Pameran Perjalanan Haji Fotografer Adelaide
Seorang fotografer asal Adelaide, Australia Selatan, memamerkan foto-foto perjalana ibadahnya di Kota Mekah dan Madinah. Dia ingin menunjukkan kisah kelahiran agama di lingkungan yang keras di wilayah padang pasir tersebut.
Pihak berwenang Arab Saudi secara umum melarang jamaah memotret tempat-tempat suci di kedua lokasi tersebut, karena khawatir hal itu dapat mengurangi kekhusyuan ibadah serta mengubah ibadah tersebut menjadi objek wisata.
Tapi seiring perkembangan teknologi dengan kamera telepon dan kamera berukuran kecil, kini semakin banyak foto yang tempat-tempat suci tersebut.
Mark memotret dengan telepon genggamnya, lalu membawanya keluar usai melakukan ritual ibadah saat penjaga di tempat suci bagi umat Islam itu tidak melihatnya.
Dia mengatakan ingin menyampaikan kisah tentang agama yang lahir dari lingkungan keras gurun pasir Arab Saudi.
Di jantung Kota Mekkah terdapat bangunan berbentuk kubus, Ka’bah, yang dianggap sebagai rumah Tuhan dalam ajaran Islam.
Sekitar 1,6 miliar umat Islam di seluruh dunia menghadapkan wajah mereka ke sini untuk sholat setiap harinya. Mereka juga diwajibkan berkunjung (berhaji) ke situs ini paling tidak sekali seumur hidup, jika mereka mampu secara finansial.
Mark mengatakan sangat gugup sebelum ke Arab Saudi karena hanya mendapati sedikit informasi di internet yang dapat membuatnya tenang.
“Kita mendengar banyak hal di media dan semuanya nampaknya sangat negatif,” katanya. “Kita hanya mendengar cerita horor jadi saya sangat gugup.”
Selfies dan Snapchat
Cerita Snapchat tentang haji pertama kali diposting pada tahun 2015. Itulah pertama kalinya orang yang bukan beragama Islam bisa sekilas melihat secara langsung area yang diperuntukkan bagi para pemeluk agama tersebut.
Mark mengatakan memang saat ini bukan hal yang aneh lagi melihat jamaah mengambil gambar selfie dan menggunakan aplikasi FaceTime (video call) sambil mengelilingi Ka’bah saat tawaf.
Dia menggambarkan perjalanannya ketika itu seperti terjebak dalam waktu karena Pemerintah Arab Saudi di satu sisi berusaha mempertahankan kesakralan tempat itu namun juga mengikuti tuntutan dunia modern.
Mark mengatakan banyak situs bersejarah, termasuk salah satu masjid pertama, telah diberi perawatan karena fokusnya adalah untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah jamaah.
“Fokus terhadap hal-hal komersial di Mekkah merupakan sesuatu yang tidak saya perkirakan,” katanya.
“Pusat perbelanjaan, toko perhiasan, makanan, semuanya sangat komersial. Yang sangat mencolok adalah betapa orang keluar dari mal pusat perbelanjaan berlantai 12 menuju ke masjid yang suci.”
“Ini seperti menyepelekan pengalaman spiritual karena itu sangat bertentangan dari filosofi kesopansantunan.”
Mark bertindak sebagai kurator untuk pameran foto-fotonya sendiri. Dia berharap dapat menyeimbangkan pengalaman ziarahnya yang penuh romantika dengan kisah perubahan yang “menyedihkan”.
Madinah lebih sederhana
Sementara itu sekitar 437 kilometer dari Kota Mekkah terdapat kota Madinah, tempat masjid dan makam dari tokoh utama umat Islam, Nabi Muhammad SAW.
Dia mengatakan pengalamannya di Madinah sangat berbeda dengan Mekkah karena sedikit hura-hura dan adanya penekanan yang pada nilai-nilai kesederhanaan.
Mark mengaku menangis saat pertama kali memasuki tempat suci Masjid Madinah.
“Memberikan perasaan tenang yang indah. Kita diliputi rasa haru melihat orang-orang yang melakukan sholat menghadap ke satu arah.”
Diterbitkan Senin 7 Agustus 2017 dari artikel berbahasa Inggris di sini.