ABC

Pasien HIV Di Australia Prihatinkan Stigma

Hampir semua warga Australia dengan HIV tidak dapat menularkan virus – tetapi apakah stigma terhadap mereka dapat dipatahkan?

Saat berusia 25 tahun, Ed Moreno sudah mempersiapkan diri untuk mati.

Dia membayangkan akhir yang menyakitkan dan tidak bermartabat – sebuah takdir yang dia lihat banyak dialami para pria gay lainnya.

Dia didiagnosis menderita human immunodeficiency virus (HIV) pada tahun 1990.

“Mereka memberi saya waktu lima tahun untuk hidup,” katanya.

“AIDS membunuh orang dengan cara yang sangat buruk … [ada] cacat, kematian yang menyakitkan.”

Diagnosis itu didapatinya pada saat memuncaknya epidemi AIDS yang menakutkan dunia.

Saat itu AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) dan pendahulunya, HIV, secara efektif merupakan hukuman mati.

Ed Moreno mengundurkan diri dengan pemikiran “mati rasa” kalau dia sudah akan sangat beruntung jika berhasil mencapai usia 30 tahun, tetapi ia menetapkan rencana untuk pergi dengan ‘kesenangan’.

Ed moreno
Ed Moreno pindah ke Miami berpikir dia akan segera mati.

Dipasok

Warga Amerika ini kemudian pindah dari kota kelahirannya Santa Fe ke Miami untuk berpesta jauh dari kehidupannya yang relatif singkat.

“Saya memutuskan saya akan hidup dengan bersenang-senang,” katanya.

Revolusi anti-retroviral

Namun, pada pertengahan 1990-an, kemajuan medis besar menjadikan AIDS tidak lagi menjadi hukuman mati. Sebaliknya AIDS menjadi kondisi kronis yang dapat dikelola dengan beberapa obat anti-retroviral.

Ed Moreno mulai menjalani pengobatan, yang pada saat itu melibatkan minuman obat-obatan yang rumit dengan efek samping yang menyakitkan.

Namun tetap saja, baru pada tahun 2003, lebih dari satu dekade setelah diagnosisnya, ia merenungkan satu hari bisa mengalami usia lanjut.

“Butuh waktu lama bagi saya untuk menyadari bahwa saya sebenarnya tidak akan mati,” katanya.

“Rasanya seperti sudah melewatkan begitu saja waktu saya selama 13 tahun itu.”

Hidup di bawah stigma

Dalam beberapa tahun terakhir, pengobatan HIV telah disederhanakan menjadi satu pil sehari.

Sekarang sudah berhasil diketahui bahwa dengan pengobatan yang efektif dan berkelanjutan, virus HIV tidak dapat dideteksi oleh tes darah standar atau ditularkan selama hubungan seksual.

Lebih dari 26.000 warga Australia hidup dengan HIV pada tahun 2016, menurut Kirby Institute di University of New South Wales.

Di antara mereka, lebih dari 90 persennya memiliki pemeriksaan tes HIV yang tidak terdeteksi.

“Seseorang yang hidup dengan HIV seperti saya, meminum obat saya setiap hari,” kata Nic Holas dari The Institute of Many.

Institute of Many sekarang berada di belakang sebuah kampanye baru untuk mengakhiri stigma HIV.

Kampanye U = U – yang berarti “tidak terdeteksi sama dengan tidak dapat ditransmisikan” – ini melibatkan Ed Moreno dan empat orang lainnya yang saling berbagi pengalaman HIV mereka.

Skip YouTube Video

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

Ed Moreno yang sekarang berusia 53 tahun  dan menyebut Melbourne sebagai rumah baginya. Dia secara pribadi mengetahui dampak pandangan yang ketinggalan jaman tentang HIV.

“Saya memiliki pengalaman belum lama ini tentang seseorang yang ingin menjaga alat makan dan cangkir saya terpisah,” katanya.

Kesenjangan antara sains dan persepsi semacam itu meluas ke mereka yang hidup dengan virus HIV,  Nick Holas menambahkan.

“Orang dengan HIV positif (ODHA) mendengar kampanye ini [pesan U = U] dan [berkata], ‘Oh, tapi bagaimana jika?'”

Nick Holas menekankan kampanye U = U didasarkan pada penelitian ilmiah yang kuat.

“Beberapa pemikir ilmiah terbesar di bidang ini, pada tingkat internasional, telah mendukung pernyataan U = U,” kata Holas.

HIV banyak diderita di kalangan penduduk Asli Australia

Sementara itu meski secara keseluruhan tingkat infeksi HIV di Australia tetap relatif stabil, tingkat prevalensi HIV di kalangan penduduk pribumi Australia masih mendominasi.

Seorang pria Aborigin, Davey Thompson, 26, tidak memiliki HIV – tetapi terlibat dalam kampanye untuk membantu menyebarkan pesan U = U.

“Saya tumbuh dengan pandangan yang lucu, ketinggalan zaman, stereotipikal mengenai virus HIV dan bagaimana hal itu mempengaruhi orang,” katanya.

“Saya harus melupakan banyak hal ketika pindah ke kota.”

Davey Thompson
Davey Thompson, seorang laki-laki aborijin yang HIV-negatif, berkampanye untuk menghapuskan stigma terhadap penderita HIV.

Supplied

Kampanye U = U ini muncul seiring dengan obat-obatan pencegahan HIV, profilaksis pra-pajanan atau pra-paparan kini tersedia dengan harga subsidi bagi pembayar pajak.

Mulai hari Minggu (1/4/2018) lalu, biaya pembelian obat-obatan ini di apotik telah dikurango menjadi $ 39,50 (atau sekitar Rp 450 ribu) per bulan atau $ 6,40 (Rp63 ribu) bagi mereka dengan kartu konsesi.

Sekitar 15.000 warga Australia telah mengambil PrPP melalui uji coba yang didanai oleh pemerintah negara bagian dan organisasi kesehatan.

Menteri Kesehatan Federal Greg Hunt menerima saran dari panel ahli yang pada bulan Februari merekomendasikan menambahkan obat ini ke Skema Manfaat Farmasi.

Bagi orang-orang seperti Moreno, perubahan medis dan sosial yang mempengaruhi komunitas gay ini datang lebih cepat dari yang “mereka bayangkan “.

“Saya pikir ini adalah bagaimana kita akan mengakhiri HIV,” katanya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.