ABC

Pelapor khusus HAM PBB diserang di Myanmar

Pelapor khusus HAM PBB  mengkritik pemerintah Myanmar yang dianggap gagal  melindungi dirinya ketika iring-iringan  kendaraannya diserang di kota yang masih belum pulih dari kerusuhan agama.

Tomas Ojea Quintana, yang baru saja merampungkan kunjungan selama 10 hari ke Myanmar, menghadapi aksi protes di sejumlah tempat yang dikunjunginya.

Quintana menceritakan di tempat perhentian terakhir di Kota Meikhtila, untuk menyelidiki warga Budha yang menyulut kekerasan terhadap warga muslim pada bulan Maret lalu, demonstrasi  yang dihadapinya berubah menjadi kekerasan.

"Mobil saya dikerumuni oleh sekitar 200 orang yang mulai memukul dan menendang jendela dan pintu mobil, sambil meneriakan caci maki," kata Quintana.

Namun yang memprihatinkan disekitar lokasi itu ada polisi yang sedang bertugas,” tuturnya lagi.

"Ketakutan yang saya rasakan ketika itu memberikan saya gambaran tentang apa yang dialami warga muslim yang dibakar, dibacok, dan dibunuh pada saat insiden kekerasan bulan Maret lalu, dimana ketika itu juga ada petugas polisi di dekat mereka yang menyaksikan penyerangan itu,” ungkapnya.

Quintana mengatakan dirinya telah menemui Menteri Luar Negeri Myanmar dan kepala polisi untuk membicarakan insiden ini.

"Dalam pertemuan itu, saya meminta agar Pemerintah Myanmar menjamin perlindungan yang menjadi kewajiban mereka untuk menjamin keselamatan semua pelapor khusus PBB di negaranya sesuai ketentuan yang berlaku," katanya.

Quintana mengatakan karena insiden ini Ia terpaksa membatalkan rencananya mengunjungi kamp pengungsi setempat, yang menjadi lokasi berlindung sekitar 1,600 warga muslim.