ABC

Pemilik Pulau Jadi Terdakwa Kasus Letusan Gunung Berapi di Selandia Baru

Pada tahun 1936 pulau Whakaari White Island diakuisisi oleh pialang saham asal Auckland, George Buttle, yang belakangan mewariskannya kepada putranya dan kemudian cucunya.

George memutuskan tidak mengembangkan pulau itu, karena sebelumnya gunung berapi di sana pernah meletus sehingga upaya menambang belerang dan garam semuanya gagal.

James, Peter, dan Andrew Buttle kemudian mewarisi pula dan gunung berapi tersebut, tapi hari ini mereka duduk sebagai terdakwa atas letusannya yang mematikan pada tahun 2019.

Para turis sedang berada di kawasan kawah dan sebagian menonton dari kapal pesiar ketika gunung itu meletus melampaui peringatan Level 2. Letusannya tercatat dengan skala penuh.

Sebanyak 47 orang berada di pulau pada saat itu, 22 di antaranya tewas, termasuk 17 warga Australia.

Keluarga para korban sudah sangat lama menunggu kelanjutan kasus ini. 

Tuntutan pidana diajukan oleh Worksafe New Zealand (NZ), dengan dakwaan ketiga bersaudara keluarga Buttle, serta 10 pihak lainnya, telah melanggar Undang-Undang Keselamatan Tempat Kerja.

Worksafe NZ mendakwa Andrew, James dan Peter Buttle serta perusahaan mereka Whakaari Management Limited (WML), "tidak dibekali dengan pendapat ahli tentang bagaimana WML memastikan tur mereka ke Whakaari berjalan aman".

Secara total, Worksafe NZ menuntut 13 pihak, termasuk lembaga penelitian dan pemantau gunung berapi GNS Science, Badan Manajemen Darurat Selandia Baru, dan sejumlah operator pariwisata.

Tuntutan diajukan pada akhir tahun 2020. Pada awalnya semua tersangka menyatakan tidak bersalah, tapi kemudian sebagian di antaranya mengaku bersalah. Satu tuntutan telah dibatalkan.

Pada Jumat pekan lalu, tiga terdakwa lagi telah mengaku bersalah.

Namun Buttle bersaudara dan perusahaannya WML lanjut ke pengadilan, begitu pula terdakwa ID Tours New Zealand dan Tauranga Tourism Services.

Peran antara operator tur dan pelanggan akan menjadi bagian utama dari kasus ini.

Itu karena ID Tours New Zealand bekerja sebagai agen pemesanan, membantu penumpang kapal pesiar mengunjungi Whakaari, dan Layanan Pariwisata Tauranga adalah agen untuk perusahaan tur White Island Tours.

"Bukti yang diajukan WorkSafe yaitu bahwa sudah menjadi hal umum di industri pariwisata untuk memiliki entitas tunggal yang beroperasi sebagai mata rantai tunggal mulai dari penjualan hingga pengiriman," kata Hakim Evangelos Thomas.

"Meskipun dalam kasus ini mungkin ada alasan operasional praktis, tapi ini telah bertentangan dengan Undang-Undang karena menyebabkan perlindungan keamanan yang lebih sedikit."

ID Tours Selandia Baru, Buttle bersaudara, dan perusahaan mereka WML, semuanya berusaha mengajukan bantahan tapi ditolak oleh hakim, yang memutuskan kasus lanjut ke persidangan untuk pemeriksaan bukti-bukti.

Setelah lebih dari dua tahun proses hukum, sidang akhirnya berlangsung Selasa (11/07).

'Tinggal kami berdua'

Meredith Dallow terakhir kali melihat kakaknya Gavin saat mereka mengunjungi ibu mereka yang sudah lansia dan dirawat di sebuah rumah sakit di Adelaide.

Saat itu menjelang akhir tahun 2019 dan Gavin bersama istri dan anak tirinya akan berangkat liburan dengan kapal pesiar Ovation of the Seas.

"Kami mengantar Gavin ke mobil, melepasnya dengan ucapan 'sampai jumpa tahun depan,'" ujar Meredith.

"Mereka masuk ke dalam mobil dan telah pergi untuk selamanya."

Pada 9 Desember malam, Meredith menonton berita tentang kapal pesiar yang berada di pulau Whakaari saat gunung meletus.

Dia langsung menghubungi nomor telepon Gavin.

"Saat telepon saya tidak mendapatkan jawaban … Saya kemudian menghubungi menelepon pelayaran Karibia … dan diberi tahu bahwa nama mereka ada di daftar penumpang. Saat itulah saya tahu apa yang terjadi," katanya.

Gavin dan putri tirinya yang berusia 15 tahun, Zoe Hosking, tewas dalam kejadian itu.

Sedangkan Lisa Dallow — istri Gavin dan ibu kandung Zoe — mengalami koma akibat luka bakar parah, dan baru mengetahui kematian suami dan anaknya beberapa minggu setelah kejadian.

Meredith biasanya berdua dengan Gavin dalam memutuskan perawatan yang harus mereka lakukan untuk ibu mereka.

"Kapan pun saya memerlukan dia, dia selalu ada di ujung telepon dan selalu datang untuk membantu saya."

"

"Sekarang dia sudah tidak ada, saya tidak punya siapa-siapa. Tak ada orang yang mendukung. Tidak ada keluarga dekat. Hanya ada kami berdua," katanya.

"

Pengakuan bersalah

Pihak koroner masih melakukan penyelidikan atas kematian dalam bencana Whakaari, dan baru setelah itu pihak keluarga akan menerima sertifikat kematian keluarganya.

Masalahnya, tuntutan dari Worksafe NZ perlu diselesaikan terlebih dahulu, jadi dimulainya persidangan kasus ini merupakan titik penting bagi orang seperti Meredith.

Proses koronial akan memberikan informasi lebih banyak tentang apa yang terjadi pada Gavin dan korban lainnya.

"Yang penting bagi kami adalah pemilik pulau dan perusahaan wisata itu dituntut dan dimintai pertanggungjawaban," kata Meredith.

"Seharusnya tidak ada orang yang di sana pada hari itu," tambahnya.

Dakwaan terhadap Buttle bersaudara kemudian diubah dengan fokus pada tuduhan bahwa mereka tidak memiliki pendapat ahli tentang risiko turis di pulau itu.

White Island Tours mengaku bersalah minggu lalu.

Menurut Dirut WorkSafe NZ Phil Parkes, keputusan White Island Tours akan memberikan jaminan kepada para penyintas dan keluarga korban.

Kemarin, mihi whakatau, upacara penyambutan Māori, telah digelar di ruang sidang menjelang persidangan hari ini.

Mengingat besarnya minat publik terhadap kasus ini, keluarga korban asal Australia dan pihak lainnya dapat menonton persidangan melalui live streaming.


Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang selengkapnya dapat dibaca di sini.