ABC

Pasca Gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Alat Berat Banyak Dibutuhkan

Pasca gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR) yang menimpa Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB, tim evakuasi membutuhkan banyak bantuan alat berat untuk menyelamatkan korban yang masih terperangkap dalam reruntuhan bangunan.

Menurut keterangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie Jaya, hingga Rabu (7/12) pukul 17.45 WIB, jumlah korban tewas akibat gempa di Pidie Jaya mencapai 94 orang dan korban luka berat telah menyentuh angka 128 orang.

Sebagian besar korban tewas terkonsentrasi di Kabupaten Pidie Jaya, sementara di dua Kabupaten tetangga, yakni Bireun dan Pidie, korban tewas tidak mencapai 5 orang.

Kepada Australia Plus, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, pihaknya hingga petang Waktu Indonesia Barat (WIB) telah menerjunkan 3 alat berat, namun jumlah ini masih sangat kurang mengingat banyak korban diduga masih terperangkap di reruntuhan bangunan.

“Ya memang alat berat belum mencukupi. Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan TNI untuk mendatangkan alat berat dari kabupaten sekitar,” jelasnya.

Skip Twitter Tweet

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

TWITTER: Masjid Korban Gempa

Kurangnya alat berat di lokasi kejadian juga dibenarkan oleh warga Meureudu, Pidie Jaya, yang menjadi korban gempa. Fitrianti Abidin, 30 tahun, mengatakan, bantuan yang sangat diperlukan adalah alat berat karena banyak sekali bangunan yang rusak atau runtuh.

“Banyak sekali masjid-masjid di sini yang runtuh, tinggal kubahnya saja, rata dengan tanah…saya sempat berkeliling tadi saja ada sekitar 5-6 masjid..belum lagi di tempat yang jauh dari kediaman saya,” ujarnya ketika dihubungi Australia Plus.

“Tidak jauh dari sini ada pasar, dan semua ruko disana runtuh. Pasti banyak korban disana yang terjebak di reruntuhan. Ada kabar, sebanyak 17 orang warga terjebak di reruntuhan sebuah ruko yang akan digunakan untuk pesta perkawinan besok dari keluarga asal Padang. Itu juga belum di evakuasi,” lanjutnya.

Fitri kemudian menceritakan betapa gempa tektonik yang melanda wilayahnya berbeda jika dibanding gempa tsunami tahun 2004.

“Gempa tadi pagi berbeda dengan gempa tsunami, kalau gempa tsunami itu berayun, jadi kami masih bisa berdiri dan berlari. Tapi kalau gempa ini gempa tektonik dari dalam bumi, kami sulit berdiri atau bergerak karena guncangannya keras sekali,” tutur perempuan yang semua keluarganya selamat dari gempa ini.

Skip Twitter Tweet

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

TWITTER: Suasana Gempa Aceh

Meski demikian, ia tetap mengaku trauma. “Kami trauma, apalagi gempa tsunami lalu kan juga terjadi bulan Desember. Kami belum bangun, saya dibangunkan suami dan langsung berlari ke luar rumah. Warga di kampung kami juga trauma, mereka takut tsunami jadi langsung menyelamatkan diri ke wilayah dataran tinggi ke arah pegunungan.”

Ketika ditanya mengenai kondisi terakhir di wilayahnya (per 7/12 pukul 16.30 WIB), Fitri menuturkan, “Sampai saat ini gempa susulan masih terus terjadi dan masih mati lampu, komunikasi, internet terputus.”

Salah satu relawan evakuasi yang berada di Pidie Jaya, Hendrasyah putra dari Sentra Komunikasi Mitra Polri, mengatakan, banyak warga telah tinggal di tenda-tenda pengungsian.

“Mereka (yang tinggal di pengungsian) rata-rata warga yang rumahnya runtuh atau rusak berat dan belum berani ke rumah karena masih trauma.  Posko atau tenda pengungsi banyak dihuni oleh perempuan dan anak-anak,” jelasnya.

Masjid Runtuh
Masjid di Pidie Jaya yang hancur akibat gempa (7/12).

Supplied; Indonesia’s National Disaster Management Agency

Menurutnya, program penanganan bencana di Aceh pasca tsunami 2004 masih harus ditingkatkan.

“Belajar dari pengalaman gempa tsunami lalu, sepertinya program penanganan resiko bencana di Aceh masih perlu ditingkatkan, baik dari masyarakat, infrastruktur maupun pemerintah. Tadi ketika berbincang-bincang, banyak warga yang tidak sigap ke luar rumah ketika gempa berlangsung.”

Hendra kemudian melaporkan, sebagian besar bangunan yang roboh adalah rumah warga.

“Tapi sepertinya rumah-rumah itu memang sudah berusia tua. Tidak bisa dipastikan apakah rumah-rumah itu dibangun pasca gempa tsunami  13 tahun lalu,” sebutnya.

Dari data yang dirilis BNPB, gempa tektonik yang terjadi pagi tadi berpusat di 18 kilometer timur laut Pidie Jaya dengan kedalaman 10 kilometer. Selain korban tewas dan luka, kerugian materiil meliputi 161 rumah yang rusak berat, 105 rumah roboh dan 14 masjid roboh.

Adapun korban gempa telah ditangani oleh pihak berwenang di sejumlah pusat kesehatan.

“Korban ada yang dirawat di RSUD (rumah sakit umum daerah) di Pidie Jaya, Pidie, maupun daerah-daerah lain. Ada juga di puskesmas dan pos-pos kesehatan yang tersebar,” kata Sutopo dari BNPB.