria tersebut berada di sebuah ‘pusat transit’ di dekat kota utama di Manus Island.

Teman-temannya mengatakan tubuh pria tersebut ditemukan sekitar pukul 4 pagi dinihari di dekat dapur kompleks tersebut.

Peristiwa ini merupakan tindak bunuh diri kedua di pusat transit tersebut selama dua bulan terakhir.

Pencari suaka asal Iran Hamed Shamshiripour ditemukan tewas di tempat yang sama bulan Agustus lalu..

Enam tahanan di Manus Island meninggal sejak tahun 2013 ketika Australia memutuskan untuk menempatkan para pengungsi yang baru datang dengan perahu di tempat tahanan di luar Australia.

Kematian ini terjadi di saat pihak berwenang Australia dan Papua Nugini melanjutkan rencana untuk menutup pusat penahanan Manus Island tanggal 31 Oktober.

Para pengungsi di dalam pusat penahanan tersebut sudah diberitahu untuk mencari akomodasi alternatif, karena pusat penahanan akan ditutup.

Tanggal 26 September, 25 pengungsi dari Manus Island menjadi pencari suaka pertama yang diterbangkan ke Amerika Serikat untuk dimukimkan secara permanen di sana, di bawah perjanjian yang sebelumnya dicapai antara Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Pendeta John Daniel Jegasothy — yang menjadi pemimpin Gereja Uniting Church yang banyak memiliki umat Tamil di Sydney Barat mengatakan ketidakpastian bagi para pengungsi lain di sana merupakan hal yang kejam.

Dia mengatakan pemerintah Australia memiliki tanggung jawab dan setelah penahanan yang lama, para pengungsi itu berhak untuk kembali ke Australia.

Dr Jegasothy mengatakan dengan pusat penahanan akan ditutup di akhir bulan, banyak pengungsi yang bingung dengan masa depan mereka.

Lihat berita bahasa Inggrisnya di sini