ABC

Pemulangan Jenazah Agus Purwako

Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan proses pemulangan jenazah Warga Negara Indonesia (WNI) asal Banyuwangi, Jawa Timur, Agus Purwako, yang meninggal dunia di Perth, Australia Barat masih dalam proses menunggu kelengkapan administrasi dari pihak keluarga di Banyuwangi.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian luar negeri RI (Kemlu RI),  Lalu Muhammad Iqbal mengatakan staf Kemlu RI sudah melakukan komunikasi dengan keluarga almarhum Agus Purwako di Banyuwangi dan pada Sabtu (13/1/2018) sudah dalam perjalanan mendatangi rumah mereka guna mengambil berkas-berkas administrasi yang diperlukan untuk proses pemulangan jenazah.

Menurutnya jika seluruh berkas administrasi yang diperlukan sudah didapat, Kemlu akan membantu membawa berkas tersebut ke Australia hari ini, Minggu (14/1/2018) juga sehingga proses otopsi bisa segera dilakukan.

Lalu Muhammad Iqbal mengatakan Kemlu RI siap mendampingi keluarga dalam pengurusan pemulangan jenazah ini, termasuk jika keluarga tidak keberatan pada opsi memakamkan almarhum di Australia.

“Sesuai kebiasaan kita, karena almarhum adalah muslim, maka Kemlu RI telah menyampaikan kepada keluarga bahwa menyegerakan pemakaman adalah Sunnah. Jadi sebaiknya pihak keluarga segera membuatkan surat kuasa untuk mengurus jenazah almarhum, dan dimakamkan setempat. Namun kami sepenuhnya menyerahkan keputusan ini kepada pihak keluarga di Banyuwangi.” kata Lalu Iqbal kepada wartawan ABC Iffah Nur Arifah hari Minggu (14/1/2018).

Agus Purwako meninggal dunia di Perth pada hari Selasa (9/1/2018) di salah satu rumah sakit di ibukota Australia Barat itu setelah dirawat selama 8 hari.

Postingan Didi di Facebook mengenai insiden yang menimpa almarhum Agus.
Postingan Didi di Facebook mengenai insiden yang menimpa almarhum Agus.

Facebook; Didi Setyawan

Berdasarkan informasi yang diperoleh ABC dari akun Facebook LSM ‘The Rock’, lembaga non-profit yang didirikan komunitas Indonesia di Sydney, Agus mengalami kecelakaan pada tanggal 2 Januari 2018 pagi dini hari saat ia hendak pergi ke perkebunan tempat ia bekerja.

Ia mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai mobil.

Didi Setyawan, salah satu pengurus ‘The Rock’ cabang Indonesia, mengatakan, pihaknya dihubungi kerabat Agus di Australia pada hari Jumat (12/1/2018) untuk meminta bantuan dalam memulangkan jenazah ke Banyuwangi yang membutuhkan biaya sebesar 8000 dolar (atau setara Rp 80 juta).

Permintaan bantuan itu akhirnya diunggah Didi ke akun Facebook-nya dalam bentuk penggalangan dana daring, dengan harapan mampu menarik simpati warga Indonesia yang membacanya.

Menurut penuturan Didi, pihak kerabat Agus di Australia telah menghubungi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth.

“Yang saya dengar pihak kerabat sudah menghubungi KJRI namun sepertinya mereka hanya bisa membantu urusan administrasi, bukan dana untuk memulangkan almarhum,” katanya kepada ABC saat dihubungi via telepon.

“Dari info yang saya dengar, almarhum tidak memiliki asuransi, karena itu terhambat urusan pemulangan jenazah.”

Menanggapi kabar ini, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian luar negeri RI (Kemlu RI),  Lalu Muhammad Iqbal menegaskan kalau penundaan pemulangan jenazah Agus Purwako lebih disebabkan persyaratan administrative bukan karena kendala dana.

Lalu Muhammad Iqbal menambahkan berkaitan dengan kebutuhan biaya pemulangan jenazah almarhum warga muslim Indonesia di Perth juga sudah melakukan penggalangan dana.

Dan Pihak Kemlu memastikan akan mengawal proses pemulangan jenazah almarhum.

“Rekan dan teman-teman keluarga muslim di Perth sudah menunjukan solidaritasnya, mereka mengumpulkan sumbangan. Kami sangat menghargai bentuk solidaritas sebagai sesama WNI. Jika ada kekurangan, Kami pasti akan membantu karena itu sudah tugas kami.” tegasnya.

Almarhum Agus Purwako meninggalkan seorang istri dan dua anak yang tinggal di Dusun Toyamas, Desa Wringinrejo, Banyuwangi.

Isteri Agus Purwako, Amin, mengaku mereka baru mendengar kabar kecelakaan yang dialami almarhum pada 2 Januari sore WIB.

Agus yang sebelum berangkat hanya berprofesi sebagai petani, bertekad mengadu nasib ke Australia dan bekerja di perkebunan di Perth, Australia Barat.

“Bapak baru setahun kerja di Australia, di perkebunan. Di sana, tinggal sama teman-temannya. Bapak memang diajak untuk kerja di Australia.” kata Amin, isteri Agus Purwako kepada ABC.

Ia juga menceritakan betapa ia dan keluarga bersusah payah untuk membiayai keberangkatan Agus ke Australia.

“Uang untuk berangkat dari hasil pinjam sana-sini. Kira-kira waktu itu butuh sampai 100 juta (Rupiah),” ujar Amin.