ABC

Pasien Anak Australia Banyak Diresepkan Obat Skizofernia

Data terbaru mengungkapkan banyak anak-anak Australia diberikan obat-obatan anti-psikotik dosis tinggi yang biasa digunakan untuk mengobati pasien skizofernia dan bipolar.

ABC berhasil mendapatkan data yang menunjukkan lebih dari 100,000 resep obat anti-psikotik yang diterbitkan tahun lalu ditujukan bagi pasien anak-anak.\\
Queensland tercatat sebagai wilayah yang paling banyak meresepkan obat anti-psikotik – yang totalnya mencapai dua kali lipat lebih tinggi dari angka sejumlah negara bagian lain diikuti NSW.
Baru-baru ini pada tahun 2012, Pemerintah Federal memperkirakan lebih dari 12,000 pasien anak di Australia dan remaja menggunakan obat anti-psikotik.
Kebanyakan dari obat-obatan itu sebelumnya pernah diteliti dampak penggunaannya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap anak-anak.
Obat itu diketahui memiliki campuran penggunaan yang disetujui oleh regulator tetapi banyak juga diresepkan oleh dokter. Beberapa disetujui untuk anak di bawah usia 10.
Beberapa ahli khawatir obat tersebut saat ini diberikan terlalu bebas, terutama oleh dokter umum dan dokter anak. Padahal dokter kadang-kadang hanya memiliki pengalaman kejiwaan anak yang terbatas.
Salah satu keprihatinan utama adalah pengunaan obat-obatan tersebut dikalangan anak-anak di tempat penitipan anak, dimana orang tua anak tersebut tidak bisa mengawasi penggunaan obat tersebut.
Obat skizopernia dan bipolar
 
Obat-obatan anti-psikotik itu umumnya digunakan untuk mengobati gangguan kejiwaan seperti schizophrenia dan bipolar yang jarang terjadi sampai seseorang berusia dewasa.
 
Meski demikian belakangan ini obat-obatan tersebut ditemukan penggunaanya untuk mengobati anak-anak yang memiliki perilaku agresif dan mendapatkan pengobatan karena gejala autisme.
 
Kalangan medis terbelah pendapatnya mengenai penggunaan obat anti-psikotik.
 
Namun mereka setuju kalau obat-obatan hanya bisa diresepkan ketika manfaatnya lebih besar ketimbang resikonya.
Psikiater anak Jon Jureidini mengatakan dirinya menjadi orang yang paling vokal menolak pemberian resep obat-obatan itu kepada anak-anak.
 
Professor Jureidini mengatakan saat ini jumlah obat antipsikotik yang diresepkan jumlahnya jauh lebih banyak ketimbang kasus anak-anak yang menderita schizophrenia atau gangguan bipolar.
 
"Kita tidak boleh sembarangan dengan obat-obatan ini – mereka obat-obatan berbahaya,”
 
"Mereka bisa memicu obesitas dan gangguan metabolisme pada anak-anak ang mengkonsumsinya,”
 
Professor Jureidini juga mengatakan saat ini belum ada bukti kuat kalau obat-obatan anti –kejiwaan itu aman bagi anak-anak, meskipun digunakan dalam waktu singkat.
 
Menurut Professor Jureidini tingginya tingkat pemberian resep onat ini di sejumlah negara bagian menunjukan sejumlah praktisi kesehatan lebih memilih memberikan obat-obatan ketimbang prosedur pengobatan lainnya.
 
Namun dia khawatir obat-obatan anti kejiwaan itu penggunaannya meningkat untuk mengatasi masalah-masalah yang sebenarnya bisa dibantu dengan konsultasi oleh psikologi.
 
"Menurut saya kita para dokter, sayangnya terlalu terpengaruh oleh industri obat-obatan dan opini dari pimpinan mereka,” katanya.