ABC

Pelajaran Matematika Bisa Bantu Penyandang Disabilitas Dapatkan Pekerjaan

Sebuah sekolah khusus di Queensland menggunakan pelajaran matematika untuk membalikkan rendahnya lapangan pekerjaan bagi para penyandang disabilitas.

Oscar Riondato, 8 tahun, memiliki sejumlah gangguan kesehatan termasuk cerebral palsy, dua lubang di jantung dan epilepsi yang menyebabkan gangguan intelektual ringan.

Siswa ‘Goodna Special School’ ini ambil bagian dalam Program Matematika YuMi yang mengadopsi pendekatan praktis pengajaran matematika.

Program matematika bagi penyandang disabilitas di Goodna Special School.
Program matematika bagi penyandang disabilitas di Goodna Special School.

Dr Bronwyn Ewing dari Universitas Teknologi Queensland berada di belakang program yang sudah berjalan di sekolah selama sekitar 12 bulan ini.

"Kami tahu bahwa secara historis matematika belum diajarkan dengan baik. Ada kecenderungan pengajaran subyek ini memakai pendekatan tradisional," ungkapnya.

Dr Bronwyn mengatakan, program, yang menggunakan metode praktis dan fisik untuk melibatkan para siswa, ini telah diterapkan di 12 sekolah khusus di Queensland, dengan 48 guru yang berpartisipasi.

"Ini banyak dimulai dengan pengalaman-pengalaman kontekstual, pengalaman-pengalaman yang kita semua terlibat dari hari ke hari," sebutnya.

Ia menjelaskan, "Apa yang diketahui adalah bahwa kesenjangan di antara para siswa yang belajar hitungan secara tegas termanifestasikan di tahun-tahun awal, dengan para siswa itu 25% terbawah di kelas mereka nantinya."

Ibu Oscar, Sylvia Riondato, mengatakan, putranya lebih antusias dan lebih bersedia untuk terlibat.

"Ia belajar dengan cepat. Saya yakin itu akan menjebaknya dalam keterampilan matematika dan prinsip-prinsip yang akan bisa ia gunakan ketika ia meninggalkan sekolah dan masuk ke dunia kerja," ungkapnya.

Tingkat lapangan pekerjaan di Australia rendah

Seperti sekolah lainnya, para guru di Goodna Special School melakukan apa yang mereka bisa untuk memastikan para siswa ditempatkan dengan baik untuk mengejar pekerjaan.

Tapi statistik menunjukkan, 45% dari orang-orang dengan keterbatasan hidup di garis kemiskinan dan tingkat pengangguran di antara hampir dua kali lipat dibanding mereka yang tak memiliki keterbatasan.

"Jelas itu adalah statistik yang sangat mengkhawatirkan dan bukan situasi yang tiap orangtua inginkan ketika anak mereka meninggalkan sekolah dan menjadi mandiri," ujar Sylvia.

Komisaris Diskriminasi Disabilitas, Susan Ryan, sedang melakukan penyelidikan nasional atas diskriminasi kerja terhadap warga Australia yang mengalami disabilitas.

Australia tidak memiliki performa baik dibandingkan dengan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) lainnya.

"Ini adalah kesenjangan yang sangat serius dalam kesempatan yang setara," sebutnya.

Susan mengatakan, Selandia Baru dan Kanada jauh lebih baik dan ia akan menelusuri mengapa hal itu terjadi, sebagai bagian dari penyelidikan.

"Kami berusaha menghentikan penyandang disabilitas dari situasi tak mendapat pekerjaan yang nyatanya sangat mampu mereka lakukan," tambahnya.

Kepala Goodna Special School, Tracey Chappell, mengangkat isu diskriminasi dalam sektor pendidikan.

Sementara sekolah umum memiliki uji coba melek huruf dan melek angka nasional [NAPLAN] untuk mendorong alokasi dan kebijakan sumber daya, Tracey mengatakan, di sekolah khusus tak demikian keadaannya.

Ia menyerukan adanya pendekatan nasional.

"Tanpa data, kami tertinggal dari yang lain dan kemudian kami terlempar dari pengembangan kebijakan yang penting," katanya.