ABC

Pasok Bahan Peledak 100 Kg ke Pasar Gelap, Pria Ini Dipenjarakan 12 Bulan

Seorang pria asal Selandia Baru telah dipenjarakan di Perth atas keterlibatannya dalam pencurian 100 kilogram bahan peledak yang akan dijual di pasar gelap untuk sebuah organisasi kriminal.

Bahan peledak dan lima detonator ditemukan di kursi belakang mobil Joshua James Preece ketika ia dihentikan oleh polisi di Northam, pada bulan Mei 2015.

Pengadilan Negeri Perth menyebut bahwa bahan peledak itu dicuri oleh orang lain dari lokasi tambang dekat Kambalda, dan ia menyembunyikannya di dekat semak sehingga Joshua bisa mengambilnya.

Dalam persidangan terungkap ada rencana untuk menjual bahan peledak itu senilai 120.000 dolar (atau setara Rp 1,2 miliar) kepada -apa yang digambarkan sebagai -"organisasi kriminal" di negara bagian sebelah timur, yang ingin diikuti Joshua sebagai bagian dari anggota.

Dalam sebuah sidang sebelumnya terungkap bahwa organisasi kriminal itu adalah geng motor.

Pengacara Joshua, Sam Van Dongen SC, mengatakan bahwa pada saat itu, Joshua ada "di tengah-tengah pengaruh narkoba yang menggila" dan menjadi terlibat dalam pelanggaran itu karena ia diberitahu bahan peledak tersebut akan digunakan untuk materi prospek.

Ia kemudian sadar akan rencana untuk menjual bahan peledak itu di pasar gelap, meskipun ia percaya bahan peledak itu hanya bernilai 40.000 dolar (atau setara Rp 400 juta).

Sam mengatakan, kliennya sekarang benar-benar menyesal dan sangat malu tentang apa yang telah dilakukannya.

"Ia memiliki wawasan naïf tentang potensi bahan peledak itu bisa jatuh ke tangan yang salah," sebutnya.

Sam juga mengatakan, Joshua menghabiskan tujuh bulan dalam tahanan setelah penangkapannya, dan cita-citanya tentang diterima ke dalam organisasi kriminal benar-benar hancur selama ini.

Sam mendesak Kepala Hakim, Steven Heath, untuk menangguhkan hukuman penjara seraya mengatakan bahwa penambang yang mencuri bahan peledak itu hanya diberi hukuman percobaan delapan bulan, sementara mantan pacar Joshua yang berada di mobil dengannya ketika kendaraan itu  berhenti di Northam, mendapat masa pengawasan intensif selama 12 bulan.

Dalam putusan hukuman, Hakim Steven menggambarkan pelanggaran Joshua sebagai "kisah sedih" seraya mengatakan bahwa ia datang ke Australia Barat untuk bekerja di industri pertambangan tetapi berakhir terisolasi dan malah membuang-buang penghasilan "substansial"-nya pada alkohol dan obat-obatan terlarang.

Hakim Steven mengatakan, sementara sebagian dari motivasi Joshua adalah bahwa ia ingin diterima oleh organisasi kriminal, "tak ada keraguan ia sedang dimanipulasi oleh orang lain".

Meski demikian, Hakim Steve mengatakan, pelanggaran itu sangat serius, hanya hukuman 12 bulan penjara –lah yang tepat.

Vonis itu berlaku mundur sejak Agustus tahun lalu, untuk memperhitungkan waktu yang telah dihabiskan Joshua dalam tahanan.