ABC

PBB: Asia Pasifik Belum Berhasil Tekan HIV AIDS

Laporan tahunan badan PBB UNAIDS yang dirilis pada Kongres AIDS Internasional di Asia Pasifik mengungkapkan jumlah orang dengan HIV AIDS di wilayah ini  belum berubah dalam rentang lima tahun, kendati sejumlah negara berhasil mengurangi infeksi HIV hingga 50 persen sejak 2001.

Laporan tersebut menyebutkan sekitar 1,25 juta orang mendapatkan perawatan pada 2012 dan sudah banyak yang mendapatkan akses layanan HIV di Asia Pasifik.

Meskipun demikian, fokus yang tidak memadai pada populasi kunci yang memiliki risiko terinfeksi HIV dan wilayah geografis dengan beban HIV yang lebih tinggi, itu menandakan sebagian besar negara-negara di Asia Pasifik tidak mengalami kemajuan cepat mencapai sasaran global dalam pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan terhadap HIV AIDS.

"Upayanya harus lebih fokus pada investasi di tempat yang tepat dan program buat menjangkau orang-orang yang sangat membutuhkan,” kata Direktur Tim Dukungan Regional untuk Asia dan Pasifik UNAIDS, Steven Kraus.

Saat ini, 90 persen orang dengan HIV AIDS terdapat di 12 negara di kawasan ini, yakni Kamboja, Cina, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Pada 2012, jumlah orang dengan HIV di Asia Pasifik mencapai 4,5 juta orang.

64 persennya adalah laki laki dan sisanya perempuan.

Trend Penyebaran

Infeksi terbaru HIV kini terkonsentrasi di populasi kunci yang beresiko tinggi dan epidemi peningkatannya pada hubungan seks sesama jenis.

Sekitar 10 persen revalensi HIV di antara kelompok ini, setidaknya terdapat di sepuluh daerah metropolitan Asia, termasuk Bangkok, Jakarta dan Ho Chi Min.

Sedangkan peningkatan epidemi juga semakin tinggi di kelompok pengguna narkoba yang mencapai sekitar 2 sampai 4 juta orang di Asia Pasifik.

Jika ditotal pengeluaran untuk mengatasi HIV di Asia Pasifik menghabiskan US$ 2.2 milyar atau lebeih dari Rp 20 trilyun, lebih tinggi lima persen dari 2011.

Sementara UNAIDS memperikirakan dibutuhkan sekitar US$ 5.4 milyar untuk investasi di negara Asia Pasifik yang berpendapatan rendah buat investasi menekan epidemi.