ABC

Orang Asia di Australia Suka Beli Daging Ayan Petelur

Konsumen sepertinya tidak mendapat sesuai yang mereka bayar ketika membeli ayam yang tidak dikurung (free-range) di toko daging orang Vietnam dan China di Australia.

Seorang peternak unggas dari Sydney dan pakar unggas dari New South Wales (NSW) meyakini konsumen disesatkan ketika membayar lebih mahal untuk ayam turunan ISA Brown yang kerap dipromosikan sebagai free-range.

Konsumen orang Asia seperti Jenny Nguyen berani membayar di atas harga normal untuk ayam ISA Brown karena mirip dengan jenis ayam yang biasa mereka temui di kampung halaman.

“Ini lebih mahal daripada ayam di supermarket.”
Meskipun berharga lebih mahal 4-5 dollar per kilogram dibandingkan daging free-range di supermarket, ayam jenis ini populer di kalangan konsumen Asia dan dianggap lebih baik.

Nguyen biasanya memakai ayam jenis untuk membuat makanan hotpot, bubur dan sup mie.

Ia mengatakan dagingnya lebih baik untuk jenis makanan tadi, sementara ayam dari supermarket sering terlalu lembek ketika dimasak dan rasanya tidak sama.

“Saya tidak pernah membeli ayam dari supermarket,” kata Nguyen.

Karena menganggap ayam yang dia beli free-range dan rasanya mirip dengan di tempat asalnya, ia mengatakan merasa pantas membayar lebih mahal.

ISA Brown chicken are displayed between pork leg and duck in a window
Ayam yang dijual sebgai free range tetapi sebenarnya pemeliharaannya tidaklah free range

Kieu Trinh (Kate) Nguyen

Label yang membingungkan

Unggas tersebut diiklankan di toko daging Asia sebagai free-range tapi informasi pada produknya kerap tidak konsisten dan membingungkan.

Label pada sejumlah kemasan dalam bahasa Vietnam menyebut ayam free-range yang bisa berarti dipelihara di kandang, yang tidak dibiarkan bebas berkeliaran.

Meskipun label yang membingungkan, pemotong daging bersikukuh ayam itu free-range dan menolak permintaan ABC untuk memberi keterangan lebih jauh.

Kata peternak

Matthew Fenech, seorang peternak ayam ISA Brown di Horsley Park, NSW mengatakan ayamnya dipelihara sebagai petelur tapi ia juga menjual mereka sebagai produksi daging.

Ia mengatakan banyak pembeli Asia, terutama orang Vietnam, China dan India datang ke tempatnya untuk mendapat ayam betina atau ayam jantan yang masih muda.

Fenech mengatakan meski ia sering menjelaskkan kepada pelanggannya kalau ayam-ayam itu dipelihara di kandang dan gudang, mereka tetap datang untuk meminta ayam free-range.

Ia merasa telah terjadi kesalahan menerjemahkan.

“Apa yang sebenarnya mereka maksud adalah mereka mau induk ayam yang masih muda karena itu yang biasa mereka beli di tempat asalnya,” kata Fenech.

A live ISA Brown chicken is standing on a table
Ayam jenis ISA Brown ini dirasa lebih enak dan lebih menyerupai ayam kampung di China dan Australia

Kieu Trinh Nguyen

Kata pakar

Ray Lee, manajer unggas pada Asosiasi Peternak NSW mengatakan ia tidak melihat sama sekali ada bisnis yang memroses atau menjual ayam ISA Brown untuk produksi daging, apalagi melakukannya secara free-range.

Ia mengatakan merasa penasaran tentang produksi ayam ISA Brown untuk konsumsi daging dan khawatir tentang biosekuriti dan masalah keamanan bahan pangan.

Dalam sebuah pernyataan, Food Authority NSW mengonfirmasi ayam ISA Brown juga diizinkan untuk dijual sebagai daging selama mereka diproses di fasilitas yang mendapat lisensi Food Authority NSW dan sesuai dengan ketentuan Food Standards Code.

Pernyataan itu menyebutkan setiap klaim yang tertera pada label makanan juga adalah subyek dari perundangan konsumen Australia, yang dikelola oleh Komisi Persaingan dan Perlindungan Konsumen (ACCC) yang melarang kesalahan, pengeliruan atau representasi yang menipu.

ACCC menolak berkomentar apakah mereka sedang menyelidiki masalah ini, tapi lembaga ini telah mendenda sejumlah perusahaan unggas besar di Australia sekitar Rp 4 miliar karena kesalahan dan klaim keliru tentang ayam free-range.

Diterjemahkan pukul 14:16 AEST 1/9/2017 oleh Alfred Ginting dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini