Pemerintah Australia Habiskan Jutaan Dolar Untuk Penyakit Gaya Hidup
Studi terbaru mengungkap, beban keuangan dari apa yang disebut penyakit ‘gaya hidup’ pada pekerja berusia 45 tahun dan di atasnya membuat Pemerintah Federal dan Negara Bagian di Australia membayar ratusan juta dolar tiap tahunnya.
Studi berjudul ’45 and Up’ yang dilakukan oleh Institut Sax, telah melacak sekitar 10% dari populasi negara bagian New South Wales (NSW) dalam kaitannya dengan biaya kesehatan.
Studi tersebut menemukan biaya yang membengkak dari penyakit ‘gaya hidup’ -yang meliputi penyakit jantung, stroke, obesitas dan diabetes tipe 2 -yang telah memicu desakan untuk berinvestasi lebih besar dalam intervensi olahraga dan nutrisi di tempat kerja.
Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit gaya hidup di NSW sendiri mencapai 330 juta dolar (atau setara Rp 3,3 triliun) untuk penyakit jantung, 170 juta dolar atau setara Rp 1,7 triliun) untuk pembekuan darah, dan 92 juta dolar (atau setara Rp 920 miliar) untuk stroke, sebesar 87 juta dolar (atau setara Rp 870 miliar) untuk hipertensi, hampir 40 juta dolar (atau setara Rp 400 miliar) untuk obesitas, dan 35 juta dolar (atau Rp 350 miliar) untuk diabetes tipe 2.
Profesor Emily Banks, direktur ilmiah dari Institut Sax, mengatakan, studi ini menemukan bahwa sekitar 1 dolar dari setiap 6 dolar yang dihabiskan dalam sistem rumah sakit untuk orang berusia 45 dan lebih dari itu, disebabkan oleh indeks berat badan (BMI) yang tinggi.
"Itulah orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas," sebut Emily Banks.
Ia menyambung, “Jadi kami tahu itu adalah masalah yang sangat besar, tetapi apa yang kami dapatkan dari studi ‘45 dan Up’ adalah data yang bisa diandalkan tentang seperti apa penampakannya di dunia luar yang nyata.”
Dan ia mengatakan bahwa dampak dunia nyata dirasakan di rumah sakit dan anggaran kesehatan.
"Jika kami bisa menghentikan satu kasus serangan jantung atau stroke mulai dari pencegahan, itu menghemat beberapa ribu doolar,” terang Emily Banks.
Program kesehatan di tempat kerja turunkan jumlah cuti sakit
Dr Bev Lloyd, pengelola program ‘Get Healthy At Work’ (Menjadi Sehat di Tempat Kerja) senilai 12 juta dolar (atau setara Rp 120 miliar) di Kantor Pencegahan Kesehatan NSW, mengatakan, mereka telah melakukan sekitar 21.000 pemeriksaan kesehatan sejauh ini, dalam dua tahun terakhir, dan telah mendaftarkan sekitar 7.000 bisnis.
“Ini masalah besar, penyakit kronis, dan kadang-kadang sedikit berlebihan,” akunya.
Ia mengungkapkan, “Tapi saya pikir kami terus mengesampingkannya. Dan dalam kaitannya dengan isu-isu tersebut, di tempat kerja, perubahan budaya, perubahan kebijakan itu benar-benar penting.”
Informasi kunci:
• Studi menemukan, obesitas dan penyakit ‘gaya hidup’ lainnya menempatkan beban yang besar pada pelayanan kesehatan
• Mencegah lebih baik daripada mengobati, kata para ahli
• Beberapa bisnis menawarkan makanan segar, pemeriksaan kesehatan untuk memotong cuti sakit
Bob MacSmith, direktur perusahaan pengolahan pertanian ‘MSM Milling’, mengatakan, dari sudut pandang bisnis, ia tak bisa melihat alasan mengapa sebuah perusahaan tak akan terlibat.
Tahun lalu, perusahaannya mengadakan program kesehatan di tempat kerja, dan mulai membeli roti dan buah segar untuk 60 pekerja shift yang kebanyakan laki-laki berusia di atas 40 tahun.
"Membandingkan periode enam bulan sebelum terlibat dalam program dan enam bulan sejak kami terlibat di dalamnya, sudah ada penurunan cuti sakit sebesar 8%,” jelas Bob MacSmith.
“Nah, itu benar-benar manfaat yang sangat mudah diukur, itu sangat besar karena kami benar-benar merupakan bisnis kecil, jadi jika seseorang tak muncul untuk bekerja, itu menciptakan segala macam masalah,” utaranya.
Ia lantas menyambung, “Jadi itu telah menjadi manfaat yang benar-benar penting dan terukur.”
"Untuk kehidupan saya, saya tak bisa melihat alasan untuk tidak terlibat, itu benar-benar positif asalkan kita mempertimbangkannya," kata Bob MacSmith.
Upaya pencegahan perlu didorong lebih kuat
Stephen Jan, seorang profesor ekonomi kesehatan dari Institut Kesehatan Global George, mengatakan, upaya pencegahan perlu didorong lebih kuat dan ditargetkan dengan lebih baik.
"Ada keuntungan ekonomi yang sangat jelas untuk berinvestasi lebih banyak di program pencegahan penyakit, terutama di tempat kerja," sebut Stephen Jan.
Ia menambahkan, “Karena apa yang kami temukan benar-benar biaya yang sangat tinggi yang terkait dengan kondisi pencegahan.”
“Jadi salah satu cara adalah dengan melihat ke mana kami, saat ini, menghabiskan dana dan melihat hal itu sebagai sebuah kesempatan di mana kami bisa semacam memobilisasi sumber daya secara lebih efektif dan menyalurkannya ke arah pencegahan, daripada terus-menerus khawatir tentang mengobati pekerja setelah mereka berpengalaman dengan penyakit,” jelasnya rinci.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 16:58 WIB 06/09/2016 oleh Nurina Savitri.