ABC

Pelaku Penembakan MH17 Mungkin Separatis Rusia Amatiran

Pesawat Malaysia Airlines MH17 mungkin "keliru" ditembak jatuh oleh separatis pro-Rusia amatiran yang tidak terlatih, demikian dikatakan pejabat intelijen Amerika Serikat.

Kalangan intelijen itu mengatakan, mereka memutuskan untuk memberi briefing kepada reporter sebagian untuk menangkal apa yang mereka lukiskan sebagai propaganda menyesatkan dari Rusia dan media Rusia yang dikuasai pemerintah.

Bukti yang terkumpul sejauh ini  menunjukkan bahwa separatis menembakkan rudal darat-ke-udara SA-11 yang meledakkan pesawat Malaysia itu, tapi masih belum jelas "siapa orangnya yang melakukannya" dan mengapa, kata seorang pejabat tinggi intelijen yang tidak mau disebutkan namanya.

"Penjelasan yang paling masuk akal adalah, itu suatu kesalahan dan rudal itu ditembakkan oleh "seorang yang tidak terlatih" menggunakan suatu sistem yang membutuhkan skil dan pelatihan," kata seorang pejabat.

Pejabat-pejabat intelijen memperingatkan publik untuk tidak mengharapkan semua pertanyaan akan terjawab dengan pasti.

Mereka menyebut beberapa insiden di masa yang lalu ketika pasukan Rusia maupun AS keliru menembak jatuh pesawat sipil.

Sebuah pesawat Korean Airlines ditembak jatuh oleh pesawat tempur Sovyet di tahun 1983 dan Angkatan Laut AS keliru menembak jatuh sebuah pesawat penumpang sipil Iran di tahun 1988.

Agen-agen Rusia memang terlihat di lapangan di Ukraina timur tapi kalangan intelijen AS tidak memiliki bukti nyata bahwa mereka mendampingi satuan SA-11 yang menembak jatuh MH17.

Satelit dan alat intelijen "teknis" AS lainnya menegaskan, pesawat Malaysian Airlines dengan 298 orang di dalamnya ditembak dengan rudal darat-ke-udara SA-11 dari sebuah daerah yang dikuasai pemberontak pro-Rusia.

Kendati AS sebelumnya melihat arus senjata berat, termasuk sistem pertahanan udara, masuk ke Ukraina dari Rusia, namun badan-badan intelijen tidak melihat rudal SA-11 masuk ke negara itu sebelum pesawat MH17 ditembak jatuh.

Militer Rusia melatih pemberontak di sebuah basis di Rostov untuk menggunakan berbagai senjata, termasuk sistem pertahanan udara.

Tapi tidak ada bukti nyata bahwa pelatihan oleh Rusia itu mencakup rudal SA-11.