ABC

Pakaian dari Wol Semakin Ditinggalkan Konsumen

Penurunan produksi dan perubahan tren fashion mendorong penjualan pakaian wol terus menurun di seluruh dunia, demikian kesimpulan analis industri wol.

Sejak tahun 2012, penjualan pakaian yang terbuat dari wol menurun sekitar 30 persen, dan jenis pakaian wol yang paling banyak mengalami penurunan adalah kaos tangan panjang pria (jumper) hingga sebesar 37%  dan busana wanita sebesar 37%.
 
tren penjualan pakaian pria dari bahan wol juga menurun.
 
Penjualan menunjukan penurunan tajam pada tahun 2007, namun sejak itu kembali pulih.
 
Analis dan Kepala Komite Intelejen Pasar dari Organisasi Tekstil wol Internasional, Chris Wilcox, mengatakan perubahan gaya busana menjadi lebih casual berkontribusi pada penurunan penjualan busana wol.
 
"Pakaian perempuan juga sudah mengalami penurunan signifikan dan terus-menerus berlangsung tanpa ada tanda-tanda akan berubah,"
 
"Dan kondisi ini banyak disebabkan oleh perubahan selera dikalangan konsumen perempuan mengenai busana yang ingin mereka kenakan. Mereka membeli lebih banyak pakaian dari toko-toko seperti Uniqlo, Zara, semua toko dan pengecer yang dikenal sebagai rumah mode cepat atau fast mode," katanya.
 
"Jadi meski omset penjualan pakaian tinggi, namun wol tidak bisa bersaing dengan keberadaan toko fast mode itu,"
 
Selama periode waktu yang sama, Wilcox mengatakan produksi wol di seluruh dunia juga merosot tajam dan dampak dari hal itu tidak bisa disepelekan.
 
"Saya menilai fakta kalau produksi wol kita terus menurun juga berkaitan erat dengan merosotnya perdagangan wol saat ini,"
 
Meskipun ada pergeseran tren busana ke busana casual, atau busana yang bergaya lebih santai, badan pemasaran wol Australia terus mendorong wol sebagai tekstil mewah, dan mempromosikan pakaian wol sebagai busana high end.
 
Namun Wilcox  meyakini ini merupakan strategi yang tepat bagi industri wol.
 
"Strategi Australia dengan melakukan inovasi produk wol sangat tepat untuk pola pemasaran demikian, karena beberapa dari program dalam strategi itu lebih mendorong promosi wol dari domba merino untuk digunakan sebagai bahan dasar pakaian santai,"
 
"Sisi lainnya adalah kita masih melihat ada pasar yang bagus bagi industri wol lewat demam pakaian pria mewah,"