ABC

Pasca Penembakan Maut, ‘Charlie Hebdo’ Akan Tetap Terbit

Pasca penembakan maut di kantor 'Charlie Hebdo', Paris, jurnalis Hélène Hofman berbicara dengan mantan karyawan Koran satir tersebut, Caroline Fourest. Jurnalis Perancis ini mengatakan, 'Charlie Hebdo' edisi berikutnya masih akan diterbitkan pekan depan.

Mantan wartawan ‘Charlie Hebdo’, Caroline Fourest, sesumbar bahwa serangan teroris mematikan di kantor surat kabar satir itu tidak akan membungkam kebebasan berbicara di Perancis.

Dua belas orang, termasuk delapan mantan rekan Caroline, tewas ketika pria bersenjata menyerbu kantor ‘Charlie Hebdo’ di Paris, pada Rabu (7/1) pagi, waktu setempat.

Dua belas orang, termasuk delapan mantan rekan Caroline, tewas ketika pria bersenjata menyerbu kantor ‘Charlie Hebdo’ di Paris, pada Rabu (7/1) pagi, waktu setempat. (Foto: AFP)

"Tiap kali kami bertemu, kami mencoba untuk melempar lelucon dan berkelakar tentang orang-orang bodoh yang terpicu melakukan kekerasan karena terancam oleh kartun sederhana. Mereka bisa terus merasa terancam, karena masih akan ada banyak kartun," ujar Caroline.

Ia menerangkan, "Kami semua, para wartawan yang selamat dan mantan kolega mereka, memutuskan bahwa, esok, kami akan menggelar pertemuan untuk menerbitkan ‘Charlie Hebdo’ edisi berikutnya, karena tak mungkin, bahkan jika mereka membunuh 10 dari kami, koran tak akan diterbitkan minggu depan."

Caroline mengatakan, sensor dan rasa takut adalah respon yang benar-benar salah.

“Inilah yang diinginkan para jihadis. Mereka tahu bahwa inilah caranya. Anda hanya harus membunuh beberapa orang di setiap negara, yang adalah hal paling mudah di dunia untuk dilakukan,"tuturnya.

Ia menyambung, "Untuk memiliki senjata ampuh dan membunuh orang itu benar-benar mudah. Anda tidak perlu bakat untuk melakukan itu. Anda perlu bakat untuk menjadi seorang kartunis. Anda perlu bakat untuk menjadi seorang jurnalis. "

Caroline bekerja untuk surat kabar itu pada tahun 2011, ketika kantor yang berbeda dari ‘Charlie Hebdo’ dibom setelah memuat Nabi Muhammad sebagai pemimpin redaksi mereka.

Ia memberi penghormatan kepada mantan rekan-rekannya, dan mencatat bahwa banyak dari mereka hidup di bawah perlindungan polisi selama bertahun-tahun, karena tidak mau berkompromi.

"Banyak teman-teman saya yang meninggal hari ini adalah orang-orang yang sangat baik, orang yang sangat lucu dan orang yang sangat berani, karena mereka tahu bahwa mereka harus terus tersenyum dan membuat orang lain tersenyum saat membela kebebasan pers," utaranya.

"Banyak rekan-rekan saya berada di bawah perlindungan polisi selama bertahun-tahun. Kehidupan mereka berubah total setelah kasus kartun Muhammad itu. Mereka menghadapinya-tak ada pilihan ketika Anda seorang jurnalis dan Anda ingin bebas dan Anda menolak untuk dibungkam hanya karena seorang pria bodoh pelaku kekerasan ingin Anda diam," tambahnya.