ABC

Pemulangan Jenazah WNI Meninggal di Perth Terhambat Kesulitan Dana

Pemulangan jenazah Warga Negara Indonesia (WNI) asal Banyuwangi, Jawa Timur, Agus Purwako, yang meninggal dunia di Perth, Australia Barat, masih terkendala. Jenazah Agus, 42 tahun, tertahan karena kendala biaya sebesar 8000 dolar (atau setara Rp 80 juta) yang tak mampu ditebus pihak keluarga.

Agus Purwako meninggal dunia di Perth pada hari Selasa (9/1/2018) di salah satu rumah sakit di ibukota Australia Barat itu setelah dirawat selama 8 hari.

Berdasarkan informasi yang diperoleh ABC dari akun Facebook LSM ‘The Rock’, lembaga non-profit yang didirikan komunitas Indonesia di Sydney, Agus mengalami kecelakaan pada tanggal 2 Januari 2018 pagi dini hari saat ia hendak pergi ke perkebunan tempat ia bekerja. Ia mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai mobil.

Didi Setyawan, salah satu pengurus ‘The Rock’ cabang Indonesia, mengatakan, pihaknya dihubungi kerabat Agus di Australia pada hari Jumat (12/1/2018) untuk meminta bantuan dalam memulangkan jenazah ke Banyuwangi yang membutuhkan biaya sebesar 8000 dolar (atau setara Rp 80 juta).

Permintaan bantuan itu akhirnya diunggah Didi ke akun Facebook-nya dalam bentuk penggalangan dana daring, dengan harapan mampu menarik simpati warga Indonesia yang membacanya.

Menurut penuturan Didi, pihak kerabat Agus di Australia telah menghubungi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth.

“Yang saya dengar pihak kerabat sudah menghubungi KJRI namun sepertinya mereka hanya bisa membantu urusan administrasi, bukan dana untuk memulangkan almarhum,” katanya kepada ABC saat dihubungi via telepon.

ABC berhasil menghubungi istri almarhum, yakni Amin, yang tinggal di Dusun Toyamas, Desa Wringinrejo, Banyuwangi. Ia mengatakan, dirinya dan keluarga pertama kali mendengar kecelakaan yang dialami almarhum pada 2 Januari sore WIB. Ia membenarkan saat ini pihak keluarga beserta teman-teman Agus di Australia masih berupaya memulangkan jenazah.

Amin lalu menceritakan ihwal kedatangan Agus ke Australia.

“Bapak baru setahun kerja di Australia, di perkebunan. Di sana, tinggal sama teman-temannya. Bapak memang diajak untuk kerja di Australia.”

Ketika ditanya tentang profesi Agus sebelum hijrah ke Australia, Amin menjawab “Bapak Cuma petani biasa.”

Kepada ABC, ia lalu menceritakan betapa ia dan keluarga bersusah payah untuk membiayai keberangkatan Agus ke Australia.

“Uang untuk berangkat dari hasil pinjam sana-sini. Kira-kira waktu itu butuh sampai 100 juta (Rupiah),” ujar Amin.

Postingan Didi di Facebook mengenai insiden yang menimpa almarhum Agus.
Postingan Didi di Facebook mengenai insiden yang menimpa almarhum Agus.

Facebook; Didi Setyawan

Sebelum meninggal, menurut pengakuan sang istri, almarhum rutin mengirim uang ke keluarga di Banyuwangi.

“Kadang-kadang 15 juta, atau 12 juta, 10 juta juga pernah, tergantung kondisi di sana. Kan biaya hidup di sana mahal,” ujarnya kepada ABC.

Almarhum Agus Purwako meninggalkan seorang istri dan dua anak. Hingga berita ini dimuat, ABC belum mendapat pernyataan resmi dari pihak KJRI Perth.