ABC

Pakar: Produksi Pangan Global Harus Meningkat 60-70 Persen

Dalam sebuah pertemuan di kota Brisbane, Australia, sejumlah ilmuwan bidang pertanian menyatakan bahwa produksi pangan global harus meningkat sebesar 60 hingga 70 persen tahun 2050 nanti.

Peningkatan kebutuhan pangan tersebut antara lain disebabkan pertumbuhan populasi dan permintaan akan produk hewani.

Ini disampaikan dalam pertemuan forum Food4Growth di kota Brisbane, Australia. Tujuan forum ini adalah membahas cara-cara membuat sistem pertanian pangan menjadi lebih inovatif.

Rencananya, mereka yang bertemu akan menerbitkan pernyataan yang ditujukan pada pemerintah-pemerintah negara G20, yang juga akan bertemu di Brisbane tahun 2014 .

Negara-negara G20 mewakili lebih dari 80 persen sistem pangan global, termasuk di dalamnya produksi pertanian, perdagangan, penambahan nilai, bisnis dan investasi ilmu pengetahuan.

Menurut Profesor Martin van Ittersum dari Wageningen University, Belanda, menyatakan bahwa memberi makan dunia tahun 2050 nanti tak cukup hanya dengan mengurangi pangan yang terbuang sia-sia.

Yang paling memerlukan peningkatan produksi pertanian adalah kawasan Afrika dan Asia, di mana paling banyak terdapat permintaan.

Ada tiga faktor yang akan meningkatkan permintaan pangan: Pertama, populasi global kemungkinan besar akan megalami peningkatan sebanyak 2 miliar tahun dari sekarang hingga tahun 2050 nanti. Kedua, protein hewani akan lebih banyak dikonsumsi. Ketiga, ada 'ekonomi hijau' yang mengkonsumsi produk-produk yang biasanya dijadikan bahan pangan, jelas van Ittersum.

Menurutnya, produk hewani jauh lebih tidak efisien, karena membutuhkan masukan tiga hingga 10 kali lipat masukan yang dibutuhkan protein nabati.

Van Ittersum berpendapat bahwa modifikasi genetik dan hibridisasi diperlukan untuk menghasilkan spesies tahan hama, tahan kemarau dan menghasilkan panen yang banyak.

Hal serupa disampaikan oleh  Dr Yemi Akinbamijo, ketua lembaga Forum for Agricultural Research in Africa (FARA).

Para petani di Afrika menghadapi beberapa tantangan besar, seperti keterbelakangan biologis dan mesin.

Banyak petani Afrika masih bertani di lahan yang luasnya lebih kecil dari tiga hektar, cerita Dr Akinbamijo.

Afrika memiliki 60 persen lahan subur dunia dan juga sumber air memadai, namun butuh investasi dalam penelitian dan pendidikan untuk meningkatkan produksi pangan di kawasan tersebut.

Dr Kim Ritman, Ilmuwan dari Departemen Pertanian dan Perikanan Australia, menyatakan bahwa Australia bisa membantu mencapai ketahanan pangan global dengan cara berbagi keahlian bertani dengan ngeara-negara berkembang.

Ia menolak anggapan bahwa komitmen terhadap ketahanan pangan mulai luntur dengan diterapkannya berbagai potongan anggaran penelitian dan bantuan luar negeri.