ABC

Pameran Foto di Sydney Ungkap Keragaman Identitas Australia

Burung-burung camar yang menyambar kentang goreng di genggaman tangan yang terjulur dari jendela mobil. Para sosialita cantik dengan dandanan malam. Pesta ulangtahun pertama yang penuh warna di keluarga multikultur. Semua ini biasanya tak dianggap berhubungan dengan gambaran kehidupan Australia sehari-hari.

Setiap tahunnya, fotografer amatir dan profesional dari seluruh Australia berupaya menyoroti isu-isu stereotipe Australia dengan mengabadikan keberagaman negara ini melalui Pameran Foto Australian Life.

Pameran mengambil lokasi di galeri luar ruang di Hyde Park di pusat kota Sydney, mulai 15 September hingga 19 Oktober 2016.

Salah seorang dari 22 fotografer yang karyanya terpilih dalam pameran ini adalah Simone Cheung, yang menyetor sebuah foto tentang Shah, kawan yang dikenalnya sejak sama-sama kuliah ekonomi.

Simone sangat tertarik dengan agama Islam dan ingin menangkap representasi budaya orang Muslim di Australia. Shah mengajaknya ke Masjid Aburn Gallipoli sehingga Simone bisa memotret Shah di saat sedang beribadah.

Karena lantai dasar masjid diperuntukkan bagi kaum pria, Simone pun mengambil gambar Shah dari ketinggian di lantai atas yang juga tempat shalat jamaah perempuan. Dengan melakukan hal itu, Simone mampu menampilkan sudut pandang yang mungkin tak dipikirkan fotyografer lain.

This image is titled 'Like a prayer' and is one of 22 selected from across Australia
Foto berjudul 'Like a prayer', salah satu dari 22 foto yang ditampilkan dalam Pemeran Foto Australian Life di Hyde Park, Sydney.

Kiriman/Simone Cheung

“Biasanya Anda tak diizinkan memotret orang yang sedang shalat,” kata Simone.

Dia pun perlu izin khusus untuk memotret Shah yang sedang shalat, serta harus memperhitungkan agar tidak memotret orang lain selama momen-momen yang sangat personal itu.

Simone mengatakan orang kaget saat mengetahui masjid yang dia dalamnya itu berada di Australia, sebab seringkali mereka tidak ada berurusan dengan agama Islam.

“Ketika di dalam rasanya seperti dunia yang lain. Sangat luas,” kata Simone.

Foto Simone yang ditampilkan berukuran tinggi 2,33 dan lebar 3,5 meter seakan mengakui kemegahan masjid itu sendiri.

“Saya tak pernah melihat ada foto saya yang sebesar itu, jadi sangat baik. Tampaknya pun bagus,” ujar Simone.

Dia percaya salah satu alasan fotonya dipilih dalam pameran dibandingkan ratusan foto lainnya yang masuk, adalah karena agama Islam di Australia banyak diberitakan di media belakangan ini.

“Saya rasa (Islam) jadi isu,” kata Simone, “karena (politisi) Pauline Hanson bicara tentang orang Muslim yang mengambil-alih (Australia).”

Simone mengatakan orang Muslim adalah salah satu dari sekian banyak representasi budaya Australia di taghun 2016.

"Kalau Anda lihat foto-foto ini semuanya mengenai keberagaman warga yang hidup di Australia," jelasnya.

Simone sendiri lahir di Hong Kong, dan pindah ke Australia dalam usia 5 tahun. Dia selalu tertarik memotret budaya yang beragam dan warga biasa yang menjalani kehidupan mereka.

“Ini sesuatu yang saya lakukan sendiri. Hampir seperti meditasi,” ujar Simone.

“Fotografi pada dasarnya hanya berupa kombinasi dari semua hal yang saya suka: isu-isu sosial, dokumenter, dan travel,” pungkasnya.

Diterbitkan Pukul 14:30 AEST 27 September 2016 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.