ABC

Pemilu 2019 Dinilai Kurang Pengaruhi Perekonomian Indonesia

Pakar ekonomi dan praktisi bisnis memperkirakan Pemilu 2019 kurang memengaruhi perekonomian Indonesia. Faktor eksternal dan fundamental dinilai lebih berperan memengaruhi ekonomi domestik negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia ini ke depan.

Sekitar lima bulan lagi, masyarakat Indonesia akan menyambut Pemilihan Umum (Pemilu) -gelaran yang dianggap banyak orang sebagai pesta demokrasi. Para pemilih tak hanya akan menentukan wakil rakyat di lembaga legislatif tapi juga pemimpin yang menahkodai Indonesia 5 tahun berikutnya.

Beberapa kalangan menilai Pemilu memberikan harapan baru, termasuk untuk urusan ekonomi. Pemilu bahkan dinilai akan memberi dampak positif.

“Saya sepakat kalau Pemilu akan memberi dampak positif. Tiap 5 tahun kita mulai mencari harapan baru. Sebenarnya tiap Pemilu kita selalu membuat harapan baru,” kata Shinta Kamdani, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) di Forum Ekonomi Indonesia (IEF), Jakarta (21/11/2018).

Pendapat lain mengaitkan perputaran uang yang sangat besar karena aktivitas belanja yang cukup besar dari calon wakil rakyat selama periode kampanye.

“Akan ada sirkulasi uang yang sangat banyak, mengingat kampanye. Ada 28.000 orang yang akan berkampanye,” ujar Parlindungan Purba, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPR) RI.

Menurut anggota DPD dari Sumatera Utara ini, Pemilu merupakan rutinitas politik dan meminta masyarakat untuk tak khawatir.

“Saya sudah maju tiga kali. Ya, investor memang menunggu siapa pemimpin kita berikutnya tapi saya bilang tidak ada masalah, bisnis berjalan seperti biasa,” katanya di forum yang serupa dengan Shinta.

Pakar ekonomi dan praktisi bisnis dalam acara Forum Ekonomi Indonesia, Jakarta (21/11/2018).
Pakar ekonomi dan praktisi bisnis dalam acara Forum Ekonomi Indonesia, Jakarta (21/11/2018).

ABC; Nurina Savitri

Saat ini, Indonesia dipandang masih memiliki persepsi ekonomi yang bagus di mata investor. Tantangan justru dinilai akan berasal dari hal eksternal.

“Jika kita melihat indikator dasar, kami adalah salah satu yang terbaik di dunia,” kata Fauzi Ichsan, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Indonesia, pembicara lain di panel tersebut.

“Investor akan lebih mengkhawatirkan perang dagang AS-China ketimbang Pemilu. Pemilu 2019 justru bagus untuk pertumbuhan Ekonomi,” sebutnya.

Tanggapan senada juga muncul dari kalangan bisnis. Ketua APINDO, Shinta Kamdani, mengatakan Pemilu tidak cukup kuat untuk memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia.

Shinta menyoroti posisi Indonesia dalam menghadapi fenomena ekonomi global saat ini dan bagaimana negara ini bisa mendapat lebih banyak manfaat.

“Jadi bukan hanya Election (Pemilu)-nya saja tapi lebih secara substansi, posisi Indonesia bagaimana menghadapi ini semua?. Siapapun pemimpin yang akan datang ini akan mempunyai satu pekerjaan rumah yang tidak mudah,” utara perempuan yang masuk dalam daftar 50 pebisnis perempuan paling berpengaruh versi Forbes Asia ini.

Ia menekankan, masalah utama yang dihadapi Indonesia di level kebijakan ekonomi adalah soal implementasi.

“Saya pikir kalau kita buat debat hari ini tentang konsep, semua pihak akan mengatakan hal yang sama. Saya hampir bisa memastikan hal itu.”

“Tapi belum ada, pada tahap ini, yang berusaha mengatasi implementasinya, karena sekarang ini itulah masalah yang dihadapi Indonesia,” sebutnya.

Shinta menuturkan, ia tak pernah meragukan kemauan para calon pemimpin untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Apalagi, Indonesia dinilainya memiliki banyak potensi.

Prabowo Subianto di Forum Ekonomi Indonesia, Jakarta (21/11/2018).
Prabowo Subianto di Forum Ekonomi Indonesia, Jakarta (21/11/2018).

ABC; Nurina Savitri

“Tapi sekali lagi masalahnya adalah implementasi, jadi kami ingin melihat, siapapun pemimpinnya, apakah mereka mengatasi masalah ini?. Karena jika tidak, saya khawatir. Potensi saja tidak cukup.”

“Karena sekarang Vietnam mengambil investasi kita, bahkan negara seperti Ethiopia juga mengambil investasi dari kita. Jadi kita harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.”

“Karena sebanyak apapun potensi yang kita punya, kita akan tetap tertinggal kalau kita tidak menyelesaikan masalah implementasi.”

Laode Kamaludin -Rektor Universitas Lakidende Unaaha, Sulawesi Tenggara -mengatakan, faktor eksternal tidak terlalu memengaruhi ekonomi Indonesia, jika fondasinya kuat.

“Jadi faktor luar itu akan berpengaruh tapi kalau kita kuat, itu kan tidak ada pengaruhnya. Kan ada orang yang kena flu ada yang tidak? Betul tidak?. Itu yang harus kita lihat,” sebutnya kepada ABC (21/11/2018).

Akademisi yang juga menjadi salah satu pembicara dalam panel IEF ini berpendapat dampak Pemilu terhadap perekonomian tidaklah signifikan dibanding peran fondasi ekonomi sendiri.

“Ekonomi yang ditimbulkan akibat Pemilu itu kecil, tidak besar juga. Jadi kalau kondisi yang ada sekarang seperti ini, itu karena isu mengenai ekonomi itu sendiri. Misalnya, nilai tukar, kan itu tidak ada hubungannya dengan Pemilu. Lalu, negatif impor terhadap produk-produk pangan.”

“Ekonomi yang dirasa stagnan itu karena fundamental ekonomi kita tidak dilakukan dengan baik,” pungkasnya.

Forum Ekonomi Indonesia yang diadakan pada hari Rabu, 21 November 2018 di Jakarta membahas tantangan dan peluang ekonomi yang dihadapi Indonesia lima tahun ke depan. IEF menampilkan berbagai pembicara baik dari kalangan bisnis, pendidikan dan pemerintahan.

Calon Presiden (capres) Prabowo Subianto turut menjadi salah satu pembicara dalam forum ini di mana ia mengangkat tentang perlunya Indonesia menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi, pangan serta air bersih.

Sementara dari pihak Pemerintah Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Panjaitan, berbicara soal prioritas utama bidang ekonomi dari capres Joko Widodo bila terpilih kembali.