ABC

Orkestra Melbourne Cetak Sejarah di Candi Prambanan

Melbourne Symphony Orchestra (MSO) telah menorehkan sejarah, dengan menampilkan konser di Candi Prambanan, Jawa Tengah.

MSO mengklaim sebagai orkestra barat pertama yang bermain di pelataran candi yang menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia di pulau Jawa tersebut.

Candi yang masuk dalam daftar warisan dunia oleh UNESCO ini berada di antara kawasan Klaten dan Sleman, sekitar 17 kilometer dari kota Yogyakarta.

29 musisi klasik yang tergabung bersama MSO dan 20 mahasiswa musik asal Yogyakarta bermain bersama dalam ‘Konser Persahabatan Yogyakarta – Victoria’, Jumat lalu (4/08/2017).

Johannes Fritzch, konduktor MSO mengatakan nama konser tersebut pas dengan proses kolaborasi yang dilakukan.

Johannes Fritzsch, konduktor Melbourne Symphony Orchestra.
Johannes Fritzsch, konduktor Melbourne Symphony Orchestra.

Foto: Melbourne Symphony Orchestra.

“Saya merasa ini proyek yang luar biasa menunjukkan bagaimana kedua negara bertemu dan membuat musik serta budaya bersama, saling mengenal satu sama lain, saling memahami, dan bersenang-senang bersama,” kata Johannes.

Johannes, yang baru pertama kali berkunjung ke Yogyakarta mengatakan sangat terkesan dengan kebudayaan Indonesia.

“Makanannya fantastis dan orang-orang yang kita temui sangat baik dan sangat mendukung, kita merasa diurus dengan baik.”

Dalam konser tersebut, Johannes mengatakan kolaborasi kedua negara memainkan campuran antara musik Indonesia dengan musik klasik Eropa, termasuk satu komposisi hasil karya komposer Australia, Peter Sculthorpe.

Simak cuplikan dari konser persahabatan lewat video berikut ini.

Skip YouTube Video

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

YOUTUBE: Video MSO Cetak Sejarah di Candi Prambanan

“Ia adalah komposer terkenal dan penting bagi Australia, yang banyak menggunakan musik dan irama Aborigin pada komposisinya,” kata Johannes.

“Kemudian pemain terompet dari MSO memainkan Trumpet Concerto dari komposer Haydn bersama dengan orkestra alat musik gesek. Serta bersama-sama dengan mahasiswa dari Yogyakarta, kita menampilkan Symphony No.2 dari Beethoven.”

Mereka juga memainkan dua komposisi karya musisi Indonesia, Budhi Ngurah, yang terkenal sebagai komposer lewat karyanya Suita Roro Jonggrang.

Diperkirakan sekitar 600 orang datang ke konser gratis tersebut.

MSO bermain bersama mahasiswa musik Yogyakarta di konser persahabatan.
MSO bermain bersama mahasiswa musik Yogyakarta di konser persahabatan.

Foto: Melbourne Symphony Orchestra.

John Arcuro, pemain perkusi di MSO juga baru pertama kali ke Yogyakarta. Ia terlibat dengan pelatihan bersama para mahasiswa musik Yogyakarta sebelum konser.

“Saya merasa mereka sangat penasaran, banyak mengajukan pertanyaan yang bagus-bagus. Saya merasa mereka belajar sesuatu dan kami dari MSO belajar hal baru juga,” ujar John.

John menggelar dua hari untuk memberikan tutorial dan satu hari sesi pelatihan perkusi.

“Pada dasarnya, saya menunjukkan teknik dan cara bermain sejumlah instrumen musik dan musisi muda Indonesia bertanya banyak hal pada kami,” ujar John.

“Kita banyak bermain musik bersama, bagaimana kita melakukan pemanasan sebelum tampil, dan mencari tahu mengapa mereka tampil bersama orkestra.”

John berharap jika proyek kolaborasi ini akan terus berjalan di masa depan, terutama setelah ada penandatanganan kerja sama antara MSO dengan Daerah Khusus Yogyakarta.

“Saya rasa manfaatnya bisa terasa jika sudah dilakukan secara rutin,” kata John yang sudah tampil dengan banyak musisi ternama, termasuk penyanyi Amerika Serikat di tahun 1960-an Frank Sinatra.

“Dan saya berharap bisa juga saatnya musisi muda Indonesia untuk datang ke Melbourne dan mendapatkan pengalaman bermain dengan orkestra yang lebih besar.”

Sultan Hamengkubuwono X bersalaman dengan Chairman MSO, Michael Ullmer usai tanda tangan MOU.
Sultan Hamengkubuwono X bersalaman dengan Chairman MSO, Michael Ullmer usai tanda tangan MOU.

Foto: Melbourne Symphony Orchestra

Konser persahabatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan ‘letter of intent’ antara Premier, atau menteri utama negara bagian, Victoria, yakni Daniel Andrews dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, September 2015 lalu.

Keduanya berharap dapat meningkatak hubungan, khususnya di bidang seni dan pendidikan.

Menteri Utama Daniel Andrews saat itu mengatakan kerjasama ini menjadi bentuk nyata komitmen negara bagian Victoria untuk menjalin hubungan budaya, sosial, dan ekonomi dengan Indonesia, khususnya dengan Yogyakarta.

“Kita mengakui pentingnya Indonesia di panggung dunia dan mengakui juga hubungan yang kuat antara Victoria dan Indonesia, yang akan terus berkembang di masa depan,” kata Premier Andrews di tahun 2015.