ABC

Pakar Desak Kasus Pelecehan Seksual Antar Siswa Ditangani Serius

Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh satu siswa kepada siswa lain di sekolah di Australia semakin memprihatinkan. Pada tahun 2013 lalu saja, sekolah-sekolah di Australia melaporkan lebih dari 1000 kasus pelecehan seksual. Sejumlah pakar menilai jumlah itu hanya puncak fenomena gunung es.

 

Data yang berhasil diperoleh ABC atas klausul Kebebasan Informasi hukum menunjukan Kementerian Pendidikan di seluruh Australia menerima sedikitnya 940 laporan kasus kekerasan seksual serius di kalangan anak-anak pelajar pada tahun 2013.

Namun kriminolog Dr Wendy O'Brien mengatakan masalah ini kurang dilaporkan di Australia lantaran masih kuatnya budaya penyangkalan dan tidak adanya keterbukaan.

"Dan itu menurut saya berawal, dari penolakan yang cukup mengakar, muncul kesalahpahaman bahwa ini adalah tidak bersalah, dan bahwa jika hal itu dibiarkan saja mungkin masalah itu akan pergi."

O’Brien menyebut ada masalah perekaman data yang belum sama antara negara-negara  bagian di Australia. Sehingga wajar jika data kasus yang diperoleh ABC sangat bervariasi di masing-masing kawasan. Kondisi ini memicu desakan agar segera dilakukan standard pengaturan pelaporan nasional dan pedoman pengelolaan kasus pelecehan seksual di sekolah.

Misalnya saja Victoria melaporkan  757 pelajar yang terlibat dalam insiden seperti itu,  New South Wales melaporkan 145 insiden, sementara  Tasmania tidak mencatat laporan.

Banyak Departemen Pendidikan mengatakan kepada ABC kalau mereka tidak menyimpan catatan resmi mengenai masalah ini,dan mengatakan untuk mendapatkan data statistik mereka perlu mengevaluasi laporan individu di sistem mereka.

Didandani lalu diperas

Dari data yang diperoleh ABC, sejumlah insiden pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak kepada anak yang lain sangat memprihatinkan, di dalam bahasa seksual berupa  sindiran, dan menyentuh dibagian yang tidak pantas.

Contohnya, salah seorang anak melaporkan dirinya ‘didandani’ oleh anak lain dan anak yang lain melaporkan rekannya melakukan pemerasan atas insiden itu.

Banyak juga laporan yang menyebutkan sejarah panjang masalah pelecehan seksual, kesukaan kepada anak-anak yang berusia lebih muda, dan kasus dimana korban dan pelaku  masih berada di lingkungan sekolah yang sama.

Salah seorang pendidik menulis : “Saya meyakini korban dan keluarganya telah dikecewakan oleh lembaga pemerintah yang menangani kasus ini,”

Dari ACT melaporkan kasus ancaman verbal kekerasan seksual, sementara Victoria memiliki klasifikasi sendiri soal  "masalah perilaku seksual anak berusia di bawah 10 tahun".

Departemen Pendidikan NSW mengatakan telah mencatat 66 kasus serangan tidak senonoh, 33 kasus kekerasan seksual, 19 kasus mengirim pesan berbau seksual, dan 27 yang melibatkan situs jejaring sosial.

Ada juga laporan yang menyebutkan kepala sekolah melakukan pembiaran dan menganggap klaim pelecehan seksual yang dilaporkan sebagai hal yang wajar.

Perlu keseragaman sistem pelaporan

Dr O'Brien merupakan peneliti senior pada Komisi Kejahatan Australia dan pernah menulis laporan mengenai perilaku seksual dikalangan anak-anak muda pada tahun 2010.

Dia mengatakan, tajamnya perbedaan jumlah kasus diantara negara bagian menunjukkan kasus pelecehan seksual oleh anak terhadap anak di sekolah tidak diawasi dan tercatat dengan benar.

"Saya pikir sudah waktunya untuk menyusun sebuah kesepakatan diantara seluruh negara bagian untuk menyikapi masalah pencatatan laporan ini dengan lebih serius. Misalnya menggunakan terminology atau istilah yang seragam, persyaratan yang wajib dan sepenuhnya dipahami, dan juga pilihan untuk memberikan rujukan kepada anak-anak.

Sementara itu Joe Tucci dari Yayasan Anak-anak Australia mengeluhkan sedikitnya layanan bagi anak-anak korban pelecehan seksual.

Tucci mengatakan sejak lembaganya yang bermarkas di Melbourne memulai program pendampingan sejak 10 tahun lalu, jumlah anak-anak yang mengkses layanan mereka meningkat tajam dari hanya 12 orang menjadi 200.

Dr Tucci menilai intervensi dini sangat penting, namun sayang banyak anak-anak di kawasan pedalaman tidak memiliki akses bantuan yang mereka butuhhkan.

"Sebaliknya perlu ada akses program intervensi yang sama antara wilayah pedalaman dengan di wilayah perkotaan,””

"Saya rasa ini masalah yang akan terus berlanjut di masyarakat. Karena anak-anak ini tidak mendapat dukungan ketika berusia muda maka perilaku itu akan semakin mengakar dan mereka akhirnya akan tumbuh menjadi orang dewasa yang akan melakukan pelanggaran terhadap anak-anak.”