ABC

Pakar Intelejen : Sulit Dukung Opsi Evakuasi Warga Yazidi di Sinjar

Pakar intelejen militer Australia memperingatkan kalau peluang mengevakuasi warga Yazidi yang terjebak dari Utara Irak sangat kecil tanpa mempertaruhkan keselamatan pasukan yang diterjunkan.

PBB memperkirakan saat ini ada lebih dari 30 ribu pengikut agama minoritas yang terperangkap di pegunungan Sinjar dan beresiko kelaparan.

Mereka mengungsi demi menghindari tentara Islam Irak Suriah (ISIS) yang berhasil menguasai kota Sinjar.

Takut akan ancaman genosida terhadap warga Yazidi, Presiden AS, Barack Obama mengajukan opsi untuk mengevakuasi warga Yazidi, namun Pentagon merilis pernyataan yang mengatakan pasukan khusus AS yang berada di area mendapati kalau warga Yazidi di lokasi yang disebutkan jumlahnya jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan, karenanya mereka kurang mendukung usulan evakuasi tersebut.

 Dr John Blaxland dari Pusat Studi Pertahanan dan Strategis Universitas Nasional Australia (ANU) memperingatkan kalau masalah tersebut belum berakhir.

"Masyarakat akan menuding kita tidak melakukan apa-apa, karena saya pikir masalah ini belum akan usai,” ujarnya.

Dr Blaxland berkaca pada operasi intelejen Australia di Irak selama masa Perang Irak, Ia menilai tugas mengevakuasi sejumlah besar warga Yazidi dari pegunubgab Sinjar akan sulit dilakukan dan memiliki implikasi politik.

“Para perencana, perencana logistik, perencana intelijen dan perencana operasional sudah duduk bersama membahas usulan ini dan memikirkan implikasinya mengenai bagaimana misi ini akan dilakukan dan kesulitan yang dihadapi. Mereka sadar ini adalah sebuah pekerjaan yang besar,” katanya.

"Untuk melakukan hal ini dengan benar  dan aman, perlu keterlibatan unsure yang cukup banyak dan orang tidak mau pergi kesana itu masalahnya, karena sangat berbahaya. Mereka berdiri diantara desingan peluru ISIS dan gunung,”

Hanya ada satu lapangan udara di selatan wilayah Gunung Sinjar  yang menurut  Dr Blaxland merupakan satu-satunya pilihan untuk melakukan evakuasi dalam skala besar dengan menggunakan pesawat Hercules, tetapi menggunakan lapangan udara berarti harus pergi ke selatan ke wilayah  yang diduduki ISIS.

"Ini mungkin salah satu alasan mengapa mereka tidak yakin tentang proposal evakuasi, karena jika melakukannya, maka harus  melibatkan banyak pasukan tentara disana," kata Dr Blaxland.

"Pasukan itu diperlukan untuk untuk melindungi lapangan udara, rute potensial di dalam kota dan sekitar Mosul, dan itu menjadi sangat politis dan merupakan masalah besar,” katanya.

Namun demikian menurut Blaxland, meski sekarang opsi evakuasi ini kurang mendapat dukungan, namun situasinya bisa jadi berbeda jika krisis kemanusian di kawasan Sinjar terus memburuk.

Dr Blaxland mengatakan jika situasinya terus memburuk seperti di Somalia dan Rwanda, maka pemerintah asing bisa mendesak Pemerintah Irak untuk memerangi pejuang ISIS yang bercokol di  Utara Irak.