ABC

Pemain Asal Darwin Ungkap Skandal Federasi Bola di Timor Leste

Seorang pemain asal Australia terjebak dalam skandal pemain internasional sesaat sebelum FIFA mengungkapkan rincian dari kontroversi- yang melibatkan lebih dari selusin pemain naturalisasi asal Brasil tersebut.

Timor-Leste telah menerjunkan sekitar 16 pemain naturalisasi asal Brasil sejak mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter, berkunjung ke negara itu pada tahun 2011. Sejumlah pemain lainnya- yang bermain dengan klub di Asia –juga diyakini memiliki status serupa.

Jesse Pinto, 25 tahun, adalah kapten Timor-Leste selama gelombang pertama perekrutan pemain naturalisasi ini, sebuah praktek yang tampaknya melanggar- baik -hukum Timor Leste dan peraturan FIFA.

Tim sepak bola Timor Leste di tahun 2012, tim yang berlaga di babak kualifikasi Piala AFF. (Foto: Wellington Rocha)
Tim sepak bola Timor Leste di tahun 2012, tim yang berlaga di babak kualifikasi Piala AFF. (Foto: Wellington Rocha)

Ia sendiri telah memilih untuk tak lagi mewakili tim tersebut.

"Saya telah melihat banyak korupsi. Timor Leste mengikuti mentalitas Indonesia," katanya.

Jesse- yang bermain di klub bola Australia, yakni Newcastle Jets -lahir di Darwin dan dibesarkan di Sydney.

Ia memenuhi syarat untuk bermain bagi Timor-Leste melalui garis darahnya: ibunya adalah warga Timor Leste; ayahnya adalah warga Angola keturunan Timor Leste.

Meski demikian, kelayakan mantan rekan satu timnya yang berasal dari Brasil berada di bawah sorotan. Dan bulan lalu, menyusul kualifikasi Piala Dunia di Dili, Asosiasi Sepak Bola Palestina mengajukan keluhan resmi ke FIFA mengenai masalah tersebut.

Mereka adalah tim pertama yang- diketahui -telah berbicara.

Salah seorang pejabat pemerintah yang tak mau disebut namanya mengatakan, penyelidikan Parlemen tengah berlangsung, dan para aktivis sebelumnya juga telah turun ke jalan untuk menuntut perubahan.

Perkembangan pesat dengan kehadiran pemain Brasil

Jesse menjadi kapten tim Timor-Leste di ajang olahraga ‘South-East Asian Games’ pada tahun 2011- kompetisi untuk para pemain di bawah usia 23 tahun -dan pada kualifikasi Piala AFF tahun berikutnya.

Sebanyak delapan pemain naturalisasi asal Brasil digunakan dalam pertandingan tersebut, dan hasilnya langsung terlihat: Timor-Leste memenangi pertandingan pertama sejak bergabung dengan FIFA pada tahun 2005.

Setelah bertahun-tahun menjadi salah satu tim terburuk di dunia, prestasi Timor-Leste  meningkat secara signifikan satu dekade belakangan, baru-baru ini berada di poisis 146 dalam peringkat FIFA.

Ada korelasi yang kuat antara kemajuan ini dengan jumlah pemain asal Brasil yang ada di tim.

Pemain Brasil sangat diminati di sejumlah liga sepak bola di Asia, dan banyak pemain naturalisasi Timor-Leste mulai bermain di Asia pada waktu yang hampir bersamaan dengan ketika mereka menerima kewarganegaraan Timor Leste.

Memiliki paspor Asia mungkin membuat proses tersebut lebih mudah; Liga Asia umumnya membatasi jumlah pemain asing yang ada di masing-masing klub, dengan kuota ekstra diperuntukkan bagi para pemain Asia sendiri.

Setelah Jesse mendapat kontrak dengan klub di Indonesia – sesuatu yang katanya ia atur secara independen terlepas dari Federasi Sepak Bola Timor Leste (FFTL) dan dilakukan tanpa dukungan dana dari federasi itu –ia mengatakan, federasi tersebut tak menyukainya.

"FFTL marah karena saya tak melibatkan mereka dalam negosiasi dengan klub … Saya justru balik bertanya dan berkata, ‘saya melakukan semuanya sendiri, jadi mengapa saya harus melibatkan mereka? '," sebut Jesse.

Menurutnya, perilaku ini menunjukkan bahwa mereka biasanya mendapat keuntungan dari kontrak pemain internasional.

"Dari hal itu, saya hanya bisa mengatakan bahwa jika mereka mengatur pemain Brasil untuk bermain di klub-klub ini, dan memberi mereka masa percobaan, [maka] mereka akan mendapat komisi," tuturnya.