ABC

Pemerintah Vanuatu Kecam Lembaga Donor yang Bantu Korban Badai Pam

Pemerintah Vanuatu mengecam lembaga donor atas kurangnya koordinasi yang disebut telah membuang-buang ‘waktu berharga’, ketika negara ini bergulat dengan dampak Badai Tropis Pam.

Makanan dan perlengkapan bantuan akhirnya mencapai Pulau Tanna di selatan negara ini, pada Rabu (18/3), lima hari setelah Badai Pam menerjang daratan.

Meski demikian, masih banyak pulau yang membentuk negara kepulauan ini belum terjangkau bantuan.

Sejumlah besar bantuan internasional tengah menuju Vanuatu. (Foto: AFP, Dave Hunt)

Sejumlah lembaga donor terus berjuang menghadapi tantangan logistik, dengan kurangnya tempat pendaratan dan dermaga, yang menghambat upaya mereka untuk mencapai pulau-pulau terluar.

Mereka telah mengetahui betapa besarnya kerusakan properti dan lahan disana, dan mengatakan, ada kebutuhan mendesak akan air bersih, obat-obatan, tenda, selimut dan peralatan kebersihan.

Benjamin Shing, wakil ketua komite bencana nasional Vanuatu, mengatakan, sementara negaranya tetap menghargai bantuan itu, respon awal yang diberikan para donor itu seharusnya bisa ditangani lebih baik.

Ia menuduh banyak kelompok dan LSM bekerja sendiri-sendiri ketimbang bekerja sama dengan Pemerintah Vanuatu.

"Di hampir setiap negara di dunia yang mereka berusaha bantu, kelompok ini memiliki sistem operasional sendiri, mereka memiliki jaringan mereka sendiri dan mereka menolak untuk menyesuaikan diri dengan arahan pemerintah,” keluhnya.

Ia mengungkapkan, "Kami terpaksa menghabiskan tiga hari pertama untuk berusaha melakukan beberapa koordinasi. Banyak waktu berharga terbuang yang seharusnya bisa digunakan untuk membantu."

Direktur Oxfam di Port Vila, Colin Collett van Rooyen, membantah adanya disorganisasi atau absennya koordinasi apapun.

"Posisi kami adalah bahwa kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah, seperti yang telah kami lakukan, dan selalu kami lakukan, untuk membantu mereka yang membutuhkan," jelas Colin.

Organisasi ‘Transparency Vanuatu’ menyalahkan pemerintah setempat atas upaya penanggulangan bencana, dengan mengatakan bahwa para pejabat di sana masih mengidentifikasi ke mana bantuan dan obat-obatan harus disalurkan.

"Setelah enam hari, masalah bantuan terletak pada distribusi yang belum dijalankan. Ada perbedaan antara mengatasi bencana yang luas dan membuat rencana, dan pada saat yang sama mengetahui pulau-pulau mana yang telah terdampak,” utara Presiden ‘Transparency Vanuatu’, Marie-Noelle Ferrieux Patterson.

"Dan ketika Anda memiliki dokter relawan yang menawarkan untuk membantu seluruh tempat, bahkan datang dengan obat-obatan … mereka harus bisa mengirim helikopter ke pulau-pulau yang berbeda, sesegera mungkin,” tambahnya.