ABC

Pakar Australia Sebut Pemilik Media di Indonesia Kian Kaya

Satu lagi buku mengenai Indonesia yang ditulis oleh akademisi Australia diterbitkan. Dosen Australian National University (ANU) Dr Ross Tapsell baru saja menerbitkan buku berjudul Media Power in Indonesia (Oligarchs, Citizens, and The Digital Revolution).

Buku ini dalam bahasa Indonesia berarti Kekuatan Media di Indonesia, Oligarki, Warga dan Revolusi Digital.

Dalam keterangan kepada wartawan ABC Sastra Wijaya, Ross Tapsell mengatakan buku ini merupakan hasil penelitian empirisnya selama tujuh tahun terakhir mengenai media di Indonesia.

“Saya sudah melakukan banyak wawancara dengan pemilik media, politisi, jurnalis, editor, pembuat kebijakan, dan juga para media aktivisi di kalangan akar rumput di berbagai daerah di Indonesia.” katanya.

Menurutnya, buku ini merupakan update terbaru mengenai industri media di Indonesia, melihat adanya perubahan besar dalam teknologi media yang terjadi selama 15 tahun terakhir.

Dalam pengumpulan data, Ross mengatakan bahwa dia melakukan selain melakukan penelitian di Jakarta dimana hampir semua kantor pusat media utama berada, dia juga mengunjungi provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Bali, Lombok, Maluku dan Papua untuk melihat kehidupan media lokal setempat.

Buku Media Power in Indonesia ini diterbitkan dalam bahasa Inggris setebal 172 halaman, dan sekarang dalam proses penterjemahan ke dalam bahasa Indonesia dan diperkirakan akan diterbitkan oleh Marjin Kiri di tahun 2018.

Ketika memulai proyek buku tersebut, pertanyaan apa yang sebenarnya ingin diketahui oleh Ross Tapsell mengenai kekuatan media di Indonesia.

“Para ilmuwan sebelumnya mengatakan media selalu berada di setiap perubahan penting di Indonesia.” katanya.

“Media cetak telah membawa terciptanya identitas nasional. Televisi menjadi simbol sistem ototitarian, dan internet membantu terciptanya demokrasi.”

“Dan pertanyaannya adalah peran apa yang dibawa oleh media digital dalam perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia.”kata Ross yang menjadi Dosen di jurusan Asia Pasifik di ANU.

Di dalam bukunya, Ross Tapsell mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir dengan adanya digitalisasi produk media telah menyebabkan terjadinya konglomerasi di industri media.

“Para pemilik media menjadi lebih kaya dan memiliki kekuatan politik lebih besar dari sebelumnya.”

Menurut Ross Tapsell, teknologi digital telah digunakan untuk kepentingan beberapa pihak tertentu saja terutama pemilik media untuk memperbesar kekayaan mereka.

Media juga menjadi bagian penting dari alat kampanye dalam sistem demokrasi di Indonesia, dan karenanya secara politik, peran mereka juga semakin penting.

“Seorang anak dari pemilik media besar mengatakan kepada saya ‘internet telah menggusur kroni-kroni dari jaman Suharto. Namun era digital menciptakan kroni-kroni baru’,” ujarnya.

Jurnalisme warga sangat berkembang

Sudah lama diketahui bahwa keterlibatan warga di Indonesia dengan media sosial sangat tinggi.

Walau ketersediaan internet masih belum merata, baik dari sisi wilayah dan kecepatan, namun kepemilikan akun seperti di Facebook sangat tinggi dengan sekitar 70 juta warga Indonesia memiliki akun media sosial.

Jakarta juga dalam beberapa tahun terakhir selalu disebut sebagai ibukota Twitter dunia, dimana topik yang diperbincangkan di Jakarta akan dengan cepat menjadi pembicaraan di tingkat dunia.

“Selama 10 tahun terakhir, saya bisa mengatakan dengan pasti bahwa di Indonesia, warga sudah menggunakan media sosial dan mengubah pola hubungan media tradisional.”

“Dalam banyak hal Indonesia jauh lebih maju dibandingkan negara-negara lain di dunia, bahkan termasuk negara Barat seperti Australia.” kata Ross Tapsell lagi.

Di bidang akademis, selain mengajar di ANU, Ross Tapsell banyak melakukna penelitian media di Indonesia dan Malaysia.

Dia juga menjadi dosen tamu di Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Indiana University di Amerika Serikat dan juga pernah bekerja di harian berbahasa Inggris The Jakarta Post dan Lombok Post.