Pasar Ramadan Sumbang Rp 50 Miliar Pada Perekonomian Lokal di Kawasan Sydney
Kawasan Lakemba di kota Sydney dikenal sebagai salah satu daerah yang kebanyakan warganya adalah Muslim. Di malam bulan Ramadan, Lakemba menggelar pasar malam yang mungkin jarang ditemukan di kawasan lainnya di Australia.
Lakemba, kawasan yang bisa ditempuh sekitar 30 menit menyetir dari pusat kota Sydney, terasa sepi di siang hari saat bulan puasa.
Tapi menjelang buka puasa, jalanan utama di Lakemba berubah menjadi tempat yang sangat ramai dan sibuk dengan didatangi bukan saja oleh warga Muslim.
Setiap malamnya di bulan Ramadan, Lakemba menggelar pasar malam ‘Ramadan Nights’, yang tahun 2019 ini menjadi tahun yang ke-19.
Khal Asfour, Mayor dari City of Canterbury Bankstown mengatakan kepada ABC Indonesia jika acara yang digelar setiap tahun ini bertujuan untuk merayakan keberagaman di Lakemba.
Tahun ini, lebih dari 70 penjual makanan menawarkan kuliner dari Bangladesh, Mesir, Malaysia, Meksiko, Timur Tenggah dan masih banyak lagi.
Salah satu food blogger asal Indonesia yang kini menetap dan bekerja di Sydney mengatakan keunikan festival makanan di Lakemba Ramadan Nights adalah karena buka sampai larut setiap malam.
“Biasanya di Sydney semua tutup jam 6 sore, jadi ini merupakan fenomena yang cukup menarik,” ujar Ardi Pradana kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.
“Semakin dekat ke hari raya Idul Fitri, terutama di Haldon Street, akan makin banyak pengunjungnya … bahkan sampai polisi harus menutup akibat membludaknya pengunjung.”
Sebagai seorang food blogger, Ardi mengatakan ada beberapa makanan yang selalu menjadi incarannya.
Diantaranya adalah Sahlab, minuman khas Timur Tengah yang disajikan hangat dan menurut Ardi sangat cocok untuk dinikmati saat musim dingin di Sydney.
Kemudian Knafeh, makanan yang biasanya jadi hidangan cuci mulut yang terbuat dari semolina dan keju dengan taburan pistachio.
Hingga sejumlah makanan lainnya, seperti daging bakar, lengkap dengan jeroan, kebab, martabak, tandoori chicken, hingga kopi Turkey yang dibuat diatas pasir yang panas.
Ardi mengatakan tahun lalu pernah ada warga Indonesia yang ikut berjualan makanan, tetapi lokasi mereka kurang strategis sehingga tidak cukup menarik orang mengunjunginya.
Data City of Canterbury Bankstown menunjukkan 350 ribu orang hadir ke acara tersebut tahun lalu, dengan sumbangan ke perekonomian lokal mencapai AU$ 5 juta, atau lebih dari Rp 50 miliar.
“Kita bangga bagaimana komunitas kita menghargai budaya dan agama yang berbeda dan hidup dalam keharmonisan setiap harinya dan acara ini terus mempromosikannya.”
Simak berita-berita seputar Ramadan dari Australia lainnya hanya di ABC Indonesia.