ABC

Pajak Gula di Australia Akan Turunkan Konsumsi Minuman Ringan

Sebuah model ekonomi yang dibuat oleh lembaga pemikir di Australia Grattan Institute menyebutkan pemberlakuan pajak gula untuk minuman ringan akan menurunkan konsumsi sebesar 15 persen dan pemerintah mendapatkan pajak tambahan $ 500 juta.

The Grattan Institute sudah menyarankan adanya pajak bagi minuman ringan yang memiliki kadar gula, guna menangkal semakin meningkatnya tingkat obesitas dalam beberapa belas tahun terakhir.

Menurut perkiraan Grattan, tingkat obesitas ini menyebabkan beban biaya kesehatan sebesar $ 5,3 miliar yang harus ditanggung pembayar pajak di Autralia, dengan satu dari tiga warga Australia sekarang masuk kategori obese (terlalu gemuk).

Mereka mengusulkan pajak 40 sen per 100 gram gula, sehingga minuman ringan sebanyak 2 liter akan naik sebesar 80 sen.

Stephen Duckett, Direktur Program Kesehatan Grattan Institute mengatakan minuman ringan bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan kegemukan, namun harus menjadi sasaran, karena gula tidak memiliki manfaat gizi dan anak-anak yang paling banyak mengkonsumsi minuman ringan.

“Kami sudah mencoba berbagai hal lain, ada belasan penelitian, sudah ada belasan program namun obesitas, tingkat kegemukan terus meningkat di kalangan orang dewasa dan yang lebih penting di kalangan anak-anak.”

Bukti menunjukkan pajak gula mengurangi tingkat obesitas

Industri makanan, petani tebu, penggilingan gula dan petani sudah menolak penerapan pajak gula ini, dengan mengatakan tidak ada bukti bahwa ini akan meningkatkan kesehatan.

Namun Dr Duckett mengatakan mengenakan pajak guila ini akan membantu mengurangi tingkat obesitas.

“Sudah ada sejumlah penelitian di negara lain dimana ada pengenaan pajak gula, seperti di Meksiko, di kota Berkley di California (Amerika Serikat) dan tempat lainnya.” katanya.

“Yang terlihat adalah ada peralihan dari minuman bergula ke air mineral atau air keran, atau minuman lain, dan itu mengurangi asupan gula ke dalam tubuh.”

“Mereka menemukan itu dan sudah memperkirakan adanya penurunan tingkat obesitas.” kata Dr Duckett.

Graph showing the impact of proposed sugar tax content tax on the retail prices of SSBs
Graph showing the impact of proposed sugar tax on the retail prices of sugar-sweetened beverages.

Supplied: Grattan Institute

‘Ide yang gila’

Wakil Perdana Menteri Australia Barnaby Joyce menggambarkan pajak gula ini sebagai ‘ide yang gila (bonkers mad) dan ‘pajak berdasarkan pandangan tertentu (moralistic tax)” yang akan berdampak besar bagi para petani tebu di bagian utara Australia.

Partai Hijau Australia sudah merancang RUU berkenaan dengan ‘pajak minuman mengandung gula’, karena adanya aturan yang memungkinkan para senator masing-masing bisa mengajukan RUU yang akan disetujui di akhir tahun 2017.

“Banyak orang yang duduk terlalu banyak, makan terlalu banyak, bukan saja minuman ringan, namun juga terlalu banyak makan kentang dan makanan lain.” kata Joyce.

Dr Duckett mengatakan perkiraan Grattan Institute adalah bahwa pajak ini akan menghasilkan dana tambahan $ 500 juta, dengan sasaran mereka yang suka membeli minuman ringan.

“Memang pajak ini akan memberatkan mereka yang berpenghasilan rendah, namun penting untuk mengatakan bahwa pengaruhnya kecil.” kata Duckett.

“Tingkat pengeluaran seluruh keluarga untuk minuman – bukan saja minuman manis- hanya sekitar .75 persen dari keseluruhan pengeluaran, dan untuk rumah tangga yang lebih kaya adalah .45 persen.”

“Memang ada dampak bagi keluarga berpengahasilan rendah, namun porsinya tidaklah berarti.”

Laporan Grattan Institute mengatakan data industri menunjukkan nilai industri minuman ringan di Australia sekitar $ 3 miliar setahun.

Dr Duckett mengatakan industri minuman ringan terlalu melebih-lebihkan mengenai dampak dari pajak gula terhadap industri tersebut.

“Bila anda liihat industri gula Australia, 80 persen gula Australia diekspor dan sisanya, masih banyak penggunaan gula untuk berbagai makanan dan minuman lainnya.”

“Dalam dampaknya terhadap industri minuman ringan, saya tidak tahu bagaimana keuntungan katakanlah Coca Cola dibandingkan air kemasan Mount Franklin, namun dua merk itu dikuasai oleh satu perusahaan.”

“Jadi bila ada perubahan dari Coke ke Mount Franklin mungkin akan ada perubahan keuntungan, namun ini akan meningkatkan keuntungan.” kata Duckett.

Diterjemahkan pukul 14:10 AEST 23/11/2016 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini