ABC

Pemenang Kompetisi Film Pendek Australia Indonesia ReelOzInd!

Film Amelis karya Dery Prananda serta film dokumenter Miner’s Walk: Supeno karya Josephine Lie berhasil memenangkan Kompetisi Film Pendek Australia Indonesia ReelOzInd!. Pemutaran perdana kedua film itu akan digelar Melbourne 21 Agustus dan di Surabaya 22 Agustus.

Amelis dipilih sebagai Best Fiction dan Best Film sedangkan Miner’s Walk: Supeno untuk kategori Best Collaboration. Dery Prananda merupakan sutradara asal Indonesia sedangkan Josephine Lie berasal dari Australia.

Kompetisi film pendek digelar oleh Australia Indonesia Centre (AIC) dan merupakan yang pertama kalinya melibatkan kalangan pekerja film di kedua negara.

Dery Prananda yang juga penulis skenario dan produser film Amelis menjelaskan, film ini lahir saat dia mencari ide membuat film yang merupakan tugas kuliahnya. Dia pun teringat percakapannya dengan Aleta Baun, pejuang lingkungan hidup dari Pulau Timor.

“Dia bercanda tentang pengemudi ojek yang membawa mayat ke kampungnya. Terlepas dari benar tidaknya cerita itu, saya kita sangat menarik untuk dikisahkan,” kata Dery Prananda.

“Jadi saya mulai riset, dan kenyataannya banyak kasus di Indonesia terutama di daerah, orang tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Makanya, mereka seringkali harus membawa jenazah keluarganya dengan angkutan umum,” ujarnya.

Dery mengatakan, kenyataan inilah yang menjadi dasar kisah film Amelis.

Dalam interview yang dikutip Australia Indonesia Centre yang menyelenggarakan kompetisi ini, Dery menjelaskan bahwa filmnya dibuat di Yogyakarta dengan kru kurang 10 orang. Namun dia dibantu beberapa orang di lokasi syuting. “Syutingnya sendiri memakan waktu dua hari, sedangkan pasca produksi dan pengeditannya memakan sekitar sebulan,” katanya.

Pembuatan film ini agak unik, karena menurut Dery, kebetulan ada pemain teater yang ikut dalam film yang pada akhirnya harus banyak mengajari pemain-pemain lainnya. “Saya hanya fokus pada gambar sedangkan selebihnya terserah para pemain sendiri,” katanya.

Dery menjelaskan, saat skenario filmnya masih disusun, dia telah memikirkan rekannya Paulo Da Silva, sebagai aktor yang akan memerankan tokoh anak dalam cerita itu.

Paulo sendiri merupakan pembuat film pendek sehingga tidak asing lagi dengan kamera. “Sedangkan untuk peran ayah, kami memilih dari seorang tetangga salah satu kru kami, namanya Mbah Harto,” katanya.

Sementara itu Josephine Lie seperti dikutip dalam wawancara dengan AIC menjelaskan, filmnya Miner’s Walk: Supeno mengeksplorasi kisah kehidupan penambang belerang di Kawah Ijen.

film dua.jpg
Adegan film dokumenter Miner’s Walk: Supeno. (Foto: istimewa)

Dalam beberapa minggu bisa disaksikan di minerswalk. Penonton bisa menyaksikan perjalanan penambang dari puncak kawah hingga turun ke bawah untuk mengambil belerang.

“Sepanjang perjalanan itu, penonton bisa melihat 12 video pendek mengenai berbagai aspek terkait Kawah Ijeng, mulai dari sosok seperti Supeno, hingga dampak pariwisata di wilayah itu.

Film ini dibuat di Kawah Ijeng dan desa Plampang tempat tinggal Supeno dan keluarganya. Dijelaskan syuting dilakukan selama 6 hari, termasuk menitipkan kamera di punggung para penambang sendiri sehingga memungkinkan penonton bisa melihat langsung kondisi di bawah kawah itu.

Dokumenter ini, kata Josephine, mewawancarai delapan orang termasuk lima orang penambang.

Josephine mengaku tertarik membuat film di Indonesia karena dia pernah menghabiskan setahun hidupnya di Indonesia sebagai mahasiswa. Latar belakang keluarganya juga berasal dari Indonesia.

“Namun yang saya cintai adalah keunikan budaya dan geografinya,” katanya seraya menambahkan, ini bukan pertama kalinya dia membuat dokumenter di Indonesia.

Di tahun 2011 Josephine juga membuat dokumenter berjudul ‘Merapi: Stories from the Volcano’, yang mengisahkan tentang dampak letusan Gunung Merapi tahun 2010 terhadap 21 warga setempat.

Dalam proses pembuatan dokumenter ini, Josephine dibantu oleh Niken seorang warga Indonesia. “Tanpa bantuan dia dan warga setempat di sana film ini tidak mungkin jadi,” katanya.

Selain pemutaran perdana di Australian Centre for the Moving Image (ACMI) Melbourne serta di Universitas Kristen Petra Surabaya, karya-karya yang masuk dalam kompetisi film pendek ini juga akan diputar di Kineforum Jakarta, Dendy Newtown Sydney, National Film and Sound Archive Canberra, Klub DIY Menonton Yogyakarta, Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember, Universitas Brawijaya Malang, Darwin International Film Festival Deckchair Cinema, Minikino Film Week Bali, serta di Festival Pelajar Kota Probolinggo.